Beranda / CEO / Gelora Cinta Sang Berondong (Gadis Arogan) / Bab 13: Gelora Cinta Sang Berondong

Share

Bab 13: Gelora Cinta Sang Berondong

Penulis: Bemine
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 13: Terungkapnya Kisah dari Masa Lalu

Xavier duduk dengan posisi bersedekap, menatap kosong melalui jendela kosannya pada langit nan gelap di luar sana. Cahaya remang dari sinar rembulanlah yang menjadi satu-satunya penerangan untuk Xavier, serta perasaan bersalahnya pada Aira dan Jey.

Xavier menurunkan kedua kaki perlahan demi menghindari bunyi berderit dari kursi tua yang dia duduki. Perasaannya yang hampa berubah sakit saat melihat bibinya Aira, terlelap di ranjang lapuk miliknya. 

“Mereka tidur di kasur mahal dengan ranjang berukir, Bi. Kenapa hanya Bibi dan Paman yang bernasib seperti ini?” gumam Xavier tanpa mengalihkan tatapannya pada Aira dan Jey.

Kkrrieet!

Xavier segera berbalik saat melihat Jey bangun dari tidur. Pria berusia empat puluh tujuh tahun itu mengusap wajahnya yang masih dikuasai kantuk yang hebat. Lalu meluruskan kedua kakinya yang keram karena tidur di ranjang pendek yang tidak sesuai dengan tinggi t

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gelora Cinta Sang Berondong (Gadis Arogan)   Bab 14: Gelora Cinta Sang Berondong

    Bab 14: Amarah NailaNaila duduk dengan kaki tersilang di kursi putar yang diperuntukkan oleh perusahaan khusus untuknya. Raut wajah Naila terus mengernyit, tangannya terkepal dan tatapannya lurus ke satu arah.Satu kaki Naila yang menggantung bergoyang-goyang, menandakan pemiliknya sedang kebingungan.Naila mengepalkan tangan lebih keras hingga menghentikan aliran darah di balik kulitnya yang seputih salju. Kini, tatapan Naila jatuh pada Dian yang berdiri tegak dengan kedua tangan berpangku di depan tubuhnya.“Kenapa bocah-bocah ini ada di kantorku, Dian?”Dian sedikit tersentak saat menerima pertanyaan yang seharusnya sudah bisa dia prediksi. Dian membenarkan letak kacamata tebal yang sedikit turun dengan telunjuk, sedangkan pikirannya sibuk mengembara, mencari kombinasi jawaban terbaik agar atasannya puas.Naila menatap bergantian pada tiga meja yang berderet di sisi kiri kantornya yang luas. Tiap-tiap meja telah dihu

  • Gelora Cinta Sang Berondong (Gadis Arogan)   Bab 15: Gelora Cinta Sang Berondong

    Bab 15: Pemuda Penggoda“Aku tidak memintamu memandang rendah orang lain seperti ini, Putriku!” ucap Gabriel tepat di hadapan Naila.Gabriel menautkan tatapannya pada kedua manik mata Naila. Rasa kecewa yang terlukis di bola mata Gabriel membuat Naila meneguk salivanya.“Pa? Aku tidak memandang rendah!” Gadis itu mengajukan pembelaan.“Kamu memang memandang rendah pada mereka, Naila!” Gabriel membalas Naila dengan suara yang tinggi. Naila tersentak begitu melihat balasan jawaban dari Gabriel. Tercetak jelas di wajah lelaki itu, jika kekecewaan dan rasa marah telah memenuhi jiwanya. “Adrian adikmu, Hilda juga sepupumu sendiri. Lalu siapa yang membuatmu merasa terganggu? Xavier? Anak itu? Apa aku dan mamamu pernah mengajarkanmu untuk bersikap sombong seperti ini?” Gabriel melanjutkan kalimatnya. Naila tidak menyangka akan mendapat respon seperti ini dari Gabriel. Puluhan tahun hidup seba

  • Gelora Cinta Sang Berondong (Gadis Arogan)   Bab 16: Gelora Cinta Sang Berondong

