Semua Bab Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO: Bab 181 - Bab 190

362 Bab

Bab 181 Berbelanja

Bastian sedang berada di butik Luisa, seorang desainer terkenal yang ada di Emerald City. Ia dan Elsie sedang fitting baju yang akan mereka gunakan untuk acara baby shower anak mereka. Bastian saat itu sedang mengenakan baju serba putih yang sangat pas ditubuhnya. Sambil menunggu Elsie selesai mencoba pakaiannya di ruangan ganti, Bastian duduk di sofa butik itu. Hari ini ia dan Elsie berencana menghabiskan waktu bersama. Setelah fitting baju, mereka akan makan siang bersama. Dan setelahnya, Elsie memintanya menemaninya mencari perhiasan yang akan ia kenakan saat acara baby shower nanti. Mau tidak mau Bastian mengabulkan permintaan istrinya itu. Itu pun berarti ia tidak akan menemui Kanaya hari ini. Sambil menunggu, Bastian menulis pesan singkat pada Kanaya. Dia menanyakan dimana dan apa yang gadis itu tengah lakukan. “Di rumah. Pak Bas nanti ke sini?” Bastian berpikir sesaat sebelum membalas. “Aku tidak bisa datang hari ini, Naya.” Di Sunset Summit Kanaya membaca pesan
Baca selengkapnya

Bab 182 Undangan Putih-Biru

Mungkin karena insting seorang ibu, Kanaya langsung meraih baju bayi itu. Ia langsung memikirkan bayi yang ada dalam kandungannya. Bagaimana saat anaknya itu memakainya, pasti akan lucu sekali. Namun siapa sangka di saat bersamaan ada orang lain yang juga tertarik pada baju itu?Melihat wanita paruh baya berwajah ayu dan berpenampilan elegan di hadapannya, Kanaya refleks melepaskan baju itu.Aura wanita itu sangat jelas terlihat. Ia tidak hanya terhormat tetapi juga berkelas. Penampilannya membuktikan jika dia bukan berasal dari kalangan biasa.Akan tetapi ada sesuatu yang membuat Kanaya merasa familiar melihatnya. Dan Kanaya tidak bisa menemukan apa itu.“Ternyata selera kita sama. Baju ini memang sangat menggemaskan.” Diluar dugaan wanita itu berkata dengan ramah dan tersenyum padanya.Kanaya cukup terkejut. Ia pikir orang-orang kalangan sosialita seperti mereka tidak akan seramah itu pada orang-orang biasa seperti dirinya.Kanaya tersenyum dan mengangguk menyetujui.“Apa nyonya m
Baca selengkapnya

Bab 183 Miranda, Ibunda Bastian

Miranda sedang berjalan-jalan dengan asistennya saat ia melihat baju bayi yang sangat lucu. Ia langsung teringat pada bakal cucunya yang sebentar lagi akan dilahirkan oleh Elsie, menantunya.Namun siapa menduga jika ia bertemu dengan seorang wanita muda dan cantik yang juga menginginkan baju itu untuk anak yang tengah di kandungnya. Kanaya namanya. Sayangnya baju bayi itu hanya tinggal satu saja. Namun karena kebaikan hatinya, Kanaya merelakan baju bayi itu untuknya. Miranda tidak tahu mengapa ia sangat menyukai wanita itu. Apakah karena parasnya yang cantik? Ataukah karena dia tengah mengandung?Sudah lama Miranda mendambakan seorang cucu, dan setiap kali melihat seorang wanita yang sedang mengandung, hatinya mudah sekali menjadi luruh. Jadi pastilah itu sebabnya.“Kanaya, apa kamu baik-baik saja?” tanya Miranda yang melihat wajah Kanaya menjadi pucat seketika. Dipegangnya lengan Kanaya dengan rasa was-was. Apa dia baik-baik saja?“Mmm… mmm tidak, saya tidak apa-apa—Bu,” ucap Kana
Baca selengkapnya

