Semua Bab Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir: Bab 171 - Bab 180

226 Bab

Bab 171 Memanjakan Amira

Luna sangat kesal dengan jawaban Amira. Wanita itu menyesal karena tidak membunuh sang perebut suaminya ketika masih ada kesempatan.“Plak!” Luna tidak bisa menahan diri sehingga dia menampar pipi Amira.“Apa salah saya?” Amira memegang pipinya.“Karena kamu terus berada di sisi, Wijaya. Plak!” Luna menapar pipi pada bagian yang lain.“Luna!” teriak Wijaya.“Plak! Plak!” Wijaya menampar kedua pipi Luna dengan sangat kuat hingga wanita itu jatuh tersungkur ke lantai. Semua orang terkejut dengan teriakan Wijaya sehingga melihat ke arah mereka.“Apa yang terjadi?” tanya semua orang di dalam hati. Mereka tidak berani mendekat sehingga para pengawal pun menutup Wijaya dengan membuat pagar tubuh. “Apa sakit?” Wijaya memeriksa pipi. Pria itu tidak ingin wanita yang dicintainya terluka lagi. “Mmm.” Amira menggeleng.“Ayo pergi.” Wijaya langsung menggendong Amira. Dia membawa wanita itu keluar dari pintu belakang. “Ahh!” Amira terkejut. Mereka akan melakukan pertemuan besar yang sudah bebera
Baca selengkapnya

Bab 172 Hati yang Lembut

Wijaya berdiri di ujung pintu ruang pertemuan. Pria itu memperhatikan semua orang dan tidak lagi mendapatkan Luna bersama orang tua.“Pak Wijaya.” Mereka mendekati Wijaya.“Apa kita akan melanjutkan rapat?” tanya Dody.“Tidak. Kalian nikmati saja hari ini sebagai pesta.” Wijaya keluar begitu saja setelah melihat semua orang.“Terima kasih,” ucap semua orang. Jarang sekali Perusahaan Wijaya memberikan jamuan mewah kepada rekan bisnis. Hampir tidak pernah terjadi.Wijaya kembali ke ruangan kerja. Dia melihat Amira yang masih menikmati makanan yang ada di atas meja. Pria itu tersenyum bahagia karena istrinya kembali bernafsu untuk makan.“Sayang, apa kamu belum lapar?’ Wijaya memeluk Amira dari belakang. Pria itu mencium leher istrinya.“Jangan lakukan itu! Kamu tahu kan leher adalah bagian sensitive,” ucap Amira.“Karena itulah aku melakukannya.” Wijaya tersenyum.“Apa kamu tidak mau makan? Kita tidak perlu keluar untuk makan siang.” Amira tersenyum.“Iya, Sayang. Kita makan di sini saja
Baca selengkapnya

Bab 173 Curahan Hati Amira

Luna menghempas tubuhnya di kasur. Wanita itu sangat kesal dengan Amira dan Wijaya. Dia benar-benar sudah dibuang.“Aargghh!” Luna berteriak. Dia membuang bantal dan guling ke lantai.“Luna.” Mariama menyusul Luna ke kamar.“Sial! Sial! Wijaya benar-benar sudah menjadi gila karena Amira. Dia tidak pernah memukulku, tetapi sekarang pria itu menjadi jahat.” Luna menangis histeris.“Tenangkan diri kamu, Luna. Lebih baik kalian bercerai. Kamu cari pria lain.” Mariama memeluk Luna. “Tidak. Tidak boleh ada wanita mana pun yang bersama Wijaya.” Luna benar-benar histeris. Wanita itu merasa hidupnya hancur karena hidup yang tenang telah berubah sejak kehadiran Amira.“Ma, kehadiran Amira benar-benar merusak kebahagiaanku.” Luna menatap Mariama.“Luna. Sadarlah! Wijaya itu tidak bisa ditaklukkan. Dia tidak peduli tua atau pun muda. Dia bahkan sudah melenyapkan tim film yang menyakiti Amira,” jelas Mariama.“Apa?” Luna mengerutkan alisnya.“Mama sudah menyelidiki Wijaya. Dia berbahaya, Luna. Pri
Baca selengkapnya

