Semua Bab Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir: Bab 181 - Bab 190

226 Bab

Bab 181 Pagi yang Manis

Wijaya Kusuma memperhatikan Amira. Dia tidak melihat cemburu dan kecewa pada mata serta senyuman istrinya. Luka yang diterima oleh sang istri jauh lebih sakit dari itu. Perceraian dan dibuang dari pria pertama dalam hidupnya.“Itu bagus. Dulu, Andika tidak buta karena mempertahankan kamu hingga pernikahan, tetapi sayanngnya. Harta dan tahta membuat pria itu membuang kamu.” Wijaya menatap Amira.“Ya.” Amira tersenyum tipis.“Tidak perlu khawatir, Sayang. Sekarang kamu memiliki suami yang lebih berkuasa darinya. Tidak akan ada lagi orang yang berani menyakiti dan merendahkan kamu. Katakan saja apa kamu inginkan. Pasti akan aku berikan,” ucap Wijaya.“Benarkah?” Amira tersenyum.“Kecuali perpisahan,” tegas Wijaya.“Hahaha. Siapa juga yang mau berpisah,” ucap Amira pelan.“Apa? Ulangi lagi.” Wijaya memegang tangan Amira.“Tidak ada. Sudah lewat. Aku selesai.” Amira beranjak dari kursi.“Aku juga ingin bahagia, tetapi bersamamu sangat sulit. Terlalu tinggi puncak yang harus aku daki. Terlal
Baca selengkapnya

Bab 182 Syarat Perceraian

Wijaya duduk di kursi kerjanya. Dia melihat meja Amira yang kosong. Pria itu sudah merasa rindu saja pada sang istri yang meminta libur karena tubuhnya yang penuh dengan tanda merah akibat ciuman kuat dari papa Keano.“Selamat pagi, Pak. Apa Anda akan mencari sekretaris baru?” tanya Dodi masuk ke dalam ruangan Wijaya.“Apa kamu akan mencarikan untukku? Kalian bisa berbagi tugas dengan Amira. Dia bekerja dari rumah dan akan menemaniku ketika pergi ke luar. Kamu juga bisa melakukan dengan santai. Bagaimana? Apa bisa?” Wijaya menatap Dody.“Apa Non Amira tetap bekerja?” tanya Dody lagi.“Ya. Dia kerja dari rumah. Kalian akan terhubung dengan akun yang sama dan aku tidak akan cemburu pada orang tua seperti kamu.” Wijaya tersenyum.“Saya sadar diri, Pak.” Dody ingin tertawa mendengarkan ucapan jujur Wijaya.“Apa bisa? Gaji kalian akan tetap untuk. Bagaimana?” tanya Wijaya memastikan Dody.“Baiklah. Saya akan tetap berada di sisi Anda.” Dody tersenyum.“Kamu tidak perlu mengurus berkas. Biar
Baca selengkapnya

Bab 183 Pengampunan Wijaya

Luna pergi ke apartemen Bella. Wanita itu sudah lama tidak dihubungi manager sekaligus temannya. Dia juga tidak mendapatkan tawaran pekerjaan apa pun.“Bella.” Luna masuk ke apartement yang tidak terkunci.“Luna, ada apa?” Bella terlihat berkemas.“Kamu mau pergi?” tanya Luna memperhatikan Bella.“Ya. Kontrak kerja kita sudah putus. Aku harus kembali ke rumahku dan tidak bisa lagi tinggal di apartemen mewah dan mahal ini.” Bella tersenyum kecut.“Apa maksud kamu, Bel?” Luna bingung dengan ucapan Bella.“Semua Perusahaan yang bekerja sama dengan Wijaya Kusuma telah memutuskan hubungan dengan kita. Nama kamu sudah dimasukan dalam daftar hitam oleh Wijaya Kusuma, Lun. Apa kamu tidak tahu?” Bella menatap Luna.“Apa?” Luna yang berdiri terduduk di sofa.“Kamu menikah dengan Wijaya dan mendapatkan ketenaran seperti yang diinginkan, tetapi ketika terlepas darinya. Dia menghancurkan nama kamu dalam sekejap,” jelas Bella memegang tangan Luna.“Aku sudah mencari tahu kenapa tidak ada yang menghu
Baca selengkapnya