Bab 184 Eternity Ring

“Bas, apa kalian sudah fitting baju?” Terdengar suara Miranda dari ujung sambungan telepon. Ibunya itu tampak begitu riang.“Sudah Mah. Ada apa?” “Tidak ada apa-apa. Mama hanya ingin telepon saja memastikan kalian sudah selesai dengan persiapannya.”“Oya Bas, tadi Mama beli baju untuk putramu. Bagus sekali bajunya. Nanti biar mama minta Aida antar ke rumahmu ya.”“Mah, baju yang kemarin mama beli sudah banyak di rumah,” ucap Bastian sambil ia berjalan diantara etalase toko perhiasan itu.“Yang ini beda Bas. Bagus sekali. Cuma satu-satunya. Oya, tadi mama ketemu seorang perempuan yang juga sedang hamil 7 bulan. Dan bayinya itu aktif sekali bergerak. Bahkan mama sempat pegang perutnya!” Miranda bercerita dengan begitu antusias sampai-sampai Bastian tersenyum mendengarnya. Tiba-tiba benaknya teringat Kanaya dan anak mereka. Junior mereka itu memang sangat aktif bergerak. Miranda terdengar mendesah. “Mama belum pernah merasakan gerakan anakmu. Apa dia malu sama neneknya sendiri?” prote
Baca selengkapnya

Bab 185 Namanya Keanu

“Bagaimana pendapat Anda berdua mengenai perayaan Baby shower hari ini?” seorang reporter berita infotainment mewawancarai Bastian dan Elsie di layar kaca. Kanaya menatap layar televisi sabtu menjelang siang itu. Bastian dan Elsie tampak bagaikan pasangan yang serasi, mengenakan baju serasi berwarna putih. Elegan dan mewah dengan aksesoris berlian. Pakaian seperti itu hanya bisa didapat melalui pemesanan butik desainer terkenal dengan harga yang fantastis. Di belakang mereka tampak sebuah rumah besar dan megah, jika tidak bisa dibilang sebagai mansion. Acara baby shower itu bukan diadakan di Sunnyside Estate. Kanaya tahu benar seperti apa Sunnyside Estate yang memiliki desain bergaya modern. Dan apa yang tampak dilayar kaca lebih bergaya klasik dan elegan. Tempat itu tidak lain adalah rumah kelurga besar Dwipangga. Keluarga Dwipangga tengah memanjakan Elsie yang sedang mengandung anak laki-laki pertama Bastian. Seperti biasa, Bastian menanggapi pertanyaan reporter itu dengan sik
Baca selengkapnya

Bab 186 Sabtu Istimewa

“Kenapa sedih seperti itu?” Sedang merenung, tiba-tiba Kanaya dikejutkan oleh suara seorang pria. Ia mengangkat wajahnya dan terlihatlah Indra berdiri tidak jauh darinya sambil tersenyum. “Indra?” Kanaya langsung beranjak dari duduknya. “Kamu tidak perlu menonton berita seperti itu kalau hanya akan membuatmu sedih,” ucap Indra sambil menunjuk pesawat televisi yang masih menayangkan liputan dari depan rumah keluarga Dwipangga. Meskipun tidak diperbolehkan meliput ke dalam rumah, namun mereka tetap berada di sana, mengomentari siapa saja yang terlihat hadir di sana. Tidak hanya keluarga besar Dwipangga, namun juga kerabat dan rekan bisnis mereka pun ikut di undang berbagi kebahagiaan keluarga itu. “Aku—tidak sedih,” bantah Kanaya. “Benarkah?” tanya Indra sambil memiringkan kepalanya dan memperhatikan wajah Kanaya dengan jenaka. Melihat itu Kanaya memutar bola matanya. Kenapa Dokter Indra justru menggodanya seperti itu? “Dokter tumben ke sini. Ada apa?” Kanaya mengalihkan pembica
Baca selengkapnya

Bab 187 Bosan Bersandiwara

Acara Baby Shower diadakan di halaman belakang rumah keluarga besar Dwipangga.Pelaksanaannya dipercayakan kepada salah satu Event Organizer langganan keluarga mereka.Halaman belakang yang telah didekorasi sedemikian rupa sesuai dengan tema acara hari itu tampak sangat meriah. Berbagai macam kegiatan diadakan di sana. Mulai dari live music, stand up comedy, photo booth serta berbagai macam permainan bertema baby shower.Bastian dan Elsie berbaur dengan para tamu undangan. Mereka khusus datang untuk mengucapkan selamat kepada mereka berdua. Hari itu, Bastian— terutama Elsie menjadi pusat perhatian para tamu undangan yang datang dengan membawa berbagai macam hadiah untuk mereka berdua sebagai calon ayah dan ibu.Keluarga besar Dwipangga datang menghadiri, termasuk Azhar Dwipangga, kakek Bastian yang sudah berusia 78 tahun.Azhar duduk di kursi roda ditemani oleh Haidar dan Miranda, bercakap-cakap dengan kerabat mereka.Bastian yang sedari tadi mendamping Elsie, undur diri dan berjalan
Baca selengkapnya

