All Chapters of Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO: Chapter 61 - Chapter 70

359 Chapters

Bab 61 Di Emerald City

“Apa? Bastian menikah dengan perempuan itu? Kenapa kamu setuju Elsie?” Agni benar-benar terkejut mendengar penuturan putrinya. Setelah pergi dari rumah di jalan Sunset Summit, Elsie pulang ke rumah orang tuanya. Ia yang sedang kesal tidak bisa menutupi apa yang dirasakannya sehingga akhirnya Elsie pun menceritakan pada Felix dan Agni apa yang terjadi. “Elsie tidak punya pilihan lain, Mah. Saat itu Miranda terus menyudutkan Elsie, dan perempuan sok suci itu tidak mau melakukannya jika tidak dinikahi!” ujar Elsie dengan menggeram. Ia menyesal dengan keputusannya menyetujui pernikahan siri itu. “Dan kalian setuju? Bastian setuju?” Agni masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya. “Mama seperti tidak tahu Bastian saja! Bastian tidak akan mau menyentuh perempuan lain yang bukan istrinya. Bastian setuju dan Elsie terpaksa setuju.” Agni mendesah kecewa dengan keputusan putrinya itu. “Elsie, kamu tahu betapa berbahayanya itu?” “Kamu memang tolol! Kenapa tidak berpikir dulu sebelum
Read more

Bab 62 Misty Morning

Kanaya menarik nafas dan menghembuskannya. Dalam tidurnya ia merasa sangat tenang. Kanaya belum pernah tidur senyaman ini. Tubuhnya bahkan tak bergerak saat kelopak matanya terbuka. Keadaan di vila itu sunyi dan sepi. Tidak ada yang mengusiknya. Dalam kesadarannya, ia merasa masih bermimpi. Semua yang ia rasakan saat itu seakan tidak nyata. Terlalu indah untuk dikatakan sebagai kenyataan. Kanaya teringat kejadian tadi malam. Lebih tepatnya kejadian semalaman. Pipi Kanaya langsung memerah mengingat hal itu. Sebab, tidak hanya sekali ia dan Bastian melakukannya. Tidak hanya di ranjang. Sofa dan bahkan dinding kaca menjadi saksi pergumulan panasnya dengan Bastian. Kanaya tidak tahu apa yang merasuki mereka berdua, sehingga mereka berdua seakan tidak bisa menahan diri. Apakah karena mereka berdua terbawa suasana tempat ini, ataukah ada faktor lain? Kanaya tersadar dari lamunannya dan kembali ke keadaannya saat ini. Fokus kedua mata Kanaya semakin jelas menatap ke arah dinding ka
Read more

Bab 63 Musim Yang Usai

Bastian terbangun dari tidurnya saat matahari telah tinggi. Disampingnya, Kanaya masih terlelap. Gadis itu tidur begitu damai dengan alunan nafas yang tenang hampir tak terlihat. Hari sudah pukul sembilan ketika Bastian mengecek waktu pada jam tangan yang tergeletak di meja nakas. Dan perlahan ia pun beranjak, tidak ingin membangunkan Kanaya. Di kamar mandi, setelah membersihkan diri dan melakukan aktifitas paginya, Bastian menyalakan telepon genggam yang ia matikan sejak semalam. Ting ting ting ting… bunyi berbagai macam notifikasi terdengan silih berganti. Tidak mengherankan. Sebab, ia mematikan telepon genggamnya itu hampir dua belas jam lamanya. Telepon dan pesan singkat dari Elsie, Ezra, Ardyan dan Fariz menghiasi layar telepon genggamnya. Tentu yang pertama kali menarik perhatiannya adalah telepon dan pesan dari Elsie. Elsie telah menghubunginya beberapa kali semalam dan juga tadi pagi. Khawatir terjadi sesuatu, Bastian pun menghubunginya. Begitu berdering, Elsie langs
Read more