    Bab 16: Egoisnya Naila Pemuda itu mengingat jelas perjanjian yang dia ikrarkan dengan Naila sebelum menjatuhkan pilihan untuk mengikuti keinginan gadis itu. Namun saat ini dia begitu menyesali keputusan yang dia buat, meski awalnya dengan niat untuk membahagiakan gadis itu.Xavier menatap hampa pada butik megah yang didominasi warna kuning yang merupakan efek dari lampu di sana. Sudah hampir seharian dia ikut berkeliling menemani Naila. Tidak sedikit pun juga ada rasa senang yang terlintas di benaknya.Bagi pemuda itu, bolos bukanlah belanja seharian. Bolos bukanlah bermain dengan menggesek kartu kredit di mesin EDC hingga limitnya habis. Bolos juga bukan soal berkeliling di mall lalu keluar masuk toko-toko mahal yang harga satu barangnya saja cukup untuk mengisi perut Xavier selama sebulan.Xavier menempati sofa bundar yang nyaman di salah satu sudut ruangan. Bosan menunggui Naila yang begitu sibuk berganti-ganti pakai

  • Gelora Cinta Sang Berondong (Gadis Arogan)   Bab 17: Gelora Cinta Sang Berondong

    Bab 17: Moment Pertama“Sayang ... aku sudah membeli semua kebutuhanmu dari butik, termasuk lingerie merah yang kamu inginkan. Bukankah sudah waktunya untuk pulang? Aku sudah lapar, dan aku ingin segera memakan dirimu, malam ini,” ujar Xavier dengan suara yang sedikit menggoda.Naila menatap Xavier dengan tatapan yang menghunus tajam. Baru saja dia dipertemukan kembali dengan seniornya dulu di kampus, tapi saat ini dirinya seperti ditelanjangi oleh Xavier dengan ucapan mesum yang dilontarkan pemuda itu.“Siapa dia, Nail?” Pria blasteran yang melihat kekagetan di wajah Naila segera membuka suara. “Aku ....”“Adikku, Bram!” Naila siaga memotong sebelum Xavier kembali melayangkan ucapan yang lebih memalukan.“Ah ... kamu meminta adikmu untuk membeli ....” Bram menggantung kalimatnya. Namun kedua ujung telunjuknya bergerak seiras membentuk segitiga demi mendeskripsikan kata lingerie. “Tidak! Bukan! Omong kos

  • Gelora Cinta Sang Berondong (Gadis Arogan)   Bab 18: Gelora Cinta Sang Berondong

    Bab 18: Apa Salahnya?Rumah mewah milik keluarga Halim terasa lebih lengang. Beberapa pekerja yang biasanya aktif mengurus rumah megah itu sebagian besarnya telah beristirahat. Hanya beberapa yang terlihat dengan mata berlalu lalang di sana, entah bersiap-siap untuk tidur, atau bergantian dengan yang lain untuk berjaga.Berbeda dengan para pekerjanya yang telah memilih untuk menikmati malam, merebahkan punggung serta meluruskan kaki yang kelelahan menopang tubuh. Para anggota keluarga pemilik rumah tersebut masih terjaga. Nyonya Halim yang enggan beranjak dari pintu depan rumah terus saja bolak-balik. Wajahnya terlihat gusar, sesekali menghela nafas demi menetralkan kegelisahan yang melanda dirinya. Gaun malamnya yang tertiup angin setiap kali dia bergerak, juga rambutnya yang tersanggul asal di puncak kepala tetap saja membuatnya terlihat mempesona. Begitu juga dengan sang suami, hanya berbalut piyama bernuansa navy yang be

  • Gelora Cinta Sang Berondong (Gadis Arogan)   Bab 19: Gelora Cinta Sang Berondong

    Bab 19: Cibiran Adrian Mentari di bulan Januari mengintip malu-malu dari balik tirai tipis selembut salju. Kaca jendela lebar yang menjadi pemisahnya, seakan tidak mau tahu jika mentari begitu rindu pada isi ruangan itu. Sesekali, kicau burung dengan surai kuning menjadi lagu di pagi yang syahdu. Dibuai angin sejuk, lalu aroma embun yang lebih manis dari madu. - Bemine-- -Pagi itu, ditemani semburat matahari yang mencuri masuk lewat jendela kamar, gadis dengan tubuh langsing berbalut piyama abu-abu masih memejamkan mata. Enggan beranjak dari buaian selimutnya yang selembut sutra.Kedua matanya terlihat bengkak, mata panda melingkari kelopak bawah, serta rambut lurus yang berakhir khusut.Semalam sudah, pemilik dari kamar itu mengajukan perang dingin dengan pria berperawakan tegap dengan kekayaan melimpah ruah itu. Ngambek, karena dimarahi di

  • Gelora Cinta Sang Berondong (Gadis Arogan)   Bab 20: Gelora Cinta Sang Berondong

