All Chapters of Jerat Cinta Sang CEO: Chapter 21 - Chapter 30

80 Chapters

BAB 21

[J💕: Bapak nggak usah jemput saya. Saya naik taksi saja, kita ketemu di bandara.] Pesan itu dikirimkan beberapa menit yang lalu saat Yudhistira masih berada dalam perjalanan menjemput Julia. Namun siapa sangka, pesan itu baru saja dibukanya begitu pria itu tiba. Yudhistira menghela napas. Pagi ini mereka akan berangkat ke Jogja dengan penerbangan komersial paling awal. Pria itu menyandar ke belakang mobil. Baru saja Yudhistira hendak menghubungi Julia, bersamaan dengan pintu rumah perempuan itu dibuka dari dalam. Yudhistira lantas menegakkan posisi berdirinya lalu menolehkan wajahnya. Tatapan keduanya bertemu selama beberapa saat. Baru kemudian Julia menuruni anak tangga dan menghampiri Yudhistira. “Bapak ngapain di sini? Saya sudah bilang, kan kalau kita ketemu di bandara saja?” “Haruskah saya pergi sekarang?” kata pria itu dengan tenang. Julia mencebikkan bibirnya. “Ya jangan!
Read more

BAB 22

[Arjuna Wisesa: Lo utang penjelasan sama gue, Nyet. Lo punya masalah apa sama perusahaan ini?]Yudhistira tersenyum kecil, lalu kembali menyimpan ponselnya. Mengabaikan berbagai pertanyaan yang dilontarkan Arjuna, dan memilih untuk fokus dengan meetingnya."Terima kasih banyak, Pak. Saya berharap kerjasama ini bisa berjalan dengan lancar. Barangkali ada masukan untuk kami, kami akan dengan senang hati mendengarkannya.""Masukan apa, sih Pak Yudhistira? Diamond Group sudah sehebat ini, tentu saja semua aman."Yudhistira tersenyum bangga. "Terima kasih banyak, Pak. Kami tunggu kedatangannya minggu depan di Jakarta untuk meeting selanjutnya.""Sama-sama, Pak Yudhistira. Sampai jumpa di Jakarta nanti.""Kalau begitu saya permisi dulu.""Terima kasih, Pak Anwar.""Terima kasih, Bu Julia."Yudhistira dan Julia kemudian bangkit dari duduknya usai bersalaman dengan Pak Anwar dan beberapa stafnya. Keduanya lantas melangkah keluar dari ruangan tersebut setelah mengakhiri pertemuan itu."Capek,
Read more

BAB 23

[Papa: Papa udah di restoran, Nduk. Papa tunggu di sini, ya.]Julia menerbitkan senyumannya begitu mendapatkan pesan itu dari ayahnya. Perempuan itu lantas bergegas mengganti pakaiannya, lalu segera turun ke restoran.Sejenak hatinya merasa lega, setidaknya pikirannya jadi teralihkan dan dia tak lagi memikirkan Yudhistira.Julia lantas mengedarkan matanya ke sekitar begitu tiba di restoran. Lalu melanjutkan langkahnya saat melihat ayahnya duduk termenung sendirian di salah satu meja yang kosong di area outdoor.Di bawah naungan pohon-pohon di sekitarnya. Meskipun panas menyengat tapi angin berembus kencang. Nicolas memilih untuk duduk di sana."Pa…"Nicolas sontak menoleh, dia lalu bangkit dari duduknya. Pria paruh baya itu berjalan menghampiri Julia, lalu sedetik kemudian berhambur memeluk putrinya dengan erat."Apa kabar, Nduk?" tanya Nicolas dengan suara beratnya."Baik, Pa. Papa sehat, kan?""Alhamdulillah, Nduk. Ayo duduk dulu. Kamu nggak lagi sibuk, kan?"Julia menuruti Nicolas.
Read more

