Semua Bab Kesepakatan Hati: Ibu Pengganti Untuk Anak CEO: Bab 111 - Bab 120

359 Bab

Bab 111 Bukan Tempat Kembali

Bastian sedang duduk bersila di atas ranjang. Ia fokus menatap layar laptopnya. Bastian melirik pintu kamar mandi di mana ia mendengar suara air mengalir. Kanaya, istri sirinya itu sedang mandi setelah bangun dari tidur siangnya.Jika tidak sedang ada pekerjaan, sudah pasti ia akan bergabung bersama Kanaya di sana. Namun sayangnya ada beberapa surat elektronik penting yang harus ia kirim berhubungan dengan bisnisnya.Tiga hari sudah Bastian tinggal di Sunset Summit, hanya berdua dengan Kanaya. Namun hari itu ia harus kembali ke Sunnyside Estate.Nada panggil dari teleponnya tiba-tiba saja terdengar. Bastian melirik dan melihat nama Elsie tertera di sana.Bastian meraih telepon genggamnya dan ia mengangkatnya.“Ya sayang?” sapa Bastian sambil melirik ke arah pintu kamar mandi.“Kamu jadi pulang kan hari ini? Aku udah kangen Sayang…” terdengar suara Elsie dengan nada merajuk manja.“Iya, nanti sore pesawatku sampai.” Bastian terpaksa berbohong. Ia kembali melirik pintu kamar mandi.Ent
Baca selengkapnya

Bab 112 Wanita Simpanan

Belum lama mobil Mercedez Benz hitam itu pergi meninggalkan halaman rumah di jalan Sunset Summit, Kanaya menerima sebuah notifikasi pada telepon genggamnya. “Kanaya mengerutkan keningnya. Rekening apa ini? Seingat Kanaya, nomor rekening yang tercantum di notifikasi itu bukan miliknya. Lalu punya siapa rekening ini dan siapa yang mentransfer uang dua puluh juta? Tunggu… mungkinkah? Kanaya segera mengambil dompetnya dan mengeluarkan kartu ATM yang dulu diberikan Bastian untuknya di Misty Bay. Mungkinkan itu nomor rekening kartu ini? Apa Bastian yang mengirimkan uang untuknya? Kanaya tidak tahu lagi siapa orang yang ia kenal yang bisa mengirimkan uang sebesar itu untuknya selain Bastian. Kanaya segera menulis pesan kepada Bastian. “Bapak transfer uang 20 juta untuk Naya?” Hanya hitungan detik sebelum Bastian membaca pesannya dan dia membalasnya. “Apa jumlahnya kurang?” Kurang? Balasan pesan Bastian itu membuat Kanaya bertanya-tanya dan tidak langsung menjawabnya, sampai notifik
Baca selengkapnya

Bab 113 Istri Dokter?

Kanaya berbalik badan dan tersenyum pada Indra. “Nggak Dok. Saya tidak minum kopi.” Kanaya tahu ia tidak bisa berbohong mengenai hal ini. Indra tahu persis Kanaya tidak akan mengkonsumsi sesuatu yang seharusnya dihindari, apalagi jika hal itu akan berpengaruh buruk pada kehamilannya. Kanaya termasuk orang yang sangat disiplin dengan diet makannya. Ia benar-benar menuruti apa yang disarankan oleh ahli gizi. Indra masih menatapnya, menunggu penjelasan untuk siapa kopi itu ada di sana. “Dokter ingat Fadly, saudara sepupu saya yang menjadi wali nikah? Dia datang ke sini tadi pagi, dan saya membuatkan kopi itu untuknya.” Kanaya tidak ada pilihan lain selain menggunakan nama sepupunya itu. Karena hanya dialah orang diluar kenalan Indra yang mengetahui pernikahan sirinya dan di mana ia sekarang tinggal. “Oh ya, saya ingat. Apa ada sesuatu yang terjadi? Apa ini ada hubungannya dengan ibumu?” tanya Indra dengan nada khawatir. “Ibu baik-baik saja,” Kanaya segera menjawabnya. Diam-diam
Baca selengkapnya

