Semua Bab Gelora Cinta Sang Berondong (Gadis Arogan): Bab 31 - Bab 40

51 Bab

Bab 28: Gelora Cinta Sang Berondong

Bab 28: Interogasi dan CurigaTubuh Hilda menegang saat melihat tatapan yang tersorot pada ketiganya. Tidak hanya Ayunda yang ada di sana, juga Wahyu, Moly bahkan Bagas. Keluarga besar Halim sudah berkumpul di ruang tamu dengan berbalut wajah cemas.Tatapan mereka tertuju pada ketiganya yang hanya bisa berdiri diam. Enggan mengangkat pandangan apalagi bersuara.“Duduk dulu, Sayang?!” Gabriel memerintah.Adrian yang mendengarnya segera menurut, baru langkah pertama, suara bariton Queen terdengar, “Berdiri di situ!” Seketika ketiganya kembali ke tempat semula dengan ekspresi yang lebih tegang.“Kalian dari mana?” Queen memulai interogasinya, disusul oleh Ayunda yang siap memberikan ceramah semalaman.“Urusan kantor.” Naila mencoba membela.“Jangan berbohong, Naila. Aku tidak membesarkanmu sebagai pembohong. Jawab Mama dengan jujur! Kalian dari mana? Urusan kerjaan se
Baca selengkapnya

Bab 29: Gelora Cinta Sang Berondong

Bab 29: Rumit“Ma? Mama ngapain?”Queen tersentak kaget, tangannya yang berkeringat dingin segera menyembunyikan selembar foto tersebut lalu menghalangi tumpukan berkas kantor Naila dengan tubuhnya. Wanita itu berbalik, memasang wajah setenang mungkin, berhiaskan senyum cantik meski pelipisnya banjir.“Tante Queen rupanya,” lirih gadis yang masih setengah terjaga dengan bando kelinci yang tersemat di rambutnya.Queen menghela napas lalu merutuk berulangkali setelah sadar jika Hilda yang memanggil dirinya, sedangkan Naila, masih berkutat di kamar mandi. Wanita itu segera merapikan kembali tumpukan berkas, namun enggan mengembalikan selembar kertas milik Naila.“Bangunlah, Hild! Mandi dan sarapan, Om Gabriel sudah menunggu daritadi,” omel Queen berpura-pura demi menekan kegugupannya sendiri. Payah sekali dirinya dalam hal berbohong, dan dia menyadari hal itu.“Iya ... sebentar lagi, Ta
Baca selengkapnya

Bab 30: Gelora Cinta Sang Berondong

Bab 30: Balasan Naila“Kenapa lagi, ya?!” bisik Hilda. Gadis itu mengerutkan kening setelah melihat perubahan mood dari Naila yang begitu cepat.“Entahlah, mungkin Direktur Tanto bikin Kak Naila kesel lagi,” respon Adrian dingin.Sama halnya dengan Hilda, Adrian juga tidak tertarik untuk mengorek terlalu jauh perihal Naila dan atasannya. Urusan pekerjaan selalu membosankan untuk Adrian, apalagi jika menyangkut tentang perusahaan.“Tapi ... minggu ini beneran jadi, kan? Ke rumahnya Paman Jim?” bisik Hilda lagi. Kedua manik matanya yang indah berubah berbinar. Bayangannya tentang berkemah di depan rumah Jey yang hijau serta ikut ke kebun jeruk menjadi agenda yang sudah terpatri di kepala gadis itu.Begitu mendengar Hilda, Adrian segera membekap mulut sepupunya, meminta agar Hilda menekan sepelan mungkin suaranya. “Hati-hati kalau ngomong, Sekretaris Dian itu mata-matanya Presdir, Hild.”
Baca selengkapnya

