All Chapters of Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO: Chapter 211 - Chapter 220

362 Chapters

Bab 211 Butik

Siang itu Kanaya pergi ke sebuah butik. Ia tidak pergi ke mall seperti pengakuannya pada Bastian tadi pagi.Butik itu adalah butik langganan Bastian. Sebagian besar setelan kerja Bastian berasal dari butik itu.Kanaya sengaja pergi ke sana untuk membelikan Bastian pakaian.Kanaya menyadari jika baju kerja Bastian didominasi oleh warna-warna gelap. Padahal dengan kulit Bastian yang bersih, dia akan pantas memakai warna apa saja.Dan Kanaya ingin memberikan setelan Jas dengan warna yang lebih terang untuk suaminya itu.Selain sebagai ucapan terima kasih karena telah menolong ibunya, Kanaya juga ingin memberikan Bastian sesuatu yang akan dikenakan Bastian.Kanaya sudah menyuruh Emran untuk menunggunya di mobil, akan tetapi dia menolaknya. “Pak Bastian menyuruh saya membantu ibu belanja,” ujarnya beralasan.Alhasil Kanaya mengijinkannya ikut sampai di depan pintu butik. Ia merasa risih jika Emran mengikutinya kemana pun ia pergi. Lagipula mereka hanya berada di sebuah butik dan pengunju
Read more

Bab 212 siapa memberi informasi

“Baik, Pak—” kasir butik melihat lagi kartu di tangannya sebelum tersenyum canggung dan meneruskan, “—Afrizal.”Rizal tersenyum pada kasir itu, kemudian ia menoleh pada Kanaya yang tengah menatapnya dengan heran.“Halo Kanaya. Apa kabar?” sapanya.Sejak kedatangan Dokter Nathan ke rumah sakit ERC kala itu, Kanaya tidak lagi bisa menghubungi Rizal. Pria itu hilang jejaknya bagaikan ditelan bumi.Nomor teleponnya selalu tidak aktif dan dia tidak memberi kabar apa pun.Kanaya teringat pesan Bastian, bahwa Rizal mungkin memiliki motif lain dibalik sikap baiknya. “Kamu tidak perlu melakukannya,” ucap Kanaya menolak menggunakan kartu member milik Rizal itu.“Tidak apa, saya tidak jadi membeli ini.” Kanaya lanjut berbicara pada kasir butik. Kanaya terpaksa mengurungkan niatnya untuk membeli kedua setelan jas itu.Bagaimanapun, jika benar Rizal punya motif lain untuk mendekatinya, ia sebaiknya menghindar dan menolak bantuannya.Kasir butik itu tampak bingung. Ia melihat bolak balik antara
Read more

Bab 213 Menyusui

“Kanaya!” panggil Rizal sambil menahan pergelangan tangan gadis itu.“Aku tidak tahu apa yang kamu maksudkan.” Ia masih saja bersikukuh seakan tidak paham.Kanaya menarik nafas dalam dan mengangkat wajahnya. “Bastian benar. Kamu ternyata tidak sesederhana yang terlihat.”“Apa kamu memang merencanakan semua itu?” Kanaya menatap Rizal dengan intens menunggu jawaban.“Merencanakan apa maksudmu?” Rizal memberi Kanaya tatapan bingung.“Saat pertama kali kita bertemu di cafe dekat kampus, itu bukan kebetulan ‘kan?” Kanaya memaparkan kecurigaannya.Rizal menatap Kanaya dengan dingin. Lengkungan di bibirnya hilang, dan raut wajahnya berubah tak sehangat tadi.“Apa sebenarnya tujuanmu? Aku hanyalah mahasiswi miskin yang tidak punya apa-apa. Apa untungnya buatmu mendekatiku?” Kanaya mengangkat wajahnya memperhatikan Rizal dengan seksama.Yang ditatap justru tertawa pelan, menertawakan pernyataan gadis itu. “Apa itu yang kamu pikirkan mengenai dirimu?” Kedua manik mata Kanaya bergerak, mencari
Read more