Bab 64 Sandiwara Tandingan

Di dalam kabin pesawat kelas satu, Ezra memberikan Bastian sebuah dokumen. “Ini laporan tambahan dari penyelidik menyangkut Pak Felix dan Ravioli.” “Apa yang dia temukan?” tanya Bastian sambil membuka dokumen itu. “Dari dokumen ini diketahui Pak Felix sudah cukup lama bekerjasama dengan Ravioli, tidak hanya baru-baru ini saja,” terang Ezra. Ia lalu menunjuk tahun di mana ditemukannya jejak kerjasama yang didapat penyelidik mereka dari dunia underworld. Bastian mengerutkan keningnya. Sebelas tahun adalah jangka waktu yang lama. Bastian sungguh tidak menyangka. Pantas saja Felix sulit sekali melepas kerjasama dengan penyelundup kelas kakap itu. “Cari tahu apa saja kerjasama yang mereka lakukan,” ucap Bastian sambil memegang dagunya. Dalam dunia gelap, seseorang tidak hanya akan terlibat pada satu tindakan ilegal saja. Karena pasti akan ada konsekuensi lain yang menyertai setiap tindakan ilegal yang dilakukan. Dan Bastian ingin tahu sejauh mana mertuanya itu terlibat dalam dunia
Read more

Bab 65 Pengakuan

“Tu-tunggu Bastian. Mama— sepertinya Mama sudah sehat. Tidak perlu operasi, ya—ya kan Elsie?” Agni yang takut mendengar kata operasi langsung menolaknya. Ia langsung meminta bantuan Elsie untuk meyakinkan Bastian. “Mama benar sayang. Sepertinya Mama akan sembuh denagn beristirahat saja.” Elsie pun terpaksa membantu ibunya. “Bu Agni tidak perlu kuatir.” Dokter Nathan menyela percakapan mereka. “Saya sebagai seorang dokter sangat merekomendasikan operasi ini dilakukan. Karena jika tidak, saya khawatir Ibu Agni akan mengalami gagal jantung. Dan saya tidak bisa menjamin jika serangan berikutnya Ibu akan bisa bertahan.” Bastian tampak mengalami pertentangan batin. Ia lalu bertanya, “Apa hal ini sudah pernah dilakukan?” “Ya, tentu saja! Meskipun harus saya akui kemungkinan keberhasilannya hanya 70 persen saja,” jawab Dokter Nathan yang membuat wajah Agni menjadi pucat pasi. “Begini Pak Bastian, Bu Agni, melakukan operasi ini lebih baik daripada hanya menunggu waktu saja. Itu sebabnya
Read more

Bab 66 Kedatangan Sedan Merah

Beep beep beep… Suara alarm membangunkan Kanaya dari tidurnya. Selepas kepergian Bastian, Kanaya hanya berdiam di dalam vila. Ia hanya berbaring di ranjang sambil menyalakan televisi, tidak ada keinginan untuk pergi keluar. Lama kelamaan siaran televisi yang tidak menarik minatnya itu membuatnya mengantuk dan akhirnya tertidur hingga bunyi alarm itu membangunkannya. Kanaya bangun dengan tidak bergairah. Ia masuk ke dalam closet dan berganti pakaian dalam diam. Tidak banyak yang harus ia kemas. Pakaian dan perlengkapan pribadinya sebagian besar masih ada di dalam koper. Saat ia akan menutup kopernya, mata Kanya tertaut pada kemeja milik Bastian yang ia pakai sebelumnya, tergeletak di atas rak. Kanaya meraih kemeja itu dan menghirup aromanya dalam-dalam. Ia memejamkan matanya mencium wangi tubuh Bastian yang menempel di meja itu. Kanaya tidak tahu, kemeja itu ataukah vila itu yang masih menyimpan wangi tubuh Bastian begitu lekat? Apa pun itu, wangi maskulin yang belakangan in
Read more

Bab 67 Kata-kata Merendahkan

“Selamat malam Bu Elsie. Ibu ingin bertemu saya?” sapa Kanaya sambil tersenyum dengan kepala tegak. Entah mendapat keberanian dari mana, tetapi Kanaya tidak lagi takut dan malu-malu menghadapi Elsie. Apakah karena— Bastian? Elsie cukup terkejut mendapati perubahan sikap pada diri Kanaya yang lebih percaya diri dan berani. Ia mendengus dan beranjak dari duduknya, kemudian tersenyum mencibir seraya mengamati gadis muda dihadapannya. “Kanaya, aku dengar kemarin kamu pergi ke Palm Heaven,” ucap Elsie sambil berjalan mengitari Kanaya dengan kedua tangan dibelakang pinggulnya. Apakah itu sebabnya Elsie datang mencarinya? Karena ia pergi menemui Bastian? Pikir Kanaya. Elsie berhenti melangkah tepat di hadapan Kanaya, menatap gadis itu menunggu jawaban. “Iya Bu Elsie. Saya pergi ke Palm Heaven kemarin. Pak Bastian yang meminta saya datang.” Kanaya menjawab dengan jujur. Tidak ada yang perlu ia takuti karena ia pergi ke sana menjalankan perannya sebagai ibu pengganti. Elsie memperhat
Read more