    Bab 20: Seseorang MenghilangGadis bernama Hilda yang duduk manis di depan Adrian begitu sibuk memainkan gawai yang berbalut case merah muda kesayangannya. Sesekali gadis itu terkekeh, lalu melanjutkan meng-scroll layar gawainya, memantau satu per satu perubahan yang terjadi di dunia ini melalui layar gawainya.Adrian yang sedari tadi menikmati sepiring nasi goreng yang masih hangat itu hanya bisa menggelengkan kepala. Keberadaan Hilda seorang tidak bisa mengisi kekosongan yang disebabkan oleh ketidakhadiran Xavier.Makan siang di restoran seberang kantor, meski memilih menu spesial sekalipun, tetap saja terasa hambar jika tanpa Xavier.Berbeda dengan Hilda, Xavier hampir tidak pernah memainkan gawai seperti yang dia dan Hilda lakukan. Apalagi menjadi budak dari benda pipih persegi panjang yang semakin hari semakin mahal saja harganya. Itulah yang menyebabkan pemuda itu tidak bisa memainkan game seperti Adrian. Bahkan tidak mengerti atura

  • Gelora Cinta Sang Berondong (Gadis Arogan)   Bab 21: Gelora Cinta Sang Berondong

    Bab 21: Seseorang yang BerubahSudah masuk hari ketujuh, seminggu berlalu dengan begitu cepat, namun Xavier masih saja absen dari tugas magang. Tidak hanya absen, pemuda itu seperti lenyap ditelan bumi, tidak ada jejak sama sekali yang menyiratkan jika pemuda bermanik mata hazel itu masih bernafas.Jangan tanyakan bagaimana risaunya Adrian, pemuda itu kalang kabut mencari jejak Xavier hingga menanyai satu per satu teman di kampus, dan sayangnya Xavier tidak pernah terlihat di sana. Fokus kerjanya ikut rusak, meski sebenarnya Adrian tidak pernah fokus dalam mengerjakan tugasnya sebagai anak magang.Tidak hanya fokusnya yang berantakan, Adrian mulai berhalusinasi, sesekali mendengar Xavier menyapa dirinya seperti biasa. Hal yang membuat Hilda mulai gelisah dan sedikit ketakutan.Pemuda yang terlahir dari rahim wanita bernama Queen itu merebahkan kepala di meja, enggan mengangkat wajah, menggerakkan mouse yang terduduk di meja kerja, apalagi

Bab terbaru

  • Gelora Cinta Sang Berondong (Gadis Arogan)   (TAMAT) Bab 48 : Gelora Cinta Sang Berondong

    Bab 48: Suatu Sore di LA“Kenapa gaun lagi, Sayang?” Pria bermanik mata hazel itu tidak henti-hentinya mengeluh setelah melihat outfit sang istri yang lebih mirip model. Padahal, jika mengikuti rencana awal, mereka hanya akan menghabiskan waktu yang indah di MacArthur Park sembari menikmati sore nan romantis bersama.“Memangnya kenapa?” balas sang istri. Dia menata ulang rambut panjangnya yang tergerai hingga punggung, sebelum akhirnya menjempit anak rambut dengan jepitan mungil yang dibelikan sang suami saat masih di negara sendiri.“Naila ... aku tidak suka jika pria-pria bule itu menatap kaki dan lenganmu! Ganti saja dengan jeans dan kemeja lengan panjang!” keluhnya lagi.“Astaga, Xavier?! Apa kamu lupa siapa penyebabnya? Apa kamu lupa betapa panjangnya malam tadi hingga bangun pagi ini, tubuhku terasa remuk? Pinggangku linu, bahkan seluruh tubuh sakit. Aku kesulitan berjalan jika mengenakan je

  • Gelora Cinta Sang Berondong (Gadis Arogan)   Bab 47: Gelora Cinta Sang Berondong

    Dua sosok yang mengira akan bersama dua tahun lalu itu, kini duduk saling berhadapan dalam bisu. Gadis yang tersenyum tipis itu menghentikan kekakuan dengan menyodorkan selembar undangan nuansa emas serta mengeluarkan harum ke arah pemuda di hadapannya. Dia tersenyum Seraya berujar, “Semoga kamu bisa datang, ya?”“Kamu mengundangku?” selidik pemuda itu.Dia terus berusaha menahan segala tanda tanya yang terus berkecamuk saat melihat mantan kekasih yang pernah dipermainkannya itu berbesar hati mengundang dirinya. Padahal, hubungan keduanya berakhir dengan saling membalas satu sama lain.“Yap ... tidak ada alasan untuk tidak mengundangmu, Rey?!” balas gadis itu.“Setelah kamu menghancurkan karierku, Naila?”“Kamu juga menghancurkan hidupku, Rey. Kamu memanfaatkanku, demi menaiki dunia hiburan itu.” Naila terus berbicara dalam nada rendah. Sekalipun dia tidak me

