Beranda / Romansa / Twogether / Bab 51 - Bab 60

Semua Bab Twogether: Bab 51 - Bab 60

89 Bab

51. KEKASIH BAYANGAN

Anna merapikan baju dan rambutnya yang agak kusut kemudian berbalik. Dia mendapati Zeno yang duduk di antara tiga orang pria lainnya. Senyum di wajahnya hilang. Bukan karena tidak senang setelah mengetahui karena Zeno masih di sana menunggunya, tapi karena Zeno tidak sendiri. Bukankah dia bilang ingin mengajaknya makan malam itu artinya hanya berdua? Jika tau begini, Anna tidak akan merasa khawatir sepanjang perjalanan ini. Zeno bangkit dari kursi dan segera menghampiri Anna. “Kau akhirnya datang juga,”“Maaf aku datang terlambat.” Anna hanya bisa tersenyum canggung. Sesekali melirik ketiga pria yang ikut memusatkan perhatian mereka padanya dari balik punggung Zeno.Zenno meraih tangan Anna untuk mengajaknya segera duduk dan bergabung di meja. Tentu saja hal itu membuat Anna menjadi salah tingkah sekaligus bingung. Semenjak kapan mereka menjadi sedekat ini sampai-sampai Zeno berani menyentuh tangannya tanpa izin?Anna termasuk gadis yang konservatif meskipun telah disakiti
Baca selengkapnya

52. LAKI-LAKI SAMPAH

Seluruh pengunjung café di lantai dua berseru riuh. Mereka bergidik ngeri ketika Anna baru saja mendapatkan sebuah tamparan yang keras. Namun mereka tidak ada yang mengambil tindakan selain menonton dan mengeluarkan ponsel lalu mengambil beberapa gambar. “Kau marah bukan? Itu artinya kekasihku bisa lebih marah dibandingkan dirimu.” Anna menantang Jun. Tiada rasa takut dalam dirinya meski berhadapan dengan tiga orang laki-laki dan juga Zeno yang hanya diam melihat dirinya diperlakukan buruk seperti itu. Anna beralih menatap Zeno. “Jika kau memang punya sedikit rasa padaku. Kau tidak akan pernah melakukan hal ini padaku.” Anna berbalik hendak meninggalkan ketiga orang yang menjengkelkan itu. “Kau mau kemana setelah mempermalukan kami? Huh?” Jun balik menahan lengan Anna. Dia menarik gadis itu kembali ke tempat duduk. Anna berusaha menepis tangan Jun, tapi Hyun malah memegangi sebelah tangannya yang bebas. Alhasil Anna kembali ke tempat semu
Baca selengkapnya

53. LULUH

Tiada hari yang tenang bagi Anna. Bertubi-tubi masalah datang padanya. Mulai dari pengkhianatan oleh Kevin, membohongi ibu dan neneknya, bohong akan identitasnya, dipecat dari tempat kerja, hingga dipermalukan oleh Zeno. Jika saja Oliv tak membujuknya untuk datang ke acara reuni sekolah itu, jika saja dia tak pernah berharap lebih saat bertemu kembali dengan Zeno, apakah situasinya mungkin akan berbeda? Eden membawa Anna ke apotek dua puluh empat jam. Sudut bibirnya ternyata mengeluarkan darah yang sudah mengering. “Teganya dia memukul perempuan seperti ini.” Eden ikut meringis kesakitan ketika mengoleskan salep luka pada sudut bibir Anna. “Yang kesakitan itu aku, tapi kenapa raut mukamu yang berlebihan ya?” sindir Anna sambil tertawa. “Aa..” Senyumnya hilang karena lukanya terasa perih. “Sudah kubilang Zeno itu bukan laki-laki yang baik. Kau saja yang tak mendengarkan.” “Kapan?” Anna membalas dengan kening berker
Baca selengkapnya