Bab 68 Tak Seindah Kuntum Melati

Kanaya memetik sekuntum bunga melati putih yang ada di halaman belakang. Meskipun matahari bersinar cerah pagi itu, akan tetapi mendung masih bersemayam di hati Kanaya. Kanaya menghirup wangi bunga itu sambil memejamkan matanya, berharap dunia yang ia jalani bisa seindah dan sewangi bunga yang ada ditangannya. Kejadian semalam masih membekas dihatinya. Dan meskipun ia berusaha untuk melupakannya, kata-kata merendahkan itu masih saja terngiang dibenaknya. Kanaya begitu larut dengan pikirannya sehingga ia tidak mendengar suara dari dalam rumah. “Di mana dia?” Bastian masuk ke dalam rumah dengan raut wajah merah padam. “No-non Kanaya?” Sifa bertanya dengan gelagapan. Apakah Bastian mencari Kanaya? “Siapa lagi? Di mana dia?” Bentak Bastian pada perempuan paruh baya itu sambil ia berjalan ke arah kamar Kanaya dan membukanya dengan kasar. Tidak menemukan Kanaya di dalam kamar, Bastian mengedarkan pandangan ke sekeliling rumah mencari sosok gadis itu. “No-non Kanaya a-ada di-di ta
Read more

Bab 69 Rokok Kegelisahan

Indra keluar dari ruang bersalin setelah membantu dua persalinan normal hari itu. Rasa-rasanya ia ingin segera beristirahat, makan dan mungkin tidur sejenak, paling tidak beristirahat setengah jam dan berharap tidak ada emergency call dalam waktu dekat. “Pak Bastian menunggu Dokter di luar sejak tadi.” Salah seorang perawat senior memberitahu Indra sambil menunjuk arah pintu keluar. Bastian? “Jelaskan yang di maksud ‘sejak tadi’,” ucap Indra meminta penjelasan lebih spesifik. “Sekitar 1 jam?” jawab perawat itu dengan tidak yakin sembari mengangkat bahunya. Indra tidak bertanya lagi dan berjalan keluar mencari Bastian . Pasti ada sesuatu hal yang Bastian ingin bicarakan dengannya jika temannya itu rela menunggunya sampai satu jam di hari kerja. Setelah mencari ke sekeliling luar bagian persalinan, akhirnya Indra menemukan Bastian sedang duduk di kursi taman, sedang merokok dengan kemeja yang beberapa kancingnya terbuka dan lengannya digulung sebatas siku. Rambut yang biasanya
Read more

Bab 70 Kesepakatan Bastian-Elsie

Hari belum lagi sore, tetapi Bastian tidak kembali ke kantornya. Mobil yang dikendarai Rafles berhenti di depan rumah tingkat besar dikawasan elit, dan Bastian turun. Alih-alih kembali ke kantor, Bastian memutuskan untuk pulang. Ia masuk ke dalam rumah dan menemukan Elsie sedang berbaring santai di sofa sambil bergosip ria dengan temannya melalui panggilan telepon dan tidak menyadari kedatangannya. Bastian berdehem setelah beberapa saat ia menunggu, namun Elsie tak kunjung mengakhiri percakapan teleponnya. “Bas?” Elsie terkejut saat menoleh dan melihat Bastian berdiri bersandar di pembatas antara ruang tamu dan ruang keluarga dengan jas yang tersampir di lengannya. Tidak seperti biasanya Bastian pulang cepat dari bekerja. Dia pun tidak memberitahukan Elsie sebelumnya. Bastian berjalan mendekat dan berhenti di dekat Elsie. Ia menaruh tas kerjanya di atas meja dan memasukkan tangannya ke dalam kantung celana, kemudian bertanya, “Untuk apa kamu pergi ke Sunset Summit semalam?” Ja
Read more
PREV
1
...
56789
...
36
DMCA.com Protection Status