Bab 174 Status Ibu

Wijaya menunggu Amira, tetapi wanita itu tidak kembali juga sehingga dia harus menyusulnya. Pria itu bisa melihat Amira yang tidur siang bersama dengan Keano.“Dia selalu tidur setiap kali memberi asi. Apa merasa nyaman atau memang lelah?” Wijaya tidak ingin mengganggu istirahat Amira dan Keano. Dia mengambil laptop dan ponsel. Kembali lagi ke kamar putranya agar bisa terus melihat dua orang yang paling penting dalam hidupnya.Wijaya duduk di sofa dan mulai bekerja. Dia sibuk dan fokus. Sesekali melihat pada anak dan istrinya yang tidur dengan tenang. “Dia benar-benar terlihat nyaman bersama Keano.” Wijaya tersenyum. Pria itu kembali bekerja dan memeriksa laporan setelah pembatalan rapat.“Aku harus menghubungi Jack agar segera menyingkirkan Perusahaan Lucas.” Wijaya keluar dari kamar dan berdiri depan pintu.“Halo, Jack.” Wijaya menutup pintu kamar Keano. Dia tidak mau membuat Amira terbangun dan mendengarkan percakapannya dengan Jack.“Ya, Bos.” Jack dengan cepat menerima panggilan
Baca selengkapnya

Bab 175 Sakitnya Luna

Lucas yang baru masuk Perusahaan sangat terkejut menerima laporan dari sekretarisnya. Kantor menjadi sibuk dan ricuh karena kabar kebangkrutan telah tersebar kemana-mana. Beberapa cabang mereka telah diambil Wijaya.“Apa?” Lucas segera berdiri dan menghempaskan berkas laporan yang diberikan oleh beberapa kepala divisi kepadanya.“Bagaimana ini bisa terjadi?” tanya Lucas.“Maaf, Pak. Mereka menyerahkan empat kantor cabang kepada Wijaya,” ucap sekretaris Lucas.“Kita benar-benar hancur.” Lucas terduduk lemah di kursinya. “Apa ini akibat dari Luna yang menyakiti Amira?” tanya Lucas di dalam hati. “Aku harus meminta ampunan Wijaya. Perusahaan akan tutup dan tidak mampu membayar gaji karyawan. Kami baru menanamkan modal pada banyak bisnis untuk mengembangkan Perusahaan.” Lucas menatap orang-orang yang tertunduk di depannya.“Pak, bukankah putri Anda adalah istri dari Wijaya Kusuma? Kenapa dia menargetkan kita? Apa yang terjadi. Selama ini baik-baik saja,” ucap seorang pria.“Mungkin kehid
Baca selengkapnya

Bab 176 Rencana Bulan Madu

Amira masih diam tanpa mengatakan sepatah kata pun. Dia menunduk dan tidak melakukan apa pun. Wanita itu bingung dan gugup. “Amira,” sapa Wijaya dan tidak ada respon dari Amira. Wanita itu masih terkejut dengan kedatangan Luna dan juga perlakukan dari suaminya yang secara tiba-tiba menciumnya di depan mama kandung Keano. “Amira.” Wijaya memegang lengan Amira. “Ahh!” Amira tampak lemas. “Ada apa, Amira? Apa ada yang sakit?” tanya Wijaya. “Mm.” Amira menggelengkan kepalanya. “Kenapa kamu seperti ini?” Wijaya melihat perubahan dari sikap dan raut wajah Amira. Tidak ada lagi senyuman di bibir wanita itu. “Amira kenapa kamu begini?” Wijaya meletakkan kedua tangan di pipi Amira. “Tidak apa.” Amira menghindari tatapan Wijaya. Dia mulai takut pada pria itu. “Amira, ada apa dengan kamu? Katakana kepadaku. Apa aku melakukan kesalahan? Apa aku menyakiti kamu?” tanya Wijaya terus karena tidak mendapatkan jawaban dari Amira. “Kenapa kamu lakukan ini padaku?” Amira menatap Wijaya. “Mela
Baca selengkapnya

Bab 177 Bad Mood

Wijaya tidak peduli dengan kekacauan yang terjadi di dunia bisnis. Pria itu mau menikmati bulan madu sesungguhnya. Walaupun itu bukan yang pertama untuk mereka, tetapi dalam suasana hati yang berbeda. Tidak ada paksaan dan amarah, tetapi saling suka serta menginginkannya. Dia mau ke luar negeri, tetapi Keano masih kecil.“Bereskan berkas dan kita pulang,” ucap Wijaya.“Ya.” Amira memindahkan berkas yang telah disusunnya ke dalam lemari yang dikunci agar tidak ada kesempatan untuk orang dengan niat jahat mengambilnya.Wijaya memiliki banyak musuh karena cara dia mengalahkan pesaingnya dengan berbagai cara. Baik halus atau kasar. Ketika dia menginginkan sesuatu akan didapatkan dengan segala cara.“Aku sudah bersama kamu cukup lama, tetapi masih belum mengenal diri kamu yang asli. Ada begitu banyak rahasia yang tersimpan dan tidak aku ketahui.” Amira memperhatikan Wijaya yang terlihat mengenakan jas dan mengambil kunci mobil yang ada di atas meja.“Apa kamu sudah selesai?” tanya Wijaya me
Baca selengkapnya

