Wijaya dan Amira sudah berada di tempat tidur dengan berpelukan. Pria itu tidak akan pernah melepaskan istrinya. Dia ingin segera pergi ketika sang kekasih terlelap.“Kenapa belum tidur?” Wijaya melihat pada Amira.“Aku ingin bertanya,” ucap Amira.“Apa?” tanya Wijaya.“Mmm.” Amira ragu untuk bertanya karena dia khawatir Wijaya akan marah, tetapi ada rasa penasaran yang hanya pria itu bisa berikan jawaban serta perjelasan.“Tidak ada.” Amira memutar tubuh dengan cepat membelakangi Wijaya. Dia ingat benar bahwa pria itu tidak mengizinkannya menyenbutkan nama Luna diantara mereka.“Ada apa, Amira? Apa yang ingin kamu tanyakan?” tanya Wijaya mencium punggung leher Amira.“Tidak jadi. Aku tidak mau kamu marah,” jawab Amira.“Baiklah. Tidah usah ditanyakan. Aku juga tidak mau marah kepada kamu,” ucap Wijaya memeluk erat tubuh Amira.“Aku sudah mau kerja,” ucap Amira. “Aku senang, tetapi lebih baik kamu tetap istirahat di rumah dan bersama Keano. Pulihkan diri hingga benar-benar sehat,” bis
Baca selengkapnya