All Chapters of Twogether: Chapter 31 - Chapter 35

35 Chapters

31. PULANG KAMPUNG

“Maaf sudah membuat keributan di pagi hari,” kata Eden sambil membungkukkan badan. Kini dirinya dan Anna bersiap untuk pergi. Eden berjanji akan mengantar Anna pulang hari ini. “Dan juga terima kasih untuk sarapannya,” lanjut Eden. “Tidak usah sungkan. Lagi pula kau kan kekasih Anna,” balas Sherin sambil menatap Anna. Jauh dalam lubuk hati Anna, dia merasa bersalah karena sudah membohongi Sherin seperti ini. Tetapi dia terpaksa harus berbohong karena tidak ada yang tahu apa yang akan dilakukan oleh Ibu Eden. Bisa-bisa dia juga mendatangi Sherin secara tiba-tiba. Anna menggeleng-geleng untuk membuyarkan pikirannya. Membayangkan saja sudah membuatnya geli. “Mungkin aku akan pulang malam lagi, jangan lupa makan malam,” pesan Anna sebelum meninggalkan Sherin. “Jangan pulang malam, lebih baik pulang pagi saja,” celetuk Sherin mengusili Anna sambil memicingkan sebelah mata. Lihatlah wajah Anna yang mulai memerah. Dia kesal bercampur merona. “A
Read more

32. SEBUAH RESTU

Gadis yang mengenakan skirt jeans sebatis itu segera berlari memasuki lobi utama rumah sakit. Dipikirannya kini hanya ada sang kakek. Anna tiba di lobi utama. Begitu pula dengan Eden yang sudah berdiri di sampingnya. “Di sana!” Eden mengajak Anna menuju meja informasi. Menanyakan ruangan nenek Anna.“Terima kasih!” kata Eden pada salah satu perawat yang berjaga. Dia segera membawa Anna yang sangat cemas dan penuh kekhawatiran. Gadis itu mengatupkan kedua tangan di bawah dagu dengan mata yang sudah berkaca-kaca sedari tadi.“Aku yakin nenekmu akan baik-baik saja,” ujar Eden mencoba menenangkan Anna yang tak menjawab. Akhirnya mereka tiba di lorong yang di sebutkan perawat tadi. Tepat saat itu Anna melihat ibunya keluar dari salah satu kamar.“Ibu!” serunya. Sontak ibunya terlonjak kaget ketika melihat putrinya sudah berdiri di depannya. Anna segera berlari menghampiri wanita paruh baya itu. “Bagaimana dengan nenek?” tanya Anna setelah memeluk ibunya sekali lagi. Dengan cepat Anna juga
Read more

33. DUA SISI

“Nenek baik-baik saja, sebaiknya kau segera kembali ke kota,” ucap ibu Anna. Sambil memasang wajah kecewa, Anna berkata pelan, “tidak masalah bu, aku bisa kembali besok,” “Bagaimana dengan nak Eden?” Ibunya justru mengkhawatirkan Eden. Banyak hal yang dipertimbangkan Ibu Anna saat melihat Eden pertama kali. Potongan wajah nan tegas, wajah bersih, tinggi dan berpakaian rapi. Jelas dia bukan berasal dari keluarga biasa sama halnya seperti mereka. “Aku akan bicara dengannya nanti bu, kau tidak usah khawatir.” Anna memeluk ibunya sekali lalu berbalik meninggalkan ibunya di pintu kamar rumah sakit. Langkah Anna terhenti ketika mendapati seorang pria jangkung yang turut berjalan mendekatinya. “Kau mau kemana? Ayo makan bersama,” ucap Eden sambil mengangkat kedua tangannya yang penuh dengan kantong berisi makanan. “Aku tidak tau ibumu suka yang mana, jadi aku beli semuanya,” lanjut Eden lagi. Anna bisa melihat ketulusan yang terpanca
Read more

34. PERTEMUAN SEGITIGA

Anna mengemasi seluruh barangnya dari loker. Entahlah. Nafasnya terasa berat. Kenapa pula dia harus melakukan hal bodoh waktu itu. Tidak. Sebenarnya ini semua karena wanita gila itu. Tidak. Semua ini karena Kevin, laki-laki brengsek itu. Sampai kini masih sangat menyebalkan jika harus membahas Kevin. Anna membanting pintu lokernya dengan keras. “Makanya, kenapa kau melakukan hal bodoh seperti itu?” Ela muncul dari balik pintu loker yang membuat Anna terlonjak kaget. Dia ketakutan setengah mati setelah melihat raut wajah Ela yang datar dan tatapan kosong. “Astaga kau mengejutkanku!” pekik Anna. “Aku hampir saja kehilangan sepuluh tahun umurku,” celetuk Anna asal. “Eh tidak! Aku tarik ucapanku barusan,” Anna menggeleng-geleng menyesali ucapannya barusan. Dia meyakini setiap kata adalah doa, tetapi tetap tak bisa mengontrol setiap kata yang meluncur begitu saja dari mulutnya. “Makanya.” Anna menimpali Ela. “Ah, sudahlah. Yeay! Akhirnya aku punya waktu libur,” bala
Read more

35. HUTANG YANG TERTUNDA

“Masih ada janji rapat dengan klien?” tanya Eden pada asisten yang bertugas di kantor. “Seharusnya sudah tidak ada lagi,” jawabnya lagi sendiri. “Anda punya janji, ya? Tak biasanya anda terlihat sesenang ini, bahkan tersenyum,” asisten yang sudah bekerja lama dengan Eden menyadari perubahan suasana hati bosnya. “Oh? Benarkah?” “Apa sesuatu yang baik terjadi pada anda?” pertanyaan asisten itu tiba-tiba membuat potret wajah Anna melintas di benaknya sekilas. Sudut bibirnya otomatis melengkung tanpa disadari. Apakah gadis itu yang membuatnya merasakan suasana hati yang senang itu? “Hmm….. mungkin karena hari ini aku tak punya banyak kerjaan?” balas Eden sambil tersenyum centil. Dia bangkit, bersiap untuk pulang. “Kalian juga bisa pulang lebih awal,” lanjutnya lagi sambil meraih melangkah keluar ruangan. “Terima kasih atas kerja kerasmu hari ini,” kata Eden pada seluruh pegawai kantornya lalu melenggak keluar meninggalkan asisten yang masih
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status