Bab 31: Gelora Cinta Sang Berondong

Bab 31: Romantisme“Apa kalian yakin, papa dan mama kalian mengizinkan?” Jey mendelik Naila dan kedua adiknya bergantian.Siang tadi, mereka kembali datang tanpa diundang. Kali ini, tanpa malu-malu minta izin untuk menginap di rumah Jey dan Aira.“Tentu, Om Jey!” Adrian menyahuti tanpa melepas gelas jus jeruk yang baru dihidangkan Aira untuk ketiganya.“Yakin?” tanya Jey curiga. Pria itu merasa tidak nyaman dan aman dengan kehadiran kembali Naila dan kedua adiknya.Perasaannya itu dikuatkan dengan paras Naila yang seperti berbohong saat tiba siang tadi. Akan tetapi, Jey memutuskan untuk tidak menginterogasi Naila yang sudah susah payah menyetir hingga sejauh ini.Sedang Naila, gadis itu merasa risih dengan pertanyaan yang dibumbui nada curiga, hingga membuatnya ingin mencari celah untuk melarikan diri dari Jey yang terus mendesak ketiganya. Naila mendelik, saat melihat siluet Xavier yang m
Baca selengkapnya

Bab 32: Gelora Cinta Sang Berondong

Bab 32: Keluarga Kaya yang GalakSuasana tegang menyelimuti setiap bagian dari istana sederhana keluarga Jey. Tidak hanya Naila yang bingung dengan kejadian saat ini, juga Xavier yang segera menghempas topi kebun yang tersemat di kepalanya, lalu segera berlari.“Paman?!” jeritnya panik. Pemuda itu menyadari, jika kehadiran keluarga kaya itu ke rumahnya bukan untuk bersenang-senang atau bertamu seperti yang dilakukan Naila dan kedua adiknya. Jika pun tujuannya sama, maka mereka tidak akan menyambut Naila di depan rumah seperti ini.Xavier menembus barrier penjaga yang berdiri di belakang Gabriel dan istrinya dengan tubuhnya yang kurus. Dua dari penjaga lainnya, mengunci erat Hilda dan Adrian, seolah-olah keduanya adalah pelaku kejahatan yang berusaha melarikan diri.“Papa? Kenapa Papa di sini?” Naila terus berusaha menanyai Gabriel yang menatap putrinya kecewa. Gadis itu meremas jas berbahan wool kualitas terbaik di tubuh Gabriel, meminta
Baca selengkapnya

Bab 33: Gelora Cinta Sang Berondong

Bab 33: Pertemuan Keluarga yang Terpisah“Siapa katamu, Sayang?” Queen ikut menimpali.Wanita itu mendengar dengan jelas nama pria yang baru saja disebutkan putranya. Namun, logikanya tidak bisa menemukan kecocokan barang sedikit pun, tentang pernyataan dan kenyataan yang sedang dia dihadapi saat ini.Sedang Gabriel, pria itu tertegun sejenak. Kepala cerdasnya berpikir dengan cepat, sebelum akhirnya, dia melepas rengkuhannya pada Naila dan segera menghambur kembali ke dalam rumah beratap rendah yang baru saja diobrak-abrik olehnya. Mengabaikan tatapan bingung dari para penjaga yang berada di belakang mereka.Melihat Gabriel berlari, Queen ikut mengambil langkah. Wanita itu meninggalkan Adrian, Hilda dan Naila demi menyusul Gabriel yang sudah tiba di teras rumah.“Hild ... gimana ini?” keluh Adrian. Pemuda itu merasakan tengkuknya meremang, juga kedua lututnya yang bergetar, karena kini Naila menatapnya dengan tatapan yang dipenuhi
Baca selengkapnya

