Home / Pernikahan / Dibuang Suami Dinikahi Sultan / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Dibuang Suami Dinikahi Sultan: Chapter 61 - Chapter 70

115 Chapters

Bab 61

“Ga-ga ganti tabung gas?”Segara tak percaya mendengar permintaan Nona, seumur hidup bahkan bisa dihitung jari dia menyalakan kompor di rumah. Meski begitu, Segara jelas tidak ingin menunjukkan kalau dirinya tidak mampu melakukan apa yang Nona minta. Gengsi, bisa-bisa wanita itu bertambah marah dan berujung tak mau bicara kalau sampai dia menolak.“Iya ganti tabung gas.” Nona mengulangi ucapan. “Ya sudah kalau tidak mau, memang tidak bisa diandalkan,”gerutunya dengan nada kesal. Nona meletakkan mie instan dan gunting di dekat kompor, dia keluar dari sana sambil melirik Segara, tapi pria itu lebih dulu menahan dengan berdiri menghalangi pintu seperti saat dia hendak pergi dari hotel siang tadi."Aku akan melakukanya, di mana tabung gas penggantinya?" Segara buru-buru keluar dari dapur, menyadari Nona tadi hendak keluar dia yakin tabung gas ada di ruang penyimpanan. Segara meminta Nona untuk menunjukkan
Read more

Bab 62

 **Mina menghabiskan waktu menemani Senja di rumah sakit, dia mendengarkan keluh kesah putri angkatnya itu dengan baik. Mina terus saja meminta Senja agar tidak berpikir macam-macam, dia tidak tahu bahwa Senja sedikit manipulatif bahkan sudah berani memanfaatkan rasa sayang yang dia punya. Mina bahkan dengan telaten mengupas buah dan memotongnya kecil-kecil agar Senja bisa menikmatinya dengan mudah. Namun, tak mereka duga Segara datang bersama Nona, pasangan pengantin baru itu terlihat saling bergandengan tangan masuk ke kamar dan membuat Senja iri. Gadis itu mengembalikan piring berisi buah ke Mina, berkata kalau dia sudah tidak berselera lagi. Mina tahu Senja sepertinya tidak senang melihat Nona datang bersama Segara, tapi sebisa mungkin tidak berspekulasi, dia menyambut anak dan menantu barunya dengan senyuman ramah. Mina lega mendapati amarah Nona yang tak berlarut-larut ke putranya."Nona!" Mina menyapa lantas m
Read more

Bab 63

***“Semua ini pasti rencananya untuk membuat papa dan semua orang benci aku,”amuk Senja. Ia masih tidak mau menerima bahwa dirinya lah yang suka mencari gara-gara.“Jangan memfitnah istriku! Kamu terlalu dimanja, kamu memanfaatkan rasa sayang kami!”Segara tak terima dengan ucapan Senja, dia kini semakin membenci adik angkatnya itu. Mungkin, Nona memang keterlaluan, tapi ini satu-satunya cara yang bisa membuat Segara benar-benar menghindari Senja.Saat pernikahan mereka saja, Segara berlari untuk memeriksa kondisi gadis itu meninggalkannya. Bagi Nona mungkin saja ke depan hal-hal semacam ini akan terus terulang, jika dia tidak mencabut  penyebabnya sampai ke akar.“Senja, Papa kecewa sama kamu. Kamu benar-benar sudah keterlaluan.”Ucapan Nic semakin membuat Senja terpojok. Ia menepis tangan Kimi yang hendak mengobati lukanya hingga menyenggol nampan berisi obat dari atas nakas.“Senja!&r
Read more

