Home / Romansa / Lelaki Penakluk Nona Muda / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Lelaki Penakluk Nona Muda: Chapter 41 - Chapter 50

210 Chapters

Bab 41

Setelah perjalanan panjang yang melelahkan, Amisha mendesah lega, akhirnya bisa kembali menjejakkan kaki di tanah air. Meninggalkan Bandara Soekarno-Hatta, Amisha duduk bersandar pada jok mobil. Di luar sana, langit siang terlihat mendung.Terbang di ketinggian dengan oksigen yang lebih tipis, mata Amisha terasa berat. Ia melirik jam di pergelangan tangannya. Paling tidak ia bisa tidur tiga puluh menit sebelum tiba di rumah. Belum lagi kalau terjebak macet. Durasinya bisa lebih lama. Amisha memejamkan mata. Ia tak peduli pada Dede yang duduk di sampingnya.SYUT!Dede refleks mengulurkan tangan kiri, menahan kepala Amisha yang nyaris terantuk kaca jendela karena guncangan kuat. Ia meringis menahan sakit ketika punggung tangannya terbentur keras pada kaca jendela dan terjepit oleh kepala Amisha. Ia menggeser posisi le
last updateLast Updated : 2024-05-23
Read more

Bab 42

Netra Gianna menyipit. Ia meragukan penjelasan Dede, tetapi ia tidak bisa mendesak lelaki itu untuk berkata jujur. Ia tidak punya bukti yang dapat memojokkannya.“Kalau tak ada lagi yang ingin Anda tanyakan, aku permisi, Nona.” Dede pamit pada Gianna, yang masih saja melayangkan pandangan tajam ke arahnya.“Bi, aku pulang dulu ya,” teriak Dede pada Inah, yang sedang berada di dapur.Inah baru saja hendak membuka mulut menjawab perkataan Dede, tetapi diurungkannya.Dede mengedipkan mata, lalu melirik Gianna. Inah yang sudah banyak makan asam garam kehidupan langsung paham dengan kode yang diberikan Dede.“Iya, Tuan.” Inah mengantar Dede hingga ke pintu.Gianna hanya mendengus melep
last updateLast Updated : 2024-05-23
Read more

Bab 43

“Misha! Tunggu!”Misha baru saja memasuki lobi kantornya ketika seseorang berteriak memanggil namanya. Sebuah suara yang sudah tidak asing di telinga. Siapa lagi kalau bukan Kenzo. Lelaki berengsek yang pernah menjungkir-balikkan dunianya. Amisha memilih untuk mengabaikan panggilan itu dan terus berjalan menuju lift.DRAP! DRAP!Terdengar suara kaki berlari mengejarnya disertai seruan petugas keamanan, mencegah lelaki itu memburu Amisha.Amisha mempercepat langkah. Namun, lelaki itu berhasil menyusulnya. Sedikit lagi tangan lelaki itu akan mencekal pergelangan tangan Amisha, petugas keamanan berhasil membekuknya.“Misha, kita perlu bicara!” teriak Kenzo.Amisha menghentikan langkah. Ia tidak ingin mengundang perhatian para karyawan yang mulai berdatangan. Ia menoleh kepada Kenzo.“Tidak ada yang perlu dibicarakan. Aku sibuk!” balas Amisha datar. Ia memberi kode kepada petugas keamanan untuk menyingkirkan Kenzo dari hadapannya.“Maaf, Nona. Lelaki ini sudah seminggu menunggu Nona di kan
last updateLast Updated : 2024-05-23
Read more

Bab 44

GREP!Dede menangkap tangan Amisha yang memegang tisu.Amisha mendongak. Bersyukur ia masih mengenakan kacamata hitam. Jika tidak, Dede pasti dapat melihat keresahan pada kedua bola matanya. Ya! Amisha resah karena sentuhan Dede lagi-lagi mengingatkannya pada sosok Aland.‘Kenapa sentuhan mereka begitu mirip?’ Amisha membatin gundah. Cepat-cepat ia menarik lepas tangannya dari genggaman Dede.“Keluarlah! Aku akan bekerja,” perintah Amisha tegas sembari berbalik ke tempat duduknya.Dengan berat hati, Dede meninggalkan ruangan Amisha. Di sisi lain, rasa bahagia yang tak terkira berputar, melayang-layang melingkupi hati
last updateLast Updated : 2024-05-23
Read more

Bab 45

Malam makin hening. Tak lagi terdengar suara canda binatang malam. Hanya detak jam dinding memecah sunyi.TIK! TOK! TIK! TOK!Amisha meraba kuduk. Suara detak jam dinding itu terdengar mengerikan dalam kesendirian dan keheningan malam. Pukul satu dini hari. Amisha menguap. Rasa kantuk sudah sejak tadi menyerangnya. Namun, bukan Amisha namanya jika ia menyerah pada kantuk, saat ia tengah fokus menggarap pekerjaannya.Amisha menggerakkan jari-jarinya yang terasa kaku. Berjam-jam berkutat dengan pensil membuat peredaran darah di jari-jarinya sedikit terganggu. Diliriknya desain yang belum selesai itu, lalu digulungnya dan dimasukkannya ke dalam sebuah tabung. Ia meletakkan tabung itu ke dalam laci meja.Masih duduk di kursinya, Amisha meregangkan otot-otot leher dengan cara
last updateLast Updated : 2024-05-24
Read more

Bab 46

“Tidak, tidak. Aku tidak mau melakukan itu. Aku belum siap,” tolak Amisha tegas, disertai gelengan kepala.Gianna membungkuk dan menumpukan siku kiri pada meja kerja Amisha. Ia mengangkat dagu Amisha, mengamati wajah sahabatnya itu dengan teliti dari berbagai sudut. Selang beberapa waktu ia kembali berdiri seraya melepaskan kacamata hitam Amisha.“Kembalikan, Gianna!” desak Amisha. Tangannya terulur, ingin merebut kacamata itu dari Gianna.“Tidak! Kau tidak boleh lagi memakainya,” tolak Gianna. Ia menyembunyikan kacamata itu di belakang punggungnya.“Dengarkan aku, Amisha sayang! Kini sudah saatnya kau memperkenalkan diri pada dunia. Biarkan dunia melihat Amisha Harist yang sesungguhnya.” Gianna berkata dengan mimik serius.“
last updateLast Updated : 2024-05-24
Read more

Bab 47

Siang itu matahari di langit Jakarta bersinar garang. Anak-anak jalanan melangkah lesu bermandi peluh. Menjajakan barang dagangan ataupun menawarkan jasa membersihkan kaca mobil di perempatan jalan.Amisha memperbesar