BAB 24

Suasana mendadak hening saat Yudhistira dan Nicolas tengah duduk berhadapan. Sesekali kening Nicolas mengerut, terlihat tengah berpikir keras. Sementara Yudhistira terlihat jauh lebih tenang."Skak!" katanya dengan cepat, dan hal itu memancing senyuman di wajah Julia."Nak Yudhistira kenapa suka catur?" tanya Nicolas membuka suaranya."Karena Mama saya sering main catur saat saya masih kecil, saya jadi ikut-ikutan belajar main catur, Om. Ternyata nggak buruk juga. Dari catur saya belajar banyak hal," jawab Yudhistira tanpa memalingkan wajahnya dari papan persegi yang ada di hadapannya.Nicolas manggut-manggut lalu memindahkan salah satu pion yang ada di hadapannya."Pion-pion ini selalu mengingatkan saya dengan Julia.""Maksudnya, Om?""Sejak kecil, saya nggak pernah membiarkan Julia hidup nyaman dengan semua yang saya miliki. Pokoknya dia harus mulai segalanya dari bawah. And see, dengan pencapaian Julia sekarang, saya sebagai ayahnya bangga. Sama seperti halnya pion ini." Nicolas me
Read more

BAB 25

"Kita mau langsung balik ke hotel?" tanya Yudhistira dengan pelan."Iya."Yudhistira memilih untuk tidak bertanya lagi, dan memilih untuk fokus dengan kemudinya.Akhirnya market survey di Yogyakarta selesai hari ini. Keduanya baru saja sedang dalam perjalanan menuju kembali ke hotel.Suasana masih saja canggung. Meskipun Julia berusaha untuk tetap bersikap profesional selama bekerja, tapi setelah pekerjaan itu selesai, perempuan itu kembali ke mode diam.Yudhistira tahu jika Julia masih marah kepadanya, namun pria itu juga tidak tahu bagaimana harus memulai menjelaskan semuanya.Setibanya di hotel, Julia sudah lebih dulu turun dari mobil. Dia melangkah tergesa menuju kamarnya, pun dengan Yudhistira yang berusaha untuk mengimbanginya."Julie?""Ya, Pak?""Kamu masih marah sama saya?" tembak Yudhistira dengan cepat."Nggak, Pak. Saya capek sekali hari ini, boleh saya langsung istirahat?"Lagi-lagi Yudhistira tidak punya pilihan lain, selain mengangguk. Pria itu tersenyum kecil, membiark
Read more

BAB 26

Julia berusaha untuk memejamkan matanya sejak tadi, namun kenyataannya gagal. Pesan yang sudah bermenit-menit yang lalu dikirimkan oleh Yudhistira sengaja tidak dibalasnya, tapi anehnya dia sendiri yang justru merasa kesal.Ada banyak pertanyaan yang melintasi pikiran Julia sekarang. Apakah Yudhistira pergi menemui perempuan itu? Atau dia sedang berkencan dengannya? Candle light dinner, mungkin?Julia menggulirkan badannya dengan kesal. Perempuan itu lantas mengubah posisinya menjadi duduk, lalu mendesah panjang. Dia perlu pengalihan sekarang dari kekesalannya yang diakibatkan oleh dirinya sendiri.Saat pikirannya sedang kacau, ponselnya berkedip kembali. Cepat-cepat Julia meraih ponselnya, berharap jika pesan itu dari Yudhistira. Tapi ternyata pesan itu dari Nicolas, dan perempuan itu merasa kecewa.[Papa: Papa lagi jalan-jalan di sawah, Nduk. Kamu nggak mau pulang, ya?]Lalu di bawahnya ada sebuah foto yang dikirim oleh ayahnya.[Papa: Send a photo.]Seketika Julia membelalak. "Ya a
Read more

BAB 27

"Kamu sengaja ngerjain Nak Yudhistira, ya Nduk?"Julia yang baru saja bergabung dengan ayahnya di teras belakang rumah, lantas mengerutkan keningnya.Kedua tangannya membawa sebuah nampan yang berisikan wedang rempah dan pisang goreng di atas piring. Ritual pagi yang selalu dilakukan Nicolas sebelum memulai aktivitasnya, sembari menikmati sejuknya pemandangan sawah di dekat rumahnya."Hah? Maksudnya gimana, Pa?""Baju yang dipakai Nak Yudhistira itu kekecilan, Nduk. Kamu bisa, kan tanya sama Papa ada baju atau nggak. Papa bisa pinjamkan."Julia sontak tertawa. "Dia sendiri yang mau, kok Pa. Lagian Papa memangnya ada baju baru?""Setidaknya Papa ada baju yang ukurannya besar, Nduk."Malah kelihatan imut, kan?" jawab Julia diiringi dengan tawa.Perempuan itu lantas meraih cangkirnya, ikut menikmati wedang rempah yang baru saja dibuatnya."Jadi…?"Nicolas sengaja menggantung ucapannya dan hal itu membuat Julia lantas menoleh. "Jadi apa, Pa?""Kamu sama Nak Yudhistira gimana?"Dan sedetik
Read more

