Semua Bab Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO: Bab 81 - Bab 90

367 Bab

Bab 81 Tagihan Rumah Sakit

“Naya, Bude sedang di rumah sakit. Ibumu baru saja mendapat serangan.” Bude Laila menghubungi Kanaya siang itu.Kanaya yang sedang membaca buku di halaman belakang rumah langsung terduduk tegak.“Ibu gimana Bude? Sudah bertemu Dokter Ridwan?” tanya Kanaya dengan panik. “Ibumu sesak nafas, jadi langsung Bude bawa ke sini. Dan sekarang Dokter Ridwan masih mengecek keadaan ibumu. Do’a kan saja semoga ibumu baik-baik saja Naya.”Kanaya beranjak dari duduknya dan berjalan bolak-balik tidak tenang.“Kejadiannya gimana Bude?”Laila terdengar menghela nafas dengan berat. “Sebenarnya ibumu tidak ingin Bude memberitahukanmu hal ini. Tapi sudah beberapa hari ini ibumu tidak bisa tidur.”“Tidak bisa tidur kenapa? Apa sesak nafasnya ibu tambah parah?” Kanaya semakin bertambah khawatir. Apa sakit ibunya semakin parah?“Sepertinya ibumu sedang rindu sama kamu Naya. Dia sering sekali bertanya tentangmu walaupun siang hari kamu sudah telpon. Kalau malam ibumu sering bertanya, ‘Naya sedang apa? Gimana
Baca selengkapnya

Bab 82 Mencari Rumah Bastian

Di rumah bertingkat tempat tinggal Bastian yang di namai Sunnyside Estate, Bastian sedang mandi setelah ia kembali dari perjalanan bisnisnya. Telepon genggamnya ia letakkan di atas meja nakas di kamarnya.Elsie yang sedang duduk di ranjang melihat telepon genggam suaminya itu tiba-tiba bergetar dan menyala. Ia pun mendekatinya.“Kanaya? Mau apa dia telpon Bastian?” Elsie terkejut melihat Kanaya menghubungi Bastian di nomor telepon pribadi suaminya itu. Ia pun membuka pesan singkat yang Kanaya kirimkan pada Bastian sambil melirik arah pintu kamar mandi tempat Bastian berada.“Pak Bastian, saya ingin bertanya mengenai jaminan kesehatan untuk ibu saya yang Bapak dan Ibu Elsie janjikan.” Elsie membaca dengan suara pelan isi pesan singkat itu.“Dasar perempuan gatal! Alasan saja bertanya jaminan kesehatan!” Belum selesai Elsie menggerutu, panggilan lain dari Kanaya kembali masuk. Elsie menunggu dengan tidak sabar sampai panggilan itu berhenti dengan sendirinya sebelum ia menghapus pesan
Baca selengkapnya

Bab 83 Di Sunnyside Estate

“Apa ibu baik-baik saja?” Melihat wajah Kanaya yang sedikit pucat, Rafles merasa khawatir. “Pak Rafles, boleh saya minta tolong?” tanya Kanaya sambil mencari akal. “Gimana Bu? Apa yang bisa saya bantu?” “Bisa tolong panggilkan Pak Bastian ke sini?” pinta Kanaya dengan gugup. “Maksud ibu?” Rafles tertegun. Bagaimana mungkin ia menyuruh bosnya untuk datang? “Pak Rafles, saya merasa mual. Sebaiknya saya temui Pak Bastian di sini saja,” ujar Kanaya beralasan. “Tapi Bu—” “Uwek…” Kanaya berpura-pura ingin muntah sebelum Rafles sempat mengungkapkan keberatannya. “Pak Rafles, saya benar-benar tidak ingin turun. Saya tidak tahu kenapa, mungkin ini kemauan anak ini…” Kanaya memasang wajah memelas dan memegang perutnya dengan perlahan. Rafles bimbang. Apa yang harus ia lakukan? Bagaimana mungkin ia menyuruh Bastian keluar menemui Kanaya? Apa mungkin Bastian mau melakukannya? Seumur-umur tidak ada yang pernah menyuruh seorang Bastian.Tetapi mungkinkah, jika demi anaknya, bosnya itu mau
Baca selengkapnya