Bab 114 Menerima Profesi Seorang Dokter

“Kenapa Dokter tidak menjelaskan saat teman Dokter menyebut saya istri Dokter?” Kanaya bertanya ketika Diego, pemilik restoran Italia itu telah pergi meninggalkan meja mereka.Ia kembali memanggil Indra dengan sebutan Dokter untuk membatasi hubungan formal mereka. Ia tidak ingin Indra melangkah terlalu jauh, seperti yang baru saja dia lakukan, yaitu mengakuinya sebagai istri.Indra memejamkan matanya dan menarik nafas dalam. “Maaf Kanaya, aku seharusnya memberitahukanmu lebih dahulu,” ucap Indra setelah ia kembali membuka matanya.“Mengenai apa?” Kanaya melihat kontradiksi pada ekpresi wajah Indra, sehingga Kanaya pun menahan diri dan menunggu penjelasan Indra.“Kamu lihat wanita berambut panjang yang duduk di dekat jendela?” Indra tidak menunjuk suatu arah, hanya menyebutkan deskripsinya saja.Pandangan mata Kanaya menyapu ke sekeliling restoran itu. Ada beberapa perempuan yang duduk di meja sepanjang sisi jendela, tetapi hanya satu yang berambut panjang.Jaraknya tidak jauh dari mej
Baca selengkapnya

Bab 115 Benturan Tak terhindarkan

Ya tuhan, anakku! Batin Kanaya sambil memejamkan matanya, pasrah saat menyadari tidak ada yang dapat ia lakukan untuk menahan tubuhnya dari jatuh ke lantai. Kedua tangannya refleks melingkari perutnya untuk melindungi anak yang ada di dalam kandungannya. Kanaya bisa mendengar suara teriakan horor orang-orang yang ada di sekitarnya, saat akhirnya ia terjatuh. Hup! Bruk! Aaahhh! Kanaya menggigit bibirnya dan memejamkan matanya dengan erat. Ia bahkan menahan nafasnya bersiap-siap menahan benturan keras yang akan terjadi. Namun yang ia rasakan justru goncangan kecil saat ia mendarat di permukaan yang tidak sekeras bayangannya. Kanaya bisa mendengar suara orang menghembuskan nafas lega, namun ia tidak berani membuka matanya, khawatir jika semua itu hanyalah ilusi. “Kanaya, apa kamu baik-baik saja?” Terdengar suara seorang pria bertanya padanya dari jarak yang sangat dekat. Bahkan ia bisa merasakan kehangatan sosok lain yang begitu dekat. Bagaimana mungkin? “Kanaya? Kanaya?” Suara kh
Baca selengkapnya

Bab 116 Dokter Yang Ia Cari?

“Maaf, nama suami?” Perawat mengulang kembali pertanyaannya. Ia bahkan melirik Rizal yang berdiri di samping Kanaya. Menduga dia-lah sang suami. “Dia bukan suami saya,” jawab Kanaya cepat-cepat. “Oh? Nama suami Nona?” Perawat itu bertanya kembali. “Bastian.” Kanaya akhirnya menyebutkan nama itu. Perawat itu tidak bertanya lebih lanjut. Dia tidak menduga jika Bastian yang dimaksud adalah Bastian Aryo Dwipangga, pengusaha sukses dan terkenal di kota mereka. Perawat itu lalu membantu Kanaya naik ke atas ranjang untuk menunggu pemeriksaan dokter. Tidak lama seorang dokter perempuan memasuki ruangan. “Halo, selamat sore. Ada keluhan apa?” Dokter itu langsung duduk di kursi yang menghadap komputer pemeriksaan USG. “Saya tadi sempat terjatuh, dan saya ingin memastikan kondisi kandungan saya,” jawab Kanaya berterus terang. “Bagaimana posisi jatuhnya? Apa mengenai perut?” Dokter itu mulai mengoleskan cairan jelly di perut Kanaya. “Meringkuk Dokter. Saya berhasil menangkap
Baca selengkapnya

Bab 117 Harapan Baru

Kanaya kerap mendengar mengenai Dokter Nathan. Dokter Nathan adalah seorang dokter spesialis bedah toraks kardiovaskular yang sangat terkenal. Kabarnya ia sangat cerdas, teliti dan sangat berpengalaman dalam melakukan bedah jantung bahkan yang tersulit sekalipun. Tidak pernah ditemukan sekalipun pasiennya yang mengalami komplikasi dan malpraktek. Dokter itu pun tidak pernah diberitakan melanggar kode etik profesi. Pasiennya banyak sekali. Sehingga sangat sulit untuk bisa bertemu langsung dengannya tanpa membuat janji dengan tim medis dokter itu. Kanaya pernah menanyakan mengenai Dokter Nathan pada rumah sakit tempat ibunya melakukan perawatan rutin, namun mereka mengatakan sangat sulit untuk mengontak dokter itu. Kalau saja ia bisa menghubungi Dokter Nathan dan memintanya mengecek keadaan ibunya, mungkin saja ia bisa mendapat second opinion mengenai kondisi jantung ibunya. Apalagi sampai saat ini ia belum juga mendapatkan donor yang tepat untuk jantung ibunya. Padahal biaya oper
Baca selengkapnya