54. SATU KAMAR

Tangan Anna memegang ujung tangan Eden yang berhasil membuat pria itu terdiam di tempat. “Aku sedang berusaha untuk itu,” kata Eden pelan. Anna terkekeh. Dia sudah hanyut dalam dunia bawah sadarnya. “Kau selalu saja berusaha.” Anna bergumam tak jelas. Eden melepaskan tangan Anna dari ujung lengannya lalu menutup pintu mobil. Eden terdiam sebentar di luar mengamati setiap pejalan kaki yang melintas. Lalu dia menoleh lagi ke belakang melihat Anna yang sudah tertidur nyenyak di jok mobil. Akhirnya Eden mengitar mobil dan masuk. Kini dia sudah duduk di balik kemudi. Eden mencondongkan badannya ke arah Anna lalu menarik sabuk pengaman. Tadi dia gagal memakaikannya karena Anna lebih dulu menghentikan gerak tangannya. Namun siapa sangka jika Anna akan memeluknya. Eden terkesiap lantas mengerjab. Badannya terasa kaku seketika sementara pelukan Anna terasa semakin kencang. “Aku mohon, cintailah aku.” Anna masih menggumamkan hal yang s
Baca selengkapnya

55. MIMPI NYATA

Anna membuka mata perlahan. Mentari pagi menelisik masuk kamar melalui celah tirai yang belum terbuka sempurna. Namun kamarnya sudah terang karena matahari sudah bersinar terik di luar sana. Anna melihat sekeliling. Dia menghela nafas lega saat tahu kalau dia berada di kamarnya sendiri, tak menyasar di tempat asing. Dia mengangkat tangan memijit pelan pelipisnya. Kepalanya masih terasa pusing akibat rasa mabuk semalam. Gadis yang masih mengenakan baju kemarin itu menyingkap selimut lantas menapakkan kakinya di lantai kamar. Anna bangkit dan berjalan ke arah pintu. Dia tak melihat Sherin di ruang tengah. Dia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sebelas. Untunglah dia tak lagi bekerja, jadi dia bebas untuk bangun pukul berapa pun itu. Kalau pun tidur seharian, tidak akan ada yang memarahinya. “Kau sudah bangun? Bagaimana dengan rasa pengarmu?” Sherin berjalan di depannya menuju dapur. “Hm.” Anna mengikuti Sherin ke arah dapur. “Tapi aku ma
Baca selengkapnya

56. AJAKAN KENCAN BUTA

“Kau berencana melanjutkan semua ini bukan?” Eden kembali memastikan kesepakatannya dengan Anna. Anna mengantar Eden turun ke parkiran. “Memangnya kau bisa membolos setengah hari seperti ini?” Anna bertanya. “Tentu saja. Aku pemilik sekaligus staff di tempatku bekerja.” Anna berdecak sebel. Dia menyumpahi Eden dalam hati. Betapa sombongnya pria di sampingnya ini. Anna langsung membuang muka. “Atau kau mau masuk kerja sekarang saja?” Anna mendesis sebal. “Sudah kubilang aku tak mau. Atau aku tak mau menjadi pasangan pura-puramu lagi?” Anna balik mengancam. Eden kehabisan kata-kata. “Hei!” Pintu lift terbuka. Eden melangkahkan kaki masuk mengikuti Anna yang sudah berdiri sambil melipat tangan di dada. Lift mendesing turun. Lengang sejenak untuk lima belas detik kemudian. Ting! Pintu Lift kembali terbuka. “Kau belum menceritakan kejadian yang sebenarnya pada
Baca selengkapnya

57. KEKASIH SUNGGUHAN

Meja Anna hening sejenak. Tidak ada percakapan di antara mereka selama sepuluh detik. Anna menatap gadis di depannya dengan tajam hingga membuat gadis itu salah tingkah. “Begitulah yang kudengar.” Oliv menambahkan sambil memperbaiki posisi duduk, kembali menegakkan punggung. Tak perlu berbasa-basi, “dia yang mengatakannya?” Anna berkata datar langsung berbicara ke intinya. Oliv memang dekat dengan Zeno, jadi bisa saja Zeno yang membeberkan semuanya. Padahal lebih dari siapa pun, pria itu tau kalau dia dan Oliv bukanlah teman dekat untuk bisa saling bertukar rahasia kecil seperti ini. Olive terkekeh. “Astaga. Malang sekali nasibmu. Makanya jangan bersikap seolah kau punya semuanya di depan semua orang.” “Dia yang mengatakannya begitu?” Suara Anna meninggi. Dia kembali bertanya mengabaikan ocehan Oliv. “Tidak. Aku hanya menebaknya.” Oliv menghela nafas. “Tapi melihat bagaimana reaksimu, aku sudah mendapatkan jawaban yang cukup
Baca selengkapnya