Bab 184 Memilih Hadiah

Wijaya pulang ke rumah. Pria itu memarkirkan mobil di dalam garasi. Dia menaiki tangga menuju kamarnya. Melihat sang istri yang baru selesai mandi dan masih mengenakan handuk.“Halo, Sayang.” Wijaya memeluk Amira dari belakang.“Ah!” Amira terkejut.“Kamu harum sekali. Aku masih berkeringat,” bisik Wijaya di telinga Amira. Dia mencium leher sang istri yang masih basah dan wangi dengan aroma manis.“Mandilah dulu.” Amira tersenyum.“Baiklah. Kamu tunggu aku sebentar.” Wijaya melepaskan pelukan.“Tunggu apa?” tanya Amira bingung.“Jangan berganti pakaian. Tetap kenakan handuk.” Wijaya tersenyum dan masuk ke kamar mandi.“Apa?” Amira bingung.“Kenapa aku tidak boleh berganti pakaian?” tanya Amira melihat Wijaya yang sudah menghilang dari balik pintu kamar mandi yang tertutup.“Hm.” Amira tidak ingin membantah. Dia duduk di sofa dan memangku laptop. Wanita itu tetap bekerja dari rumah walaupun tidak pergi ke kantor. Dia berkomunikasi dengan Dody dengan akun pribadi.“Apa kamu berkerja.” W
Baca selengkapnya

Bab 185 Memaksakan Diri

Luna berada di apartemen pribadinya. Dia masih punya waktu satu minggu berada di Indonesia. Wanita itu harus pergi ke luar negeri untuk memulai kehidupan baru tanpa Wijaya Kusuma. Mereka juga sedang proses perceraian. “Aku harus memilih gaun terbaik untuk pesta Andika dan Cantika. Aku tidak boleh kalah dengan Amira yang hanya seorang sekretaris itu.” Luna duduk di sofa. Dia memilih fashion yang sedang trend di dunia.“Kenapa aku tidak bisa melihat model yang terbaru?” tanya Luna yang tidak bisa lagi mengakses jaringan modelling dan desain yang bekerja sama dengan Wijaya Kusuma.“Ada apa, Luna?” tanya Bella yang baru keluar dari kamar mandi.“Aku tidak bisa mencari informasi tentang perkembangan model terbaru dunia,” jawab Luna.“Apa kamu lupa sudah masuk daftar hitam Perusahaan Wijaya? Kamu tidak punya kontrak kerja lagi dengan mereka sehingga dipastikan sudah diblokir,” jelas Bella.“Apa?” Luna benar-benar tidak sadar dengan apa yang telah terjadi padanya. Dia sudah hancur dari dunia
Baca selengkapnya

Bab 186 Cemburu yang Lucu

Wijaya terlihat fokus di dalam ruang kerjanya. Pria itu masih belum tidur. Ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, tetapi tidak akan pernah habisnya karena begitu banyak bisnis yang dijalankan untuk mendapatkan untung yang tinggi.“Luna pergi ke butik.” Wijaya melihat laporan dari pengurus butik.“Dia harus membayar gaun yang dipilihnya. Itu bagus. Aku tidak akan rugi.” Wijaya hanya melihat pesan dari layar ponsel tanpa membukanya.“Bagaimana kabar, Leon? Dia belum lagi mengirim pesan dan informasi dari pulau itu. Apa pria ini masih hidup?” Wijaya menyenderkan punggung ke kursi kerja. Dia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Pria itu bahkan belum mengantuk sama sekali.Amira yang sudah terlelap meraba kasur yang kosong. Dia benar-benar sudah terbiasa dengan tidur dalam pelukan dan gangguan Wijaya Kusuma. Aroma maskulin sang suami menjadikan dirinya candu dan rindu.“Kemana Wijaya? Apa dia pergi ke luar?” tanya Amira membuka mata dan memperhatikan ruangan yang
Baca selengkapnya

Bab 187 Gaun Khusus

Andika masih sibuk di perusahaannya. Pria itu tidak bisa lagi menghindari pernikahan yang telah direncanakan oleh keluarga Cantika. Keluarga Marni terima bersih saja. Wanita itu benar-benar pintar sehingga tidak mengeluarkan biaya sama sekali.“Sayang, kenapa kamu masih kerja?” tanya Cantika masuk ke dalam ruangan Andika.“Kamu pasti tahu tentang goncangan di dunia bisnis akibat gossip perceraian Luna dan Wijaya,” jawab Wijaya. “Apa?” Cantika yang sibuk mengurus pesta pernikahan mereka. Tidak tahu dengan kabar tentang Luna dan Wijaya.“Luna sudah putus kontrak dengan Perusahaan Wijaya Kusuma. Wanita itu bahkan berada di dalam daftar hitam,” jelas Andika.“Sekarang banyak pengusaha yang harus memutuskan kerja dengan Luna. Mereka mengalami kerugian,” lanjut Andika.“Apalagi pertemuan besar masih diundur dan belum tahu kapan dilaksanakan lagi.” Andika terlihat gelisah. Dia khawatir akan menjadi target Wijaya Kusuma karena Perusahaan orang tua Cantika pun telah masuk daftar hapus karena k
Baca selengkapnya

