Semua Bab Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO: Bab 151 - Bab 160

359 Bab

Bab 151 DI ERC

Dengan menggunakan mobil, Bastian dan Kanaya memasuki halaman gedung ERC. Mereka turun di basement dan langsung naik ke lantai 10, ruangan ICU poliklinik jantung rumah sakit itu.Ayunda sudah lebih dahulu sampai di sana. Transfer rumah sakit yang dilakukan oleh tim medis yang dipimpim Ardyan berlangsung dengan rapi dan cepat.Mengingat kondisi kesehatan Ayunda, ia dipindahkan dengan menggunakan helikopter khusus medis dengan didampingi oleh beberapa orang staf medis yang handal. Bastian membawa Kanaya ke sebuah ruangan yang terlihat seperti sebuah kamar lengkap dengan sofa, meja, dan ranjang rumah sakit.Akan tetapi yang berbeda adalah dari kamar itu adalah Kanaya bisa langsung melihat ruangan ICU tempat ibunya berada hanya berbatas sebuah dinding kaca. Seperti ia memiliki ruang tunggu ICU pribadi.Saat itu, proses transfer Ayunda sudah selesai dilakukan dan ibunya sudah terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan mata terpejam seakan tidak terjadi apa-apa. Kanaya merasa sangat leg
Baca selengkapnya

Bab 152 Menemui Ayunda

Kanaya menatap deretan huruf di sebuah dinding. Intensive Coronary Care Unit (ICCU) adalah tempat ibunya di rawat. Ia berdiri di depan pintu masuk area itu dengan mengenakan gaun isolasi, sarung tangan, penutup sepatu dan masker. Kanaya berencana menemui ibunya di ruangan itu setelah pagi tadi Ardyan memastikan kondisi ibunya stabil dan mengatakan jika ia bisa menemui ibunya.“Ayo Kanaya, kalau kamu sudah siap, sebaiknya kita segera masuk,” ucap Ardyan yang berdiri di sampingnya. Dia pun telah mengenakan pakaian isolasi untuk memasuki ICCU, sama seperti Kanaya.Kanaya mengangguk mengiyakan, dan mereka pun masuk ke dalam area ICCU itu.Area ICCU itu terbagi ke dalam beberapa unit ruangan berbeda untuk setiap pasien. Dan unit Ayunda berada di ujung koridor, bersebelahan dengan ruang tunggu VIP yang Kanaya tempati.“Kanaya, kamu bisa mengajak ibumu bicara. Bicarakan apa saja yang bisa membuat ibumu mempunyai semangat dan keinginan yang kuat untuk hidup.”“Kamu boleh memegang tangannya
Baca selengkapnya

Bab 153 Dokter Harapan

Kanaya sedang beristirahat di dalam ruangan tunggu VIP-nya saat ia mendengar ketukan di pintu sebelum pintu itu terbuka.“Halo Kanaya,” Ardyan melangkah masuk.Namun bukan hanya Ardyan yang datang kali ini. Ia datang bersama beberapa orang yang mengenakan jas dokter dan pakaian petugas medis.Kanaya beranjak berdiri dan menatap mereka semua. Dan Tatapan wajahnya berhenti pada sosok pria paruh baya yang wajahnya sempat ia lihat di layar televisi beberapa kali. Dokter Nathan? “Maaf menunggu waktu istirahatmu. Aku ingin memperkenalkanmu dengan Dokter Nathan, yang akan menangani pengobatan ibumu,” ucap Ardyan sambil tersenyum memperkenalkan Dokter Nathan dan timnya yang sore itu datang untuk bertemu Kanaya dan melihat kondisi Ayunda.“Do-dokter Nathan, Sa-saya Kanaya, putrinya Ayunda,” ucap Kanaya dengan terbata-bata sambil menjabat tangan Dokter itu. Ia masih tidak percaya bisa bertemu dengan Dokter yang sangat ia harapkan itu.Nathan tersenyum dan menatap Kanaya. Awalnya, ia tampak ter
Baca selengkapnya