58. KODE 3498

“Kau duluan,” kata Anna cepat. “Kau mau bilang apa?” balas Eden. Kini mereka sama sama memperbaiki posisi duduk menghadap lurus ke depan. Tak lagi berhadap-hadapan. Anna melirik Eden sebelum membuka suara. “Aku sudah lupa,” elaknya. Sebenarnya dia memikirkan ucapan Sherin tadi pagi. Mau sejauh apa hubungan ini akan di bawa? Pertanyaan itu sudah bersarang di otaknya semenjak meninggalkan rumah. “Kau sendiri mau bilang apa?” Anna balik bertanya. “Aku juga lupa,” timpal Eden terdengar acuh tak acuh. “Jangan mengikutiku!” “Siapa juga yang mengikutimu, aku memang betul betul lupa.” “Bukan karena aku lupa?” kata Anna penuh selidik. “Tentu saja.” “Baiklah. Anggap saja kau beruntung hari ini. Tenagaku sudah habis untuk mengajakmu berdebat.” Eden berdeham. Mengusir keheningan di dalam mobil untuk sepersekian detik. “Kau dari mana tadi dengan berpakaian seperti itu
Baca selengkapnya

59. PERUBAHAN SIKAP

Anna menahan nafas untuk beberapa detik lantas berdiri tegak di samping Ela setelah membujuk mantan teman kerjanya itu untuk bekerja sama. Dari kejauhan sosok wanita paruh baya itu tampak semakin jelas. Langkah Nyonya Arini semakin dekat. Tiga langkah. Dua langkah dan kini sudah berdiri tepat di depan Anna. “Kau sudah selesai bekerja?” tanya Nyonya Arini tampak bingung. Dia memindai pakaian Anna yang tidak mengenakan pakaian seperti Ella. “Oh, itu…” Anna melirik Ela sambil memikirkan jawaban yang pas. Dengan kening berkerut Anna berkata, “aku baru selesai bekerja bu, ganti shift.” Anna menyeringai berusaha terlihat biasa saja. Lalu menyunggingkan seulas senyum. “Aku ke sini untuk pamit sebelum pulang pada rekan kerjaku.” Anna melirik Ela yang diikuti oleh Nyonya Arini. Ela ikut tersenyum canggung. “Oh, benarkah?” Nyonya Arini tampak tersenyum tipis. “Kalau begitu baguslah. Aku ingin meminta bantuanmu.” “Ya?” Anna
Baca selengkapnya

60. KACANG KASTANYE

Wajah kecewa Nyonya Arini berganti guratan senyum di wajahnya. “Benarkah?” Anna mengangguk samar. Tak mungkin dia menjilat ludahnya sendiri. “Aku juga bingung akan membantumu seperti apa, mungkin ini bisa sedikit membantu pekerjaanmu.” Nyonya Arini tersenyum semringah. “Aku tidak tahu apakah aku benar-benar harus meminta bantuanmu untuk mengerjakan hal ini, padahal kau tidak ada kaitannya dengan ini.” Anna tersenyum paksa. “Jangan sungkan bu.” Nyonya Arini langsung memberikan Anna dua karung kacang kastanye yang hendak di kupas. Anna sedikit terkejut karena sebenarnya dia belum pernah mengerjakan itu. Astaga, dia tidak sadar saat Nyonya Arini memilih kacang ini tadi karena sibuk dengan pikiran sendiri. “Bawa besok pagi ke rumah ya. Kita bisa masak bersama besok pagi.” Nyonya Arini melenggang masuk mobil meninggalkan Anna dengan wajah khawatirnya di sana. Mobil pun melaju meninggalkan kepul asap di belakang.*****
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status