Bab 118 Suara Laki-laki Lain

Mobil Mercedez Benz yang dikendarai Rafles menepi di Sunnyside Estate malam itu. Di dalam mobil, Bastian memejamkan matanya setelah seharian sibuk dengan berbagai macam pertemuan bisnis. “Pak, kita sudah sampai.”Bastian membuka matanya dan ia melihat rumah yang sudah ditinggalinya selama tiga tahun pernikahan dengan Elsie. Rumah itu ia bangun saat akan menikah dengannya, sesuai dengan keinginan istrinya itu.Bastian meraih sebuah paper bag mewah yang ada di sampingnya sebelum ia melangkah keluar. Di depan pintu rumah, Citra sudah menyambutnya dengan ucapan selamat malam dan dengan sigap mengambil alih tas kerja yang ia pegang. Sambil berjalan, Bastian menyapu pandangan ke selurih bagian rumah besar dengan interior mewah itu. Meski ditata sedemikian rupandengan berbagai macam perabot dan aksesoris mewah, rumah itu tampak sepi dan hampa.Saat melewati dapur, Bastian berhenti. Dapur yang sudah ia desain sedemikian lengkap dan mewah itu sehari-hari m hanya digunakan oleh asisten rum
Baca selengkapnya

Bab 119 Terbayang Sosoknya

“Aku sakit perut tadi. Kenapa Yang?” Elsie terpaksa berbohong dan berpura-pura tidak tahu maksud pertanyaan Bastian.“Hem, apa kamu menghubungi seseorang?” tanya Bastian sambil duduk bersandar dan melipat tangan di depan dada, senbari memperhatikan ekspresi wajah istrinya. Ia yakin mendengar suara seorang laki-laki di dalam kamar mandi. Suara itu seperti suara dalam panggilan telepon.Elsie menggeleng dengan wajah polos. “Kenapa sih Yang? Kok tiba-tiba kamu tanya itu?”Dengan merajuk, Elsie menghampiri Bastian. Ia lalu duduk disampingnya, bergelayutan manja di lengan suaminya.“Aku mendengar suara seorang laki-laki sedang bicara padamu.” Bastian langsung bertanya. Ia lalu menoleh dan memperhatikan pakaian istrinya.Elsie saat itu tengah mengenakan gaun malam sebatas setengah paha dengan belahan dada rendah. Bisa dibilang gaun tidur itu cukup seksi memperlihatkan sebagian tubuh istrinya. Bukankan suara yang ia dengar tadi mengatakan jika yang dilihatnya sangat seksi? “Masa sih?” Ken
Baca selengkapnya

Bab 120 Diam Yang Terbaik

Elsie berjalan mondar-mandir dengan gelisah di kamar utama rumah Sunnyside Estate. Sesekali matanya melirik pintu kamar mandi di mana Bastian masuk beberapa menit yang lalu.Hampir saja ia kepergok sedang video call dengan Rico, jika saja Citra tidak bertanya pada suaminya itu.Sikap Bastian pun tampak dingin. Apa Bastian mencurigainya? Sejauh mana suaminya itu mendengar percakapannya dengan Rico?Elsie tidak tenang. Ia tidak bisa membiarkan Bastian terus mencurigainya. Ia harus melakukan sesuatu.Mendengar suara air mengalir, Elsie tersenyum menemukan ide.Perlahan dibukanya pintu kamar mandi, dan ia masuk ke dalam tanpa suara.Elsie melihat ruangan shower air yang sedikit berembun karena hawa dari air panas yang digunakan oleh Bastian untuk mandi.Samar ia mendengar nafas berat suaminya itu, disertai suara erangan tertahan. Elsie hafal betul suara desahan dan lenguhan suaminya itu. Apakah Bastian sedang memuaskan dirinya sendiri? Tapi, bagaimana mungkin?Namun semakin ia berjalan m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
36
DMCA.com Protection Status