Bab 84 Menagih Tanggung Jawab

Di dalam mobil, Bastian menemukan tas Kanaya. Tetapi, di mana dia? Kanaya tidak mungkin pergi jauh, sebab wangi tubuh Kanaya yang selalu terekam di dalam benaknya masih dapat dirasakannya. Halaman Sunnyside terbilang luas dan dalam penjagaan ketat. Kanaya tidak mungkin pergi sendiri berjalan kaki, apalagi dalam cuaca panas seperti itu. Bastian dan Rafles mengedarkan pandangannya ke sekitar mereka. “Itu Pak!” Rafles yang pertama menemukan Kanaya. Gadis itu sedang duduk di atas batu besar di dekat air mancur buatan tidak jauh dari mereka. Tidak menghiraukan ucapan Rafles berikutnya, Bastian lamgsung berjalan ke arah Kanaya. Kanaya menoleh saat ia mendengar suara langkah kaki mendekat. Dan ia segera berdiri begitu melihat orang itu adalah Bastian. Kanaya bersiap-siap menerima teguran atau apa pun yang akan Bastian lontarkan pada dirinya karena telah lancang datang ke rumah itu. Akan tetapi Bastian tidak memarahinya. Ia justru bertanya dengan tatapan penuh, “Naya, apa kamu baik-b
Baca selengkapnya

Bab 85 Papa

“Aku sudah menepati janji, Kanaya. Ini waktunya kamu menepati janji.” Bastian berjalan mendekat, menghapus jarak di antara mereka. Kanaya menelan ludahnya menatap wajah Bastian yang begitu dekat. “Apa yang Bapak inginkan?” tanya Kanaya dengan pelan. Kanaya meremas ujung blus yang ia kenakan karena gugup. Hukuman apa yang akan dia berikan? “Aku ingin…” Bastian menatap wajah Kanaya dengan lekat. Jari tangannya mengangkat wajah Kanaya perlahan hingga mereka saling bertatap mata. Kanaya menatap Bastian. Wajah Bastian yang begitu dekat mengingatkan kembali semua kedekatan dan keintiman yang pernah mereka lakukan. Bagaimana suara Bastian yang serak dan berat itu berbisik di telinganya, kecupan-kecupan hangat yang didaratkan pria itu ditubuhnya, serta pagutan penuh gairah yang dilakukan pria itu di bibirnya. Kanaya menelan ludah. Ia merindukan masa-masa itu… saat Bastian menjadi miliknya karena ‘tugas’ yang harus mereka lakukan. Bastian menatap kedua bibir merah di hadapannya. Bibir
Baca selengkapnya

Bab 86 Aku Sangat Menyayanginya

Mulut Elsie terasa tercekat. “Elsie, apa kamu tidak bisa percaya padaku sampai kamu harus memblokir nomor Kanaya?” Bastian kembali bertanya. Bastian tidak pernah menyembunyikan apa pun yang ada di telepon genggamnya dari Elsie. Dan selama ini, Elsie bisa leluasa membukanya. Namun, ia tidak menyukai jika Elsie melakukan perubahan pada telepon genggamnya itu tanpa sepengetahuannya. Meskipun Bastian telah setuju menjaga jarak dari Kanaya, namun ia tidak bisa memutuskan begitu saja komunikasi diantara mereka. Hal ini karena Kanaya sedang mengandung anaknya. Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Kanaya, dan Kanaya tidak bisa menghubunginya? “Bukan begitu Bas. Aku hanya tidak suka dia mengganggumu terus menerus. Bagaimana kita tahu apa yang ada dalam pikirannya? Mungkin saja ia sengaja meneleponmu hanya untuk menarik perhatianmu.” “Elsie, kamu tahu apa yang Kanaya ingin bicarakan? Dia hanya menanyakan mengenai biaya perawatan ibunya, sesuatu yang kita janjikan padanya. Sesuatu yang
Baca selengkapnya

Bab 87 Jaminan Perawatan

Keesokan harinya, sesuai perintah Bastian, Ezra pergi ke rumah sakit tempat Ayunda di rawat. Ia pergi pagi itu untuk menemui direktur rumah sakit, guna membereskan kesalahpahaman yang terjadi dan menyampaikan apa yang Bastian perintahkan. Semua berkas-berkas yang diperlukan untuk perawatan Ayunda ia lampirkan beserta surat pernyataan dari Bastian untuk membiayai semua perawatan Ayunda di rumah sakit itu. “Direktur Alex, saya serahkan semua berkas ini. Tolong dibantu agar segera bisa ditindaklanjuti. Pak Bastian akan meng-cover semua biaya yang dikeluarkan sampai Ibu Ayunda benar-benar sembuh.” Ezra menyerahkan semua berkas yang ia dapatkan dari Kanaya mengenai kondsi Ayunda. “Tentu, tentu. Kalau boleh tahu apa hubungan Bapak Bastian dengan Ibu Ayunda? Apakah masih kerabat, maksud saya keluarga dekat dengan Bapak Bastian?” Alex ingin mengetahui seberapa penting pasien itu bagi CEO Bastian Aryo Dwipangga agar kedepannya ia tidak salah dalam melangkah. “Ibu Ayunda adalah keluarga de
Baca selengkapnya

Bab 88 Hampir Saja!