BAB 28

JULIA baru saja keluar dari kamarnya setelah selesai bersiap-siap pagi itu. Di depan teras rumahnya, ternyata Yudhistira dan Nicolas sudah menunggunya.“Lama banget, sih Nduk? Udah cantik, kok. Nak Yudhistira yakin, deh nggak bakalan berpaling,” ujar Nicolas bermaksud menggodai anaknya.“Papa!”Dengan setelan blouse warna putih tanpa lengan dan celana jeans pendek di atas lutut. Julia terlihat begitu cantik dan memesona. Ditambah lagi rambutnya yang sengaja digerai begitu saja, juga topi dan kacamata yang dikenakannya.“Om, kami berangkat dulu, ya? Setelah jalan-jalan ini, kami langsung balik ke hotel dan bertolak ke Jakarta.”“Iya, Nak Yudhistira. Terima kasih sudah mau mampir ke sini. Om minta tolong sekalian jagain Julia, ya? Titip dia, tolong dibahagiakan sekalian kalau bisa.”Julia seketika membelalak. “Pa…”“Insya Allah, Om. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukannya.”“Terima kasih.”Keduanya lantas melangkah mendekati mobil yang kini terparkir di depan rumah. Yud
Read more

BAB 29

"Jadi?"Yudhistira mengerutkan keningnya saat tiba-tiba ketiga sahabatnya menyambangi ruangannya. Arjuna menarik kursi yang ada di depan meja, lalu kedua sahabatnya yang lain duduk di sofa dengan tatapannya tertuju pada Yudhistira."Apaan, sih kalian bertiga? Nggak ada kerjaan?""Ada lah! Gue nggak mungkin segabut lo yang suka memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Tapi nginterogasi lo, juga nggak kalah penting kalau sekarang!” Yudhistira mendesah pelan. Dia lantas melonggarkan ikatan dasinya, lalu bangkit dari duduknya sembari menatap ke arah ketiga sahabatnya itu."Kalian mau nginterogasi apaan sama gue?" tanya Yudhistira masih berusaha tenang."Gue denger dari J, lo ketemu sama Lalisa? Beneran?”“Hm-mm.”“Terus cewek itu bukan dia, kan?" tanya Bayusuta penuh selidik."Gue masih cukup warasa untuk nggak—"Namun belum Yudhistira melanjutkan ucapannya, pintu ruangannya sudah lebih dulu diketuk seseorang. Semua perhatian kini teralihkan ke arah pintu, bersamaan dengan Julia yang mu
Read more

BAB 30

[Aditya: Sayang, nggak lupa, kan kalau besok Mama ulang tahun? Mama ngadain pesta kecil-kecilan di rumah. Besok aku jemput jam 7, ya?]Lalu di bawahnya, sebuah pesan dari Karina muncul tak berselang lama.[Karina: Mbak Julie, temenin nyari kado buat Mama, yuk! Kangen banget udah lama nggak ketemu.]Alih-alih membalas pesan Aditya, Julia justru memilih untuk membalas pesan Karina.[Julie: Boleh, tapi Mbak nggak bawa mobil, Rin. Kamu jemput Mbak di kantor, ya?][Karina: OKE BANGET DONG! Kali aja aku bisa ketemu sama Mas Yudhistira, ya kan? Aku kangen sama dia jugaaaak!][Julie: Anak kecil jangan genit, ah!][Karina: Ini nggak genit, Mbak. Tapi orang-orang menyebutnya usaha. Sekarang zaman emansipasi wanita. Kalau aku nggak jemput bola, bisa-bisa bolanya diambil duluan!][Julie: Dia terlalu tua buat kamu, Rin.][Karina: Gapapa, Mbak. Emang lagi zamannya, kan banyak sugar baby bertebaran?][Julie: Kamu mau jadi sugar baby-nya dia?][Karina: WKWKWK, kalo sugar daddy-nya seganteng dan se-ha
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status