Bab 188 Berkilau

Para tamu undangan telah memenuhi aula dan taman. Mereka semua hadir untuk merayakan pesta penikahan. Tuan rumah menyiapkan kamar hotel untuk tamu Istimewa. Mereka bahkan sudah mengirimkan kunci bersama dengan kartu undangan.Wijaya duduk di sofa memperhatikan Amira yang sedang mengenakan gaun biru yang cantik. Pria itu segera beranjak dari sofa untuk membantu sang istri.“Cantik.” Wijaya mencium punggung Amira yang masih terbuka. Pria itu mengikat pita yang ada di belakang.“Terima kasih,” ucap Amira.“Sayang, jika pita ini terbuka akan sangat bahaya.” Wijaya memastikan tali yang diikatnya benar-benar kuat.“Ya. Aku tidak tahu bahwa pita belakang itu harus diikat. Aku pikir sudah terpasang.” Amira memutar tubuhnya di depan cermin.“Ini benar-benar pakaian dengan gaya barat.” Amira melihat punggungnya dari cermin.“Tidak apa, Sayang. Dia hanya memperlihatkan punggung dan tidak akan jatuh ke bawah karena masih ada tali di atas ini.” Wijaya memeriksa gaun Amira dari atas hingga bawah.“H
Baca selengkapnya

Bab 189 Permainan yang Menegangkan

Amira memegang erat tangan Wijaya Kusuma. Ada begitu banyak pengamat model yang mendekatinya. Mereka ingin mengenal wanita itu lebih jauh. Wajah cantik dengan tubuh seksi sempurna memberikan aura mahal dengan daya jual tinggi.“Pak Wijaya, apa Non Amira mau menjadi model busana tahu ini?” tanya seorang pria.“Tidak. Dia hanya akan terus berada di sisiku. Kalian tidak akan mampu membayarnya,” tegas Wijaya Kusuma.“Pak Wijaya, biarkan Non Amira mengambil peran dalam pemotretan tahun ini. Perusahaan akan meningkat pesat. Kita akan mendapatkan keuntungan.” Para pemburu model benar-benar tidak ingin menyerah. Mereka bisa melihat aura Bintang masa depan dari Amira.“Apa kamu sedang mengajarku?” Wijaya menatap tajam pada pria di depannya.“Maaf, Pak.” Para pria itu segera menjauh. Mereka sangat takut ketika Wijaya marah.“Selamat datang kepada, Pak Wijaya Kusuma dan pasangannya malam ini yaitu Nona Amira,” ucap seorang pembawa acara.“Apa?” Luna sangat terkejut mendengar pembawa acara yang me
Baca selengkapnya

Bab 190 Berbahaya

Amira berada di taman belakang. Wanita itu sendirian. Dia kebingungan karena seseoran menariknya keluar dari kegelapan.“Kenapa aku di sini?” Amira melihat sekeliling. Dia bisa bernapas karena ada cahaya lain di luar.“Aku benar-benar takut kegelapan dan ketinggian.” Amira duduk di kursi. Dia tidak tahu bahwa dirinya berada di atap hotel.“Di mana tasku?” Amira baru menyadari bahwa dia sudah kehilangan tas. Wanita itu ingin menghubungi Wijaya.“Wijaya!” teriak Amira beranjak dari kursi dan berjalan ke tepi dinding. Dia benar-benar tidak tahu bahwa dirinya dalam bahaya.“Tidak!” Amira terduduk di rumput. Jika dia melangkah satu langkah saja, maka akan jatuh ke jalanan dan dapat dipastikan kematian telah menunggu di bawah. Wanita itu takut pada ketinggian tanpa dinding. Kakinya benar-benar lemas ketika dia sudah menyadari bahwa dirinya berada di atap yang tingi. Angin yang tiba-tiba bertiup kencang menyapu wajah dan tubuhnya yang terbuka. Rasa dingin pun merasuk ke dalam tulang.“Bagaima
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1718192021
...
23
DMCA.com Protection Status