Bab 154 Penasarannya Ardyan

Bastian terbangun saat merasakan smartwatch miliknya bergetar karena adanya panggilan telepon masuk. Dengan memicingkan matanya, ia melihat siapa yang menghubunginya terlebih dahulu sebelum beranjak duduk dan meraih telepon genggamnya. “Halo Zra? Hm, tunggu di bawah. Aku segera turun,” jawab Bastian kepada Ezra yang menghubunginya. Asistennya itu sudah datang untuk menjemputnya karena pagi itu ia harus pergi ke airport untuk melanjutkan perjalanan bisnisnya keluar kota. Setelah membasuh wajahnya dan membersihkan dirinya, Bastian menghampiri Kanaya. Istrinya itu masih tidur dengan lelap, dan meskipun ia ingin sekali membangunkannya, namun Bastian tidak sampai hati melakukannya. Ia membungkuk dan mengecup kening Kanaya perlahan, sebelum ia berpjndah mengecup perutnya. “Papa harus pergi. Kamu harus jaga ibumu dengan baik ya jagoan? Ibumu sangat membutuhkan dukunganmu sekarang. Jangan nakal, Papa akan pulang secepatnya. Papa sayang kamu,” bisiknya pelan pada sang buah hati. Ia ters
Baca selengkapnya

Bab 155 Kabar Baik?

Sinar matahari pagi menyentuh kulit Kanaya melalui sela-sela tirai ruang tunggu. Ia terbangun, dan menyadari matahari telah tinggi dan ia tidur terlalu lelap.Sambil berbaring di ranjang rumah sakit, Kanaya mengingat-ingat di mana ia tidur semalam. Hal terakhir yang Kanaya ingat adalah ia sedang bermain dengan telepon genggamnya di sofa. Tetapi ternyata, pagi ini ia bangun di atas ranjang. Kanaya sampai berpikir jika ia terlalu lelah dan mengantuk hingga lupa kapan ia pindah ke atas ranjang.Kanaya refleks men oleh ke ruang kosong di sampingnya. Dan tanpa disadarinya, tangannya mengelus bagian kosong itu.Kanaya merasa heran, karena tiba-tiba saja ia memikirkan Bastian.Apakah karena ia mulai terbiasa tidur bersama Bastian? Atau ia merindukan pria itu?Ah, sudahlah. Batin Kanaya merasa tidak seharusnya memikirkan Bastian lagi.Ia harus ingat pada tekadnya untuk tidak lagi membiarkan hatinya mengagumi, dan merindukan pria itu.Kanaya mengesampingkan perasaannya dan beranjak bangun. D
Baca selengkapnya

Bab 156 Tak Kenal

“Dokter Ardy, bagaimana sebenarnya keadaan Ibu? Kenapa ibu tidak bisa mengenali saya?” tanya Kanaya pada Ardyan dengan khawatir.Dua hari yang lalu, setelah diketahui Ayunda memberikan respon fisik terhadap stimulasi indera pendengaran, peraba dan pengelihatan, Ardyan melakukan serangkaian tes dan terapi untuk meningkatkan kesadaran Ayunda.Dan akhirnya tadi pagi Ayunda benar-benar sadarkan diri. Ia bisa melihat dan menggerakkan bagian tubuhnya meskipun dengan perlahan. Namun, ia tidak mengenali Kanaya.Hal ini membuat Kanaya menjadi khawatir. Ardyan yang merupakan seorang neurosurgeon telah melakukan serangkaian tes, termasuk tes darah, tes kognitif, CT Scan dan MRI serta EEG pada otak untuk mengetahui jika ada kerusakan atau cedera pada otak Ayunda. Dan hasilnya baru ia ketahui siang tadi.“Dari hasil tes yang sudah dilakukan memang ada sedikit cedera di bagian memori yang terjadi karena kurangnya pasokan oksigen dalam otak akibat serangan jantung yang terjadi tempo hari. Dan ini l
Baca selengkapnya

Bab 157 Pantang Menyerah

“Ibu mungkin tidak ingat saya. Nama saya Bastian. Saya menantu ibu dan ayah dari bayi yang Kanaya kandung,” ucap Bastian sambil meraih tangan Ayunda, kemudian menciumnya.Kanaya begitu terkejut dengan pengakuan Bastian. Kenapa dia melakukan itu, dan sejak kapan dia ada di sini? Bukankah dia sedang keluar kota?“Saya sangat senang bisa bertemu dengan ibu. Maaf kalau saya baru bisa datang menengok. Saya harus pergi keluar kota beberapa hari terakhir ini,” tambah Bastian. Kemudian ia dengan mesranya merangkul Kanaya dan bertanya, “Sayang, kamu tadi cerita apa sama ibu?”“Ooh, mmm nggak, aku belum cerita apa-apa.” Kanaya segera tersadar dan menjawab dengan gugup. Mau tidak mau ia harus mengikuti sandiwara Bastian.“Jadi kamu suaminya Naya?” tanya Ayunda sambil menatap Bastian dari ujung kepala hingga ujung kaki, memperhatikan dan berusaha mengingat wajahnya.“Iya Bu, kami baru menikah beberapa bulan yang lalu dan Kanaya sedang mengandung anak pertama kami,” jawab Bastian sambil menyentu
Baca selengkapnya