  • Gelora Cinta Sang Berondong (Gadis Arogan)   Bab 46: Gelora Cinta Sang Berondong

    Bab 46: Peringatan!Kekerasan tidak menyelesaikan segalanya. Adegan di dalamnya hanya sebagai alur dari cerita dan bukan sebagai contoh dalam menghadapi sesuatu di dalam kehidupan.--“Heh! Tikus got kemarin sore nantangin kita, Bro!” Pria bertopi bannie berujar dengan nada merendahkan. Sudut bibir kanannya naik, karena merasa jika Net tidak sebanding dengan dirinya apalagi melawan mereka berdua. Ditambah lagi, pemuda yang berdiri dengan wajah melongo di belakang Net terlihat lebih lemah dari Naila, sehingga rasa percaya dirinya naik berkali-kali lipat hanya dalam waktu yang sangat singkat.“Sebentar, sepertinya gadis ini bukan gadis biasa,” lirih pria berperut buncit dengan tatapan penuh selidik. Dia terus memperhatikan kuda-kuda dari Net serta bentuk tubuh dari gadis itu.Merasa yakin dengan firasatnya, dia kembali memperkuat genggamannya pada belati yang sedari tadi dia gunakan u

  • Gelora Cinta Sang Berondong (Gadis Arogan)   Bab 45: Gelora Cinta Sang Berondong

    Bab 45: Dua Penjahat II“Berhentilah menjerit, kamu akan aman bersamaku, Sayang,” bisik seseorang itu. Naila yang sedari tadi menatap paras penolongnya mulai bersikap tenang. Gadis itu berhenti menjerit, dan memilih untuk mengatur napasnya yang berkejaran.“Kemarilah, peluk aku, Nail.” Pemuda itu melepaskan bekapannya di mulut Naila setelah melihat gadisnya, lalu mengulurkan kedua tangannya demi menyambut gadisnya yang masih begitu ketakutan. Naila yang mengenali dan merindukan pemuda itu, segera menghambur, memeluk seerat mungkin pemuda yang semalam hampir tidak bisa dilihatnya lagi.Keduanya berbagi pelukan dalam. Xavier terus berusaha menghentikan Naila yang menangis terisak dengan membelai punggungnya, sedang Naila semakin mempererat pelukannya pada Xavier, membenamkan wajahnya di pelukan pemuda itu demi memastikan sekali lagi jika pria yang menolong dirinya benar-benar kekasihnya sendiri.“Ke mana gadis

  • Gelora Cinta Sang Berondong (Gadis Arogan)   Bab 44: Gelora Cinta Sang Berondong

    Bab 44: Dua PenjahatHampir satu jam lamanya gadis dengan rambut kuncir kuda atau pony tail itu berdiri di jendela kamarnya yang tertutup tirai putih gading. Tatapannya terus menyisir ke seluruh bagian dari taman belakang rumah yang menjadi pemandangan dari kamarnya. Berulang kali, gadis yang diberi nama Naila itu mencebik, sebab jumlah penjaga yang berjaga hari ini jadi dua kali lipat dibanding sebelumnya.Pagi tadi, tidak ada angin ataupun hujan, sebelum berangkat bekerja, Gabriel memberi perintah pada para penjaga untuk meningkatkan keamanan dan tidak memberi Naila izin untuk keluar tanpa keamanan. Itulah sebabnya, gadis berparas cantik itu menjelma menjadi burung dalam sangkar emas. Tidak ada teman yang bisa menemaninya saat ini, hanya kesunyian yang menjadi sahabat baik gadis itu di kamarnya yang feminin.Di tengah keputusasaan itu, Naila mendengar seseorang bersuara keras dari luar sana. Gelak tawanya memecah sunyi hingga menembus

  • Gelora Cinta Sang Berondong (Gadis Arogan)   Bab 43: Gelora Cinta Sang Berondong

