All Chapters of SAAT SUAMIKU SIBUK MENAFKAHI JANDA KAKAKNYA: Chapter 61 - Chapter 70

104 Chapters

62

Setelah meninggalkan apartemen aruni, meninggalkan kehancuran hidupku yang semuanya bermula dari wanita itu, aku mulai menyadari bahwa aku sudah kehabisan waktu dan kehilangan semua kesempatanku untuk bersama Hanifah. Ya, Hanifah.Wanita yang ternyata telah banyak mendedikasikan hidupnya untukku, dia mengurusku, melahirkan anakku dan mendidik mereka dengan baik. Bahkan setelah aku meninggalkannya, dia tetap berjuang sendirian agar Inayah dan Dika mendapatkan hidup yang layak dan stabil. Ah, segila apa diri ini sampai aku tega meninggalkannya demi kenikmatan sesaat. Aku sebodoh apa aku mengorbankan keluargaku demi kebahagiaan semua yang nyatanya hancur begitu saja. Aruni bukan wanita yang baik, kupikir dia hanya untukku tapi ternyata dia adalah petualang yang sedang mencari kehidupan nyaman dan kekayaan. Aku pikir dia akan memberiku kebahagiaan seperti Hanifah tapi ternyata dia hanya memberiku kesulitan dan kesedihan. Aku dicuci maki keluarga, aku juga dibenci oleh mertua, belum ten
Read more

63

Sekian lama mencoba dengan berbagai alasan untuk menemui Hanifa, aku seakan kehabisan cara untuk membujuk mantan istriku itu. Satu-satunya cara yang bisa kujadikan alasan Pamungkas untuk bertemu dengannya adalah bertemu dengan anak-anak, alasan ingin menjenguk mereka kujadikan dalih agar aku bisa menjumpai Hanifah. Terpikir dalam benakku, Anda sisa waktuku sebentar lagi, dan mungkin aku akan meninggal beberapa hari lagi, Aku ingin menghabiskan waktu bersama anak-anak dan mencuci kesalahanku di mata Hanifa. Mungkin sedikit peluang untuk bisa kembali padanya tapi aku ingin membuat dia memaafkanku dan mau tersenyum lagi, Aku ingin melihat wajahnya yang berbinar dan senyumnya yang tulus seperti dulu. Senyum indah yang hanya terlukis untukku. "Boleh aku minta waktu bersama anak-anak minggu depan?""Iya akan ku antar mereka kepadamu.""Baik, terima kasih," balasku.Hanya itu, lalu ia mematikan ponselnya. Aku tidak terkejut dengan sikapnya yang dingin, harusnya Aku bersyukur dia masih men
Read more

64

Selesai makan aku tiba-tiba terlintas ide untuk mengajak anak-anak jalan-jalan, aku penasaran Hanifah akan kemana bersama kekasihnya itu. Aku ingin melihatnya dan melihat bagaimana interaksinya bersama calon suaminya itu. Aku tahu ide itu akan menyakitkan hatiku tapi entah kenapa keinginan untuk "menguntitnya" terasa begitu kuat di hatiku. Aku sangat cemburu istriku akan menikah tapi aku rindu ingin melihatnya meski itu dari kejauhan. Meski hatiku terbakar oleh rasa iri dan dengki tapi aku juga senang jika di sisi lain ada laki-laki yang mencintai dan ingin membahagiakannya. Hanifa pantas mendapatkan hidup yang lebih baik setelah penderitaan panjangnya bersamaku. Aku tahu selama menikah denganku, Hanifah lebih banyak korban perasaan dan kesabaran, dia lebih sering menunda keinginannya demi mencukupi uang belanja keluarga dan kepentinganku. Aku baru menyadari betapa baik dan taatnya istriku itu, baru menyadari betapa berharganya dia setelah dia pergi dari kehidupanku. Ya, semiris dan
Read more