Bab 214 Digit Berlian

Tidak hanya Kanaya yang terkejut dengan pertemuan mereka, namun Clara pun demikian.Clara melirik ke arah korset yang ada ditangan Kanaya sebelum ia lanjut berjalan, kemudian menaruh keranjang belanjaannya di meja kasir.Kanaya berdiri di meja kasir lain yang ada di sebelah Clara, juga menyerahkan korset yang ia pilih.Mereka berdiri bersisian, namun tidak saling bicara.“Kalian seharusnya tidak menerima sembarang pembeli. Apa lagi kalau yang datang ke sini istri simpanan,” cetus Clara sambil melirik Kanaya.Seperti mengerti siapa yang sedang dibicarakan Clara, kedua kasir toko itu refleks melirik Kanaya. Meskipun kedua kasir itu tidak melontarkan kalimat penghinaan ataupun berlaku kasar, akan tetapi tatapan mata mereka menatap dengan merendahkan. Tak bisa dipungkiri, kehadiran seorang perempuan yang berstatus istri simpanan menjadi momok bagi perempuan lainnya.Wanita mana yang tidak khawatir suaminya mempunyai wanita idaman lain?Kanaya berusaha bersikap acuh pada ucapan Clara, da
Read more

Bab 215 Terselamatkan

Clara menggeleng. Ia menolak. Bagaimana mungkin ia membiarkan Kanaya menolongnya? Semua yang ada di sana langsung saling pandang, kembali teringat peristiwa sebelumnya.“Aaahh!” Clara kembali menjerit kesakitan.Melihat itu, Kanaya langsung berjongkok. “Biarkan aku membantumu! Ayo, Clara! Kamu tidak ingin melahirkan di sini kan?” tanya Kanaya membujuknya. Dengan cepat ia melingkarkan tangan Clara ke pundaknya.Clara yang tadinya bersikukuh menolak bantuan Kanaya, saat itu mulai mau beranjak. Ia berjalan dengan dibantu Kanaya dan pengunjung lainnya. Dipapah, mereka keluar dari toko.Emran yang melihat Kanaya keluar dengan memapah seorang perempuan lain, segera datang menghampiri.“Pak Emran, cepat! Kita harus ke rumah sakit!” Perintah Kanaya tanpa ragu bahkan sebelum ia Emran sampai.Emran yang berbadan tegap segera dengan sigap membantu Clara masuk ke dalam mobil. Ia segera menyalakan mesin mobilnya dan melaju.Semua orang yang ada di sana tercengang. Perempuan yang mereka kecam d
Read more

Bab 216 Dia Tahu, Aku Tahu

“Pak Bastian, selamat atas hari jadi Youth Development Program. Apa yang akan Bapak sampaikan mengenai hal ini?” tanya seorang reporter televisi saat Bastian berjalan keluar dari sebuah gedung.Bastian yang baru menghadiri peringatan ulang tahun lembaga non profit yang berada di bawah naungan DPG Corp itu, berhenti melangkah.“Sebelumnya, saya ucapkan selamat atas peringatan satu tahun hari jadi Youth Development Program, semoga kedepannya lembaga ini bisa berkontribusi lebih banyak untuk memberikan dukungan kepada kaum muda dalam membuat langkah penting dalam hidup mereka, baik itu dalam hal peningkatan skill, maupun keterlibatan dalam lingkungan masyarakat.”“Harapannya tentu kaum muda kita bisa mandiri, terbebas dari kemiskinan, serta memiliki kehidupan yang lebih baik.” “Apa saja yang sudah dijalankan oleh YDP selama satu tahun ini, Pak Bastian? Apa ada kendala?” Reporter itu bertanya kembali.“Kendala tentu ada. Namun DPG Corp akan selalu mendukung program-program yang diljalank
Read more

Bab 217 Proud Of You

Bastian masih memikirkan mengenai keterlibatan Ravioli pada kasus tabrakan mobil yang membawa Alex dan Tyo, saat telepon genggamnya berbunyi.Bastian melirik layar telepon genggamnya dan langsung mengangkat panggilan itu, seakan panggilan telepon itu adalah hal paling penting dalam hidupnya.“Ada apa? Apa semua baik-baik saja?” Bastian langsung bertanya tanpa berbasa-basi. Ia bahkan menegakkan punggungnya dengan tegang menunggu kabar yang akan disampaikan.Ezra yang duduk di sebelah Bastian, diam-diam mendengarkan. Ia sempat melihat dari siapa panggilan telepon itu dan ia ikut penasaran dengan kabar yang dibawa.“Jangan kuatir, Pak! Semua baik~baik saja,” jawab Emran dari ujung sambungan telepon.Diam-diam Bastian menghembuskan nafas lega.“Ada perlu apa? Di mana kamu? Kamu bersama Kanaya?” Bastian tidak membuang waktu dan langsung bertanya.Pasalnya, ia memberikan nomor pribadi miliknya itu untuk digunakan dalam keadaan darurat.“Kami sedang di klinik Life’s Blessing, dan ibu—”“Di
Read more