    Bab 43: Keputusan“Xavier, berhentilah! Kamu keterlaluan,” seru Naila. Gadis itu terus mengulangi permintaannya terhadap pemuda yang semakin beringgas merengkuh dirinya.Xavier mengendus dalam-dalam aroma harum dari tubuh Naila, lalu dihadiahinya sebuah kecupan di setiap senti pundak gadis itu. Tanpa henti, tanpa rasa puas. Xavier berubah menjadi monster dengan sorot mata yang kelam hingga tidak mampu mendengar jerit putus asa dari gadis yang disukainya.“Xavier, ada apa denganmu? Hentikan! Kamu menyakitiku, Xavier?!” Naila terus menghujamkan pukulan demi pukulan ke setiap bagian yang bisa dia raih dari tubuh pemuda itu. Namun, semakin beringas pula cumbuan di lehernya yang jenjang serta wajahnya yang lembab.“Aku tidak mau kehilanganmu, Nail,” desah Xavier setelah berhenti mencumbu Naila. Pemuda itu memutuskan untuk merebahkan wajahnya yang menghangat di pundak Naila yang terus bergerak turun dan naik.

  • Gelora Cinta Sang Berondong (Gadis Arogan)   Bab 42: Gelora Cinta Sang Berondong

    Bab 42: Aku Tidak Akan Menyerah“Aku akan melaporkannya pada polisi, Presdir!” saran Jey setelah berpikir cukup lama.“Jangan, Jey! Hal seperti ini hanya akan mengundang wartawan untuk datang ke rumah. Permasalahan pertunangan Naila yang dibatalkan saja sudah cukup menyusahkan. Jika permasalahan seperti ini masuk ke pihak polisi, maka akan menyeret seluruh keluarga dan nama baik perusahaan. Sebaiknya, kita menyelidiki lebih dulu. Aku yakin, ini menyangkut perusahaan,” tahan Bagas tanpa beranjak dari duduknya.Suasana seketika menghening kembali. Setiap anggota keluarga Halim yang berada di rumah itu saling berpikir dalam diam, begitu juga dengan Naila dan Adrian yang masih syok dengan kejadian yang baru saja menimpa keduanya.“Tunggu! Aku ingat sesuatu.” Jey bangkit dari sofa lalu berjalan mendekati Naila yang masih duduk dengan dipeluk oleh Queen.Gadis itu memasang wajah muram, sedikit menengad

  • Gelora Cinta Sang Berondong (Gadis Arogan)   Bab 41: Gelora Cinta Sang Berondong

    Bab 41: Ancaman“Kamu akan berdiri saja di situ?” geram Naila.Sorot matanya terus menatap ke arah gadis berambut pendek yang berdiri tegap tepat di sisi mejanya. Gadis itu melipat kedua tangan di belakang punggung, kedua kakinya tegap, bahkan ekspresinya datar menatap ke luar ruangan.“Apa kamu tidak lelah, hah?” lanjut Naila masih dengan intonasi kesalnya.Sudah semingguan ini, gadis tanpa ekspresi itu menjadi bodyguard yang mengekorinya ke mana pun, termasuk ke kamar mandi. Bahkan, gadis ini tidak menurut jika Naila memintanya untuk menunggu di luar.“Aku tidak butuh Bodyguard, Net!” seru Naila. Dirinya tidak bisa berhenti mencebik, mengingat bagaimana terkekangnya hidupnya setelah Net hadir.“Memangnya kamu enggak punya kerjaan lain, apa? Selain ngekorin aku?”“Kerjaan saya mengikuti Anda, Nona!” balas Net tanpa mengendurkan ekspresi din

  • Gelora Cinta Sang Berondong (Gadis Arogan)   Bab 40: Gelora Cinta Sang Berondong

    Bab 40: Alasan Kembali dan Sindiran Andrian“Saya, Presdir?” Xavier menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung. Baik Queen dan Naila berhenti sejenak, memandangi Gabriel yang masih menatap Xavier dengan sorot matanya yang dalam.“Ayo, Naila ... kamu harus istirahat,” ajak Queen seraya sedikit memaksa putrinya. Wanita itu sadar jika sang suami punya urusan pribadi dengan Xavier.Dengan berat hati, Naila membiarkan Xavier menghadapi Gabriel seorang diri. Membiarkan pemuda itu dalam sulitnya berhadapan dengan Gabriel, demi menutupi kenyataan jika keduanya mulai bersama sejak hari ini. Meski langkahnya terasa berat, tetap saja dia beranjak mengiringi langkah kaki Queen.“Kita bicara di ruang kerjaku. Jika kedua orangtuamu melihatmu, sudah pasti mereka akan menyeretmu bersamanya,” ujar Gabriel lagi seraya memimpin langkah.Pria itu melepas kacamatanya, lalu berjalan ke arah ruang kerja yang selama

DMCA.com Protection Status