65

"Hai sayang, ke mana kita hari ini?" Tuan Rey menjemputku di depan rumah, Hari ini aku dan dia berencana untuk membeli perhiasan dan pakaian pernikahan, pria yang jadwalnya sangat padat itu sengaja mengosongkan jadwalnya untuk berduaan denganku saja. "Jangan tanya seperti itu?""Lantas kusebut apa, apa aku panggil kau dengan namamu?""Seperti itu juga bagus," balasku."Menggemaskan sekali," jawabnya sambil mencuwil hidungku, pria itu tertawa, sementara Aku merajuk padanya. Mobil pun melaju meninggalkan rumah. "Oh yaa... Anak-anak dengan siapa ya?""Uhm, kuantarkan mereka ke rumah ayahnya, katanya Arman mau ketemu.""Oh, Jadi kau ketemu juga dengan dia?""Engga, aku cuman ngantar depan rumah, habis itu pergi," jawabku."Kau yakinkan Arman tidak menatap dan merayumu?""enggalah. Lagian, apa aku akan tergoda?""Ya, siapa tahu..." Jawabnya sambil mengangkat bahu, aku tergelak, pria itu hanya menghembuskan nampaknya. Sesampainya di pusat perbelanjaan paling besar di kota kami, aku dan d
Read more

66

Mas Arman panik, entah berapa lama dia tinggalkan anak-anak sehingga tiba-tiba ia begitu gugup dan panik. "Saya sungguh minta maaf, tapi saya harus pergi sekarang karena anak-anak pasti sudah sejak tadi menunggu," ujarnya."Jadi kalau ajak mereka kemari, kau suruh main sendiri dan kau menguntit kami?""Bukan begitu, tadi aku... anu, ta-tadi, aku cari minum.""Jika hanya cari minum Kenapa kau mengikuti kami?""Permisi Aku benar-benar harus pergi!" Ujarnya sambil mengangkat kedua tangannya, berusaha untuk menenangkan dan ingin kabur dari kami. "Ayah! Ayah ke mana aja sih?!" Tiba-tiba Inayah dan Dika datang dari arah berlawanan, kedua anakku itu nampak sangat marah terhadap ayah mereka. "Dika, Inayah!""Bunda!" Anak-anak menghambur padaku dan memelukku. Inayah sampai menangis dan terlihat kesal sekali pada ayahnya. "Anak anak, ayah minta maaf.""Untuk apa Ayah mengajak kami jalan-jalan Kalau kami ditinggalkan!""Tadi ayah beli minum, lalu sesaat pikiran ayah blank, Ayah kebingungan d
Read more

67

Keesokan hari setelah pertunangan yang indah.Kicau burung di ambang jendela terdengar merdu, seirama dengan cahaya mentari yang terlihat lebih cerah, bunga-bunga hadiah dan dekorasi di kamar belum dilepaskan meski sebenarnya itu bukan pesta pernikahan. Aku tersadar dari tidur dengan senyum di bibir, senyum mengembang memandang cincin berlian 4 karat melingkar di jari, kilaunya terlihat bening menyilaukan mata. Aku tercengang dengan hidupku tapi mungkin aku pantas mendapatkannya. Aku tahu aku bukan orang yang suci, beberapa kesuksesanku kudapatkan dengan sedikit kelicikan, aku curang sejak Arman menyakitiku tapi aku merasa perlu melakukan itu demi mempertahankan kestabilan hidup dan ekonomi kami. "Mba, ada yang cari tuh," ucap meli anak tetangga kami, Dia membantu orang tuaku untuk beres-beres karangan bunga dan kado pesta. Gadis itu membangunkan ke perlahan dan menyuruhku untuk segera turun melihat tamu yang datang. "Siapa?""Tamu yang tak diundang.""Kok?""Mas Arman." Gadis itu
Read more

68

Sembari mengetik laporan pekerjaan di komputer, pikiran ini tidak tenang dan menerawang, fokusku mengambang pada beberapa hal yang meresahkan hati. Kupikir aku telah berhasil menyingkirkan Arman dari hidupku, menyingkir sejauh-jauh mungkin. Ternyata dia tidak menyerah dan terus berusaha kembali untuk membuktikan dirinya bahwa ia bisa mengalahkanku. (Aku akan bekerja dengan baik, Bu Kepala.)Kucengkeram jemariku saat membaca pesannya, rasanya ingin kujambak dan kurendam kepalanya ke dalam tong air, kuceburkan sampai ia tidak bisa bernapas lagi dan meninggal. Saking geramnya hati ini. (Kalau begitu saya tunggu dedikasimu dengan baik.)(Bersikap baiklah Ibu kepala, karena bukti-bukti masih ada di tanganku, dan kalau aku kesal semua itu bisa kukirimkan ke calon mertuamu!)(Berhentilah mengancamku dengan alasan yang sama, sadarkah bawa pesan-pesan ini bisa kusimpan dan ku teruskan ke kantor polisi?)(Maka kau dan aku akan mendekam di penjara. Kita akan habiskan masa muda dan waktu-waktu
Read more