Bab 64

"Mengurus surat-surat pernikahan kita."Jawaban Segara cukup membuat Nona kaget, wanita itu kembali menanyakan apakah Segara memang mau melanjutkan pernikahan mereka. Berniat hanya untuk memastikan, tak disangka Nona malah mendapat amukan dari pria itu. "Apa maksudnya melanjutkan atau tidak? Kamu pikir kita sedang apa?""Kok kamu ngegas kayak pembalap motogp? Aku 'kan cuma sekadar tanya." Nona memajukan bibir. "Galak sekali," cicitnya.Segara yang sadar nada bicaranya meninggi langsung meminta maaf. Ia raih tangan Nona, tapi wanita itu menepisnya dengan kasar. Hingga terjadilah perebutan ingin pegang dan menghindar. "Apa sih?""Sudahlah Non, jangan mulai lagi!" Bujuk Segara. Ia berhasil mendapatkan tangan Nona lantas menciumnya dengan sangat mesra. "Kita pergi mengurus surat-surat ya, kita 'kan belum punya buku nikah.""Terserah!" Ketus Nona. Dari pengalamannya berhubungan dengan wanita selama ini
Read more

Bab 65

 "Apa kamu itu samsonwati?" Tanya Segara yang masih terheran. "Kardus ini enteng banget kok, coba saja angkat kalau tidak percaya!" Nona menepuk ke dua tangannya seolah sedang membuang sisa-sisa kotoran. Dia baru saja memasukkan satu kardus tepung serbaguna ke keranjang belanjaan."Karena kamu bilang akan membelanjakan apapun, maka aku tidak segan untuk membeli kebutuhan sebanyak-banyaknya. Aku akan ambil troli lagi."Nona tersenyum senang, dia tidak peduli Segara berpikir dirinya matre, jika itu menyangkut kebutuhan anak-anak panti. Selesai belanja, Nona baru sadar dia terlalu kalap. Belanjaannya sampai tidak muat masuk ke dalam bagasi mobil Segara, padahal mereka sudah dibantu karyawan untuk menyusunnya agar lebih rapi. Alhasil Segara harus menekuk dua kursi penumpang agar belanjaan itu bisa terangkut semua. Di dalam mobil, Nona duduk memandangi struk belanjaan dengan wajah bersalah. Baru kali ini dia berbelanja bah
Read more

Bab 66

 “Menikah?”Semua pekerja panti terkejut saat Nona memberitahu dirinya sudah menikah dengan Segara. Mereka senang saat Nona datang bersama pria itu membawa banyak barang dan kini sedang merapikan bahan makanan di dapur. “Iya, kami sudah menikah.” Nona tersenyum tipis. “Aku hari ini akan berkemas dan pindah dari panti, tapi tenang saja! Aku akan sering berkunjung,”ucapnya.“Kami belum memberimu kado pernikahan.”Nona menoleh saat temannya mengatakan itu, dia menggeleng dan berkata doa adalah kado yang paling dia harapkan. Dia juga merasa tidak layak mendapat hadiah, dia sudah bersyukur bu Dewi mau menampungnya tinggal di sana.Sementara itu, Segara bermain bersama anak-anak panti sambil menunggu Nona yang sibuk menata barang di dapur dan kini mengemas baju yang akan dibawa. Saat ada kesempatan, bu Dewi pun mengajak Segara bicara, terutama tentang Nona yang beberapa kali berkata meras
Read more

Bab 67

“Non, sudah biar mbok saja yang siapin. Non ke kamar aja sama Tuan.”Mbok Munah melarang Nona yang ingin membantu menyiapkan makan malam. Namun, bukannya menurut dia malah mengambil apron dan memakaianya. Nona meraih pisau lalu bicara-“Ini pertama kali aku memasak untuk suamiku, jadi biarkan aku ya Mbok.”Mbok Munah jelas tidak bisa melarang jika keinginan Nona seperti ini. Wanita paruh baya itu memilih mundur sambil melihat dari kejauhan bagaimana cepatnya Nona mencuci dan memotong sayuran. “Non, apa butuh dibantu motong-motong sayur?” Nona menggeleng, dia menoleh mbok Munah dan memintanya untuk pergi istirahat. “Aku akan masak banyak, jadi nanti Mbok dan yang lain juga bisa ikut makan. Aku tahu masakanku biasa saja, tapi aku harap Mbok dan yang lain suka.” Senyuman Nona terlihat begitu sangat tulus, dia kembali ke sayuran yang sudah dikeluarkan dari kulkas oleh sang pembant
Read more

