“Ayo!” ajak Adrian. “Tidak! Aku masih kenyang. Kalian duluan saja,” tolak Xavier. “Kenyang? Makan apa? Angin?” Adrian sedikit merunduk dengan wajah menengadah. Adrian berusaha membaca kejujuran Xavier melalui tatapan mata lelaki itu. Adrian sedikit banyak mengenal Xavier. Entah kenapa, Xavier begitu lihai dalam menyembunyikan keadaannya yang sebenarnya. Ditatapi begitu, Xavier menghindar dengan menoleh, “Jalan, Adrian. Kakakmu bisa mengomel lagi.”“Yakin? Atau mau aku bungkusin?” “Aku cukup kenyang, thanks!” Lagi-lagi Xavier menolak dengan halus. Adrian sedikit mengernyitkan dahi, seakan menemukan celah kebohongan dari jawaban Xavier. Dengan terpaksa, Adrian berhenti bertanya dan memaksa Xavier. Bagi Adrian, meski keduanya berteman, tetap saja Xavier punya privasi yang tidak bisa dia langgar. “Oke
Baca selengkapnya