69

Aku kembali ke ruanganku dengan segala kegelisahan hati. Kucoba untuk menghubungi Arman dan meminta dia untuk pergi sesegera mungkin,tapi pesanku hanya centang satu. Entah pria bodoh itu masih berkeliaran di gedung berlantai 20 ini ataukah dia sudah pergi, yang jelas jika Mas Reynaldi bertemu dengannya maka dia akan dipukuli habis-habisan. "Bu, Apa Anda dengar sesuatu?""Ada apa?""Bu, terjadi keributan di basement, ini rahasia yang harus saya sampaikan kepada anda," ujar asisten pribadiku."Keributan apa?""Sepertinya Tuan Renaldi, sedang memberi seseorang pelajaran.""Hah!" Aku langsung terbangun dari posisiku dan bergegas menyusul ke lantai paling dasar gedung ini. Kunaiki lift yang segera menuju ke lantai bawah, sepanjang turun aku terus gelisah, tak sabar, telapak kakiku rasanya berdenyut kencang, seolah lift itu berjalan di tempatnya. Aku ingin segera sampai ke sana dan melerai tunanganku itu dari kemarahannya. Sesampainya di ruang parkir, suasana terlihat lengang dengan mobi
Read more

70

Entah apa kabar Arman setelah kejadian pemukulan di kantor Mas Renaldi, setelah hari itu aku sakit, sakit selama 5 hari karena syok. Sama sakit calon suamiku tidak banyak fokus pada pekerjaannya, dia lebih banyak menyempatkan waktu untuk merawat diri ini, untuk mengantar jemput anak-anak dan memasakkan makanan. Kupikir pria itu terlalu baik untukku, dia terlampau tulus dan rela mengambil resiko yang akan membuatnya di penjara demi melindungi kami. Dia terpaksa memukuli Arman demi melindungiku dari ancaman lelaki itu. Membebaskan diri ini dari pemerasan dia harus melakukan dosa besar.Saat satu sisi orang menilainya kejam, di sini aku malah kasihan padanya. Karena perbuatanku, dua orang lelaki harus bertaruh hidup masing-masing. Satu orang berjuang agar aku tetap berada di sisinya dan yang satu lagi berjuang menyingkirkan masa laluku. Seharusnya aku beruntung dicintai sedemikian rupa tapi kadang sikap merasa di atas angin membuatku lupa diri. "Mas Terima kasih ya sudah merawatku dal
Read more

71.

"Kenapa arman ada di sini!" tanya calon suamiku dengan wajah penuh kemarahan. Dia merangkul diri ini erat, sementara Arman tersungkur di depan kami. "Dia datang, dia menyelinap masuk dan ....""Apa yang dia lakukan, Apa dia mau menyentuhmu? Kenapa kau hanya mengenakan handuk!""Aku tadinya mau mandi, tapi terkejut dengan dia yang tiba-tiba sudah ada di dalam rumah." aku menjawab dengan perasaan campur aduk. "Kemana orang orang? Kenapa kau sendirian?""Mereka pergi ke acara Tante yang ada di luar kota," balasku sambil meredakan gemetar dan degupan jantungku. "Bagaimana kalau aku tidak datang, Apa yang akan terjadi padamu," balas pria itu sambil kembali merangkul diri ini dan segera menyuruhku ke kamar untuk mengenakan pakaianku sendiri. "Pergilah, pakai bajumu," ucapnya. Jika aku ke kamar, maka aku harus melewati Arman yang sedang tersungkur pingsan. Pelan-pelan kulangkahkan kakiku dan khawatir kalau dia tiba-tiba sadar dan menarik diri ini. Setelah selesai membersihkan diri dan g
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status