Bab 68

 “Sebenarnya … “ Nona masih ragu untuk berterus terang, dia menguatkan diri lalu berkata,”Sebenarnya aku takut, aku tidak bisa menutup mata dengan masa lalumu yang suka gonta ganti wanita, aku tidak ingin …. ““Aku selalu memakai kondoom,”potong Segara.“Tapi, bisakah kamu meyakinkanku dengan satu hal, apa kamu bisa melakukan tes HIV lebih dulu, maaf aku bukannya curiga tapi aku ….”“Aku akan melakukannya.” Segara tersenyum dan meraih tangan Nona. Ia menepuknya lembut meski di dalam hati sedikit kecewa karena sang istri curiga. Namun, menurutnya Nona memang patut untuk cemas, dia malah merasa sangat bodoh kenapa tidak berpikir sampai sejauh itu.“Nanti saat hasil tesnya keluar dan aman, aku janji akan melayanimu dengan baik dan sepenuh hati,”kata Nona. Ia takut Segara marah, wajahnya jelas menggambarkan bahwa dia merasa tak enak hati.“Tentu saja! Aku akan bersabar untuk itu, lagi pula aku tidak ingin kamu berpikir aku men
Read more

Bab 69

“Menyiapkan kamar untuk Anda? Apa Anda kumat lagi?”Emir sepertinya salah sangka saat Segara memintanya memesan kamar hotel dan bahkan mengharuskan dibuat seromantis mungkin. Sudah jelas Segara ingin menghabiskan malam bersama Nona, bukannya wanita panggilan seperti sebelum-sebelumnya.“Apa mulutmu pernah dipukul dengan sol sepatu pantofel? Mau aku pukul?” Segara sudah menurunkan tangan dan menaikkan kaki, tapi Emir secepat kilat menghindar dan meminta maaf.“Lalu apa kalau bukan itu, Pak?” Emir seolah lupa kalau atasannya kini sudah memiliki istri. Mulutnya menganga dia bahkan memukul keningnya sendiri saat sadar maksud asli dari permintaan Segara. “Anda ingin saya menyiapkannya untuk Anda dan Nona.”“Iya, dasar lemot!” Cibir Segara. Ia menatap sinis Emir yang malah menunjukkan senyuman ala iklan pasta gigi.“Baik, saya akan menyiapkannya, Pak. Kamar president suit, suasana ala hone
Read more

Bab 70

Nona tak percaya Biru mengizinkan Segara bertukar tempat dan berpura-pura menjadi dirinya. Biru berkata terakhir kali mereka bertukar tempat saat SMA dan itu sudah sangat lama, sebelum terjadi konflik cinta segitiga di antara dirinya, Senja dan Segara.“Ternyata saudara kembar memang memiliki sifat yang tak jauh beda, bagaimana bisa Pak Biru mengizinkan hal seperti ini?” Nona terus saja menggerutu, dia bahkan tergelak saat Segara tak mendengarkannya, suaminya itu malah sibuk menata rambut agar mirip dengan gaya Biru.“Kalau sampai ketahuan dan terjadi hal yang tidak diinginkan, semisal kontrak dan apapun itu berantakan, aku tidak mau disalahkan,”ucap Nona. Ia melipat tangan ke depan dada karena kesal.“Tidak akan, yang berantakan adalah perusahaan Rafa bukan perusahaan kami.” Segara menjawab dengan enteng, dia menoleh Nona dan memulas senyum yang dibuat-buat agar mirip Biru.“Kalian benar-benar konyol,”ucap
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status