Bab 218 Penolakan Kanaya

“Naya, kenapa bengong?” Bastian terkekeh pelan. Ia menjentik ujung hidung Kanaya yang tidak meresponnya. “Kita berangkat setelah kamu siap. Tidak perlu terburu-buru.” “Mm… apa tidak terlalu sore datang jam segini?” Kanaya mengalihkan pandangan matanya dari Bastian dan melihat ke arah jam dinding. Jantung Kanaya berdetak cepat. Ia gugup dan hanya beralasan saja. Entah bagaimana, ia merasa tidak nyaman menjenguk Clara bersama Bastian. Hubungannya dengan Bastian bukan sesuatu yang bisa diungkapkan ke publik begitu saja. Dan ia merasa heran kenapa tiba-tiba saja Bastian mengajaknya pergi menengok kelahiran anak temannya? Kenapa dia tidak mengajak Elsie, Istri sah yang notabene mengenal mereka dengan baik. Bastian tidak mengetahui apa yang Clara telah katakan pada Kanaya. Dua kali bertemu dengan Clara, dua kali juga istri teman Bastian itu menyudutkannya. Namun begitu, Kanaya tidak berniat untuk memberitahukannya pada Bastian. Dia bukan pengadu. Kanaya juga bukan orang yang tidak
Read more

Bab 219 Apa Yang Akan Kamu Katakan?

Kanaya menatap penampilan Bastian yang membuatnya heran. Kenapa dia justru memakai baju rumah? Bukankah dia mau pergi mengunjungi Clara dan Fariz? Bastian tersenyum sembari membalas tatapan Kanaya. Tadi saat Kanaya menolak pergi dengannya, Bastian sempat khawatir jika Kanaya sakit atau terlalu lelah. Namun saat mendengar Kanaya menyebut nama Elsie, barulah Bastian menyadari jika ada sesuatu yang lain yang membuat Kanaya enggan pergi dengannya menengok Clara. Dan hal itu secara tidak langsung menyangkut Elsie. Cukup lama Bastian memikirkan, mencoba mencari tahu apa yang membuat Kanaya bersikap seperti itu. “Tidak. Aku lebih baik di rumah menemanimu,” jawab Bastian sambil mengerling. Ia merangkul dan menarik tubuh Kanaya merapat padanya. Kanaya tidak puas dengan jawaban Bastian. Ia menarik kakinya naik ke sofa dan berputar badan ke arah Bastian. “Tapi—kenapa? Naya gak pa-pa di rumah. Kamu pergi saja. Mereka pasti senang melihatmu dan —” “Tidak tanpamu.” Bastian memotong ucapan Ka
Read more

Bab 220 Mengetahui Siapa Kanaya

Bastian meraih tangan Kanaya dan menaruhnya diantara kedua telapak tangannya.“Mereka sudah mengetahui hubungan kita, Naya,” jawab Bastian dengan jujur.“Bahkan Fariz? Apa kamu mengatakan kepada mereka jika kita—” Kanaya menunjuk dirinya dan Bastian bergantian, sebagai simbol hubungan yang terjalin antara dirinya dan Bastian.Bahkan Kanaya sendiri tidak bisa menjelaskan bagaimana sebenarnya hubungannya dan Bastian saat itu.Bastian tidak menjawab dengan kata-kata. Ia memberi Kanaya tatapan penuh arti.Lagipula, pada kenyataannya ia tidak perlu menceritakan dengan detil bagaimana hubungannya dengan Kanaya. Ketiga temannya itu laki-laki, mereka dengan sendirinya bisa menerka hubungan seperti apa yang ia jalani bersama Kanaya.Kanaya menghela nafas dan mendesah. Ia lalu memejamkan matanya dan kembali bersandar ke sofa.Ia lalu bergumam seakan pada dirinya sendiri, “Mereka pasti memandang rendah diriku.”“Mereka tidak akan berani melakukan itu!” Terdengar suara Bastian meresponnya dengan
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
37
DMCA.com Protection Status