Bab 188 Provokasi Reno

“Sejak kapan dia kembali ke Eastasia?” Ardyan ikut bertanya setelah mereka memastikan pria yang berjalan masuk ke dalam rumah itu memang Reno.“Beberapa bulan yang lalu,” jawab Bastian dengan datar. “Jadi kamu tahu dia sudah kembali?” tanya Fariz dengan terkejut.Bastian menjawabnya dengan kerlingan mata.Mereka bertiga tidak lagi bicara saat melihat Reno berjalan menghampiri mereka.“Halo, apa kabar Bas, Ardy, Fariz— hmm, di mana teman kalian yang satu lagi? Dokter Indra?” tanya Reno sambil tersenyum miring pada ketiganya.“Atau jangan-jangan kamu tidak mengundang dia Bas? Apa kalian ada masalah? Jangan katakan kalau ini mengenai perempuan…” ucap Reno dengan nada memprovokasi.Ardyan dan Fariz saling beradu tatap sebelum beralih memperhatikan ekspresi wajah Bastian yang tampak tenang menatap Reno.Dalam hati mereka mengumpat, ‘Damn! Sialan ini tahu dari mana jika hubungan Bastian dan Indra sedang renggang?’“Apa maumu?” Bastian tidak terkejut dengan ucapan provokatif Reno. Seperti R
Baca selengkapnya

Bab 189 Singa Jantan

“Bas! Bas!” Ardyan mencoba melerai. Walaupun lokasi mereka terhalang oleh dinding dan jauh dari tamu lain, namun bisa saja ada yang melihat mereka.Akan tetapi Bastian tidak peduli. Ia terus menghimpit Reno ke dinding.Bagaikan seorang psikopat, Reno tertawa. “Sudah kubilang, aku mengamati dirimu Bas! Dan aku tahu rahasiamu!”Menyadari dugaannya benar, Bastian semakin geram saja. “Kalau kamu berani menyentuh dia—”“Siapa? Elsie—atau istrimu yang lain?” potong Reno sambil tertawa mengejek. Wajahnya begitu senang dan puas telah berhasil membuat Bastian emosi.“HAAAH!” Bastian menghentakkan tangannya, menekan leher Reno dengan lebih keras. Ia begitu marah Reno berani mengancam keluarganya!Wajah Reno memerah dan mulai kesulitan untuk bernafas.“Bas, lepaskan, Bas!” Ardyan kembali melerai. Bagaimana pun Bastian tidak boleh terprovokasi apalagi sampai membuat keributan di acara hari itu.Akan tetapi Bastian tidak melepaskannya. Ia harus membuat Reno bicara. Ia harus mengetahui apa yang
Baca selengkapnya

Bab 190 Laki-Laki Keluarga Dwipangga

"Ada apa ini? Bas?" Elsie yang baru datang segera menghampiri Bastian. Ia tidak tahu apa yang terjadi, namun melihat keluarga mereka berkumpul di sana dalam suasana tegang, membuatnya khawatir. Saat itulah Elsie melihat sosok yang sudah lama tidak dilihatnya, dan ia terkejut. Bukankah itu Reno? Pikirnya. “Apa yang kalian tunggu? Bastian, Reno, ke ruang baca, sekarang!” Azhar kembali memerintah. Ia memberi kode kepada Haidar untuk membawanya masuk ke ruangan di depan mereka. Kedua orang itu pergi terlebih dahulu diikuti oleh Bastian dan Reno. Elsie yang bingung dengan apa yang terjadi hendak ikut masuk, namun Miranda mencegahnya. “Biarkan mereka. Jangan kuatir,” ucap wanita paruh baya yang sangat anggun itu. Di ruang baca, Bastian dan Reno berdiri di hadapan Azhar. Azhar berdiri perlahan dengan bertumpu pada tongkat yang diberikan oleh Haidar. Ditatapnya kedua pria muda sepantaran di hadapannya. “Ada apa dengan kalian? Kalian sudah dewasa, berhenti bermain seperti an
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1718192021
...
37
DMCA.com Protection Status