Bab 34: Gelora Cinta Sang Berondong

Bab 34: Kembalilah!“Aku tidak ingin kembali, Presdir!”Pernyataan yang diucapkan Jey sontak membuat setiap orang yang ada di ruang tamu rumah beratap rendah itu melongo kembali. Mereka yang berharap badai ini segera berlalu, kembali dihadapkan dengan kenyataan jika Jey tidak lagi tertarik untuk kembali ke masa lalunya dulu.Gabriel yang baru saja mendengar hal ini, segera memijat keningnya lembut dengan ibu jari dan telunjuknya yang ramping. Kulitnya yang putih bersih terlihat jelas, telah berbeda jauh dengan kulit Jey yang kering dan mulai menggelap. Padahal dulunya, mereka pernah tinggal di bawah atap yang sama, dan mendapatkan kehidupan yang sama. Bahkan Jey adalah pemuda yang menggilir mobil-mobil koleksi Gabriel di saat Wahyu dan Bagas tidak berani menyentuh mereka.“Paman?! Apa Paman sudah gila, hah?” sela Xavier seketika dengan nada penuh penekanan. Pemuda yang selama ini selalu mengagungkan Jey akhirnya ke
Baca selengkapnya

Bab 35: Gelora Cinta Sang Berondong

Bab 35: Pulang dan Pergi“Jam berapa datangnya, sih?” Wahyu bertanya dengan nada bingung.Pria itu memindahkan pandangannya pada Ayunda, wanita yang sudah mendampinginya selama dua puluh tahun, bahkan memberinya putri secantik dan selamban Hilda. Wahyu tersenyum, setitik rasa kagum tersurat di parasnya saat melihat sikap Ayunda di depan istri Ketua Halim.“Kamu nanya sama siapa, sih?” tegur Bagas yang datang dari halaman belakang. Pria itu menepuk pundak Wahyu yang berdiri tepat di tengah ruang tamu yang kini dihuni oleh sisa anggota keluarga.Wahyu sedikit mengendikkan bahu. Sebenarnya, dirinya hilang fokus setelah kembali jatuh hati pada Ayunda untuk keseribu kali dalam hidupnya. Pria itu memilih menjauh dari Bagas, lalu mendekati sofa yang diisi Ayunda dan Istri Ketua Halim.“Sebenarnya ada apa, Wahyu?” tanya Istri Ketua Halim perlahan.Wanita yang hampir delapan puluh persen rambutnya
Baca selengkapnya

Bab 36: Gelora Cinta Sang Berondong

Bab 36: Mantan TunanganKantor Pusat Halim Group, 12.00 WIB.Gadis berambut sepundak dengan setelan kantor marunnya sibuk mengetuk permukaan meja berbentuk oval yang baru saja diganti perusahaan. Dirinya yang telah resmi menjabat sebagai direktur pemasaran, menggantikan Tanto, telah memesan berbagai furniture khusus untuk mengisi ruang kerjanya. Meski tujuan terselubung dibaliknya adalah menghapus sisa-sisa aroma Tanto yang masih melekat di setiap dinding ruangan.Sudah enam bulan lamanya dirinya menempati kantor baru ini, tentunya setelah berhasil mendepak Tanto untuk keluar dari ruangan, dan menendangnya keluar dari perusahaan. Bukan tanpa alasan Naila melakukan hal kejam ini, semua ini didasarkan pada penemuan mutakhirnya, tentang penggelapan dana perusahaan yang dilakukan oleh Tanto. Dirinya telah berhasil mengusir pria bertubuh gempal itu, lalu dengan mudahnya menggantikan Tanto.Hal yang paling membuat Naila tidak berbelas
Baca selengkapnya

Bab 37: Gelora Cinta Sang Berondong

"Again, Naila?" Queen memencak setelah mendengar kabar dari orangtua Alfredo jika Naila memutuskan pertunangan keduanya secara sepihak. Wanita itu berdiri dengan satu tangan di sisi tubuh, sedang tangan kanannya menggenggam erat gawai hingga buku jemarinya menjadi putih. Wajah Queen berubah geram berbalut guratan kemerahan melihat sikap acuh dari Naila terhadap dirinya. "Kamu serius, Naila? Kamu benar-benar membeli empat supercar dari showroom Alfredo hanya untuk membalasnya?" sengit Queen tanpa ampun. Dirinya terus memekik hingga urat-urat lehernya bermunculan di balik kulitnya yang putih. Sedang gadis yang dia omeli hanya duduk diam di sofa keluarga, bersandar manja pada Jey dan sibuk mengunyah jeruk yang dikupas Aira untuk keduanya. 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status