Di balik dindingpembatas rumah sakit itu, Elsie dan Rosa berdiri mendengarkan dan memperhatikan Kanaya dan Ezra yang sedang berbicara. Sedianya, Elsie dan Rosa datang ke rumah sakit itu untuk melabrak Kanaya. Setelah mengetahui kedatangan Kanaya ke Sunnyside untuk menemui Bastian, Elsie merasa sangat geram dan gusar. Untuk itulah Elsie datang ke rumah sakit, untuk memberi Kanaya pelajaran agar tidak lagi berani mendatangi suaminya. Namun, bukan hanya menemukan Kanaya, ia juga melihat Ezra. Dan yang membuatnya bertambah kesal, kedatangan Ezra tidak hanya untuk berbicara dengan Kanaya, namun juga melaksanakan perintah Bastian untuk mengatur segala kebutuhan rumah sakit ibu perempuan itu! Elsie mengepalkan tangannya dengan erat mendengar ucapan Ezra. Berani-beraninya asisten suaminya itu menyarankan Kanaya untuk berbicara langsung pada suaminya! Lancang sekali dia! Elsie murka. Akan tetapi ia tidak bisa gegabah. Elsie sadar, ia tidak bisa langsung memarahi Ezra begitu saja. K
Baca selengkapnya

Bab 89 Perhatian Sang Dokter

“Dok, apa sudah ada kabar mengenai donor jantung ibu?” Kanaya bertanya melalui panggilan telepon kepada dokter spesialis jantung Ayunda. “Maaf Kanaya. Mencari donor jantung sangat sulit. Sampai saat ini kami masih belum mendapatkan yang sesuai,” jawab Dokter Tyo. Dokter Tyo adalah dokter spesialis jantung yang baru menangani Ayunda. Ia menggantikan Dokter Ridwan dua bulan yang lalu, setelah Dokter yang menangani ibunya itu mendadak pindah ke luar kota. Dan selama dua bulan ini, belum ada progres yang menjanjikan mengenai donor jantung ibunya. Meskipun kesehatan Ayunda bisa dikatakan stabil dan tidak mengalami serangan, akan tetapi tidak adanya perkembangan pencarian donor membuat Kanaya belum bisa tenang. Kanaya pun hanya bisa menerima dan memonitor perkembangan medis ibunya dari jauh. Ia tidak lagi bisa bertatap muka langsung dengan Ayunda karena perutnya sudah semakin membesar. “Baiklah, tolong kabari kalau ada berita baik. Terima kasih, Dok.” Kanaya menghela nafas setelah
Baca selengkapnya

Bab 90 Indra Dan Kanaya?

Sudah lama Indra tidak menjalin hubungan dengan perempuan. Oleh karena itu, sangat wajar jika mereka terkejut mengetahui Indra sedang bersama seorang perempuan. Setelah dikhianati oleh pacarnya dua tahun yang lalu, Indra seakan menghindari membina hubungan lawan jenis. Meskipun masih membujang, tampan dan berstatus sebagai seorang dokter kondang, Indra tidak punya teman dekat wanita, apalagi yang dipacari dengan serius. Indra tersenyum, dan ia menoleh ke arah gadis yang duduk di sampingnya, menatapnya dengan penuh kekaguman. Kanaya yang sedang asik mendengarkan lagu di telepon genggamnya menggunakan earphone, tidak menyadari jika mereka tengah menanyakan dirinya. Ia tidak kenal dengan Fariz yang ada di layar telepon Indra itu, dan Kanaya juga tidak mau ikut campur urusan pribadi Dokter Indra, sehingga ia bersikap acuh tak acuh dan sibuk dengan urusannya sendiri. “Siapa Ndra? Orang mana? Coba kasih liat wajahnya. Pantesan telat, nemui pacar dulu!” celetuk Fariz yang benar-benar p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
37
DMCA.com Protection Status