Bab 178 Siksaan Nikmat

Wijaya benar-benar lebih tenang ketika di rumah. Pria itu tidak mengganggu Amira yang terus bersama Keano. Dia sibuk bekerja di ruang kerjanya.“Harusnya dia bisa membantuku ketika di rumah.” Wijaya tersenyum. Dia melihat jam yang sudah menunjukkan pukul Sembilan malam.“Apa Keano belum tidur sehingga Amira tidak juga datang kemari?” tanya Wijaya pada dirinya sendiri. Pria itu berharap Amira akan tetap berada di sisinya sebagai seorang istri, asisten dan sekretaris ketika mereka berada di rumah. Terus bekerja sama dalam segala hal.“Aku akan menghubunginya.” Wijaya mengambil ponsel yang ada di atas meja dan mencoba menghubungi Amira. Sang pemilik ponsel tidak mendengarkan ada panggilan karena dia mematikan nada dering.“Kenapa tidak diangkat? Apa kamu sudah tidur?” tanya Wijaya yang segera menghubungi bibi. Pria itu masih harus bekerja sehingga tidak ingin keluar dari ruanganya.Bibi yang sedang berada di dapur segera menerima panggilan dan berjalan menuju ruang kerja. Wanita itu paham
Baca selengkapnya

Bab 179 Candu dalam Bercinta

Amira keluar dari kamar mandi dan berdiri di depan Wijaya Kusuma tanpa bicara sepatah kata pun. Dia sudah merapikan diri dan ingin tidur.“Ada apa?” tanya Wijaya melihat pada Amira.“Aku mau pergi tidur. Sudah jam setengah sebelas,” jawab Amira.“Tidurlah di sofa bed itu. Aku akan menggendong kamu,” tegas Wijaya kembali bekerja.“Hah!” Amira kesal.“Aku mau tidur di kamar,” balas Amira.“Tidak boleh. Kita akan pergi ke kamar bersama. Sekarang kamu tidur di sana dan jangan membantah,” ucap Wijaya. Pria itu sudah tahu bahwa Amira berbohong karena dia selalu mendapatkan laporan dari bibi tentang masa mentruasi seorang wanita.“Berani-beraninya kamu berbohong padaku,” ucap Wijaya di dalam hati. Dia melihat Amira berjalan menuju sofa dan merebahkan diri. Wanita itu memang sudah sangat mengantuk.“Bajuku sudah basah dan lengket,” tegas Amira.“Buka saja. Aku akan berikan bajuku untuk kamu,” ucap Wijaya.“Tidak perlu.” Amira mengambil selimut dan memasukan ke dalam bajunya. Dia sudah membersi
Baca selengkapnya

Bab 180 Berharap akan Cinta

Amira segera keluar dari bak mandi. Dia sangat kesal karena tidak bisa menahan diri dan bahkan memimpin permainan panas dengan Wijaya Kusuma.“Kenapa terburu-buru.” Wijaya memegang tangan Amira yang berdiri di tepi bak mandi. Wanita itu tanpa mengenakan apa pun. Dia membelakangi pria yang sudah membuatnya ikut menggila dalam bercinta.“Kemarilah!” Wijaya menarik kembali tubuh Amira sehingga jatuh ke dalam bak mandi. “Aaahh! Ini berbahaya.” Amira melotot. Dia benar-benar takut.“Jangan pernah pergi begitu saja setelah mencapai puncak kenikmatan.” Wijaya tersenyum. Dua anak manusia itu tidak mengenakan apa pun yang menutupi tubuh telanjang mereka.“Aku sudah dingin,” ucap Amira memalingkan wajahnya. Dia malu setiap kali selesai bercinta dengan Wijaya.“Kenapa membuang wajah dan tidak menatapku ketika berbicara?” Wijaya memegang pipi Amira dan melurukan dengan wajahnya.“Aku suka dengan gaya bercinta kamu yang agresif dan cukup ganas. Kita bisa saling mengimbangi, Sayang.” Wijaya memeluk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
23
DMCA.com Protection Status