Bab 158 Jejak

Elsie dan Rosa sedang berada di sebuah toko pakaian wanita di Central Square Mall, salah satu mall besar di Emerald City sore itu.“Coba lihat ini Els, bagus tidak kalau aku pakai ini untuk acara baby showermu nanti?” Rosa membentangkan sebuah gaun berwarna putih di hadapannya. Elsie menoleh dan memperhatikan gaun itu. Gaun itu sangat bagus dan akan menarik perhatian banyak orang. Akan tetapi ia tidak mengatakan hal itu pada Rosa.“Aku rasa baju ini kurang bagus Ros. Coba kamu cari yang lain. Bagaimana kalau yang ini?” Elsie meraih gaun berwarna biru dari salah satu rak gantung di toko itu dan memberikannya pada Rosa.Elsie tidak mau Rosa memakai gaun putih itu dan merebut pusat perhatian orang-orang darinya. Bagaimana pun dirinya adalah bintang di acara baby shower ‘bayi dalam kandungannya’. Ia tidak akan membiarkan Rosa merusak momen besarnya itu.Acara baby shower yang ia rancang bersama Miranda untuk bayi laki-laki mereka akan bertemakan warna biru, putih dan silver. Ia dan Bast
Baca selengkapnya

Bab 159 Siapa Yang Mendatangkan Nathan?

Kanaya bersiap-siap hendak pulang ke rumah setelah dua malam ia menginap di rumah sakit.Ia sebenarnya enggan untuk pulang, namun Bastian memaksanya mengatakan ia harus beristirahat di rumah. Laila telah datang ke rumah sakit bersiap untuk menggantikannya. Dan Kanaya tidak punya alasan untuk menolak pulang.“Sudah, segera pulang. Biar Bude yang menjaga ibumu. Jangan kuatir Naya, ibumu akan baik-baik saja.” Laila ikut mendorong Kanaya untuk segera pulang. Ia juga mengkhawatirkan keadaan kandungan keponakannya itu jika dia terlalu lelah.Bastian yang sudah Laila ketahui sebagai orang yang ‘menyewa’ kandungan Kanaya bersikukuh menyuruh Kanaya pulang dan menunggunya di depan ruang tunggu.“Iya Bude,” jawab Kanaya tidak lagi menolak. “Dokter Alex Dirga, diturunkan dari jabatannya sebagai Direktur Medical Centre. Ia digantikan oleh Dokter Syarifah melalui keputusan Dewan direksi Rumah Sakit tersebut setelah hampir 6 tahun menjabat. Belum diketahui apa penyebab pergantian jabatan itu karen
Baca selengkapnya

Bab 160 Bukan Kebetulan

Kanaya menelan ludahnya merasakan sikap dominan Bastian. “Siapa Naya? Indra?” tebak Bastian dengan sedikit nada menggeram. Jika benar Indra, ia akan kesal sekali! Kanaya menggeleng dengan cepat. “Bu-bukan. Itu… Naya pikir—Ri-rizal—yang—” jawab Kanaya dengan terbata-bata. Rizal? Bastian mengerutkan keningnya. Ia tidak pernah menyangka jika Rizal yang ada dalam pikiran Kanaya. Bastian sendiri hampir lupa dengan pria satu itu karena begitu banyak yang dipikirkannya belakangan ini. Raut wajah Bastian berubah seketika ia menyadari sesuatu. “Naya, kamu berkomunikasi dengan dia?” tanya Bastian. Tatapan yang tadinya penuh tuntutan, berubah menjadi penuh selidik dengan sekelebat kekhawatiran. Apa yang harus ia jawab? Akankah Bastian marah jika ia mengatakan ‘iya’? Batin Kanaya. “Berikan handphone-mu,” pinta Bastian sambil menengadahkan tangannya. Kanya menjadi heran. Kenapa dia meminta handphone-ku? Kanaya tidak mau memberikannya, karena ia merasa itu adalah privacy-nya. “Naya, ber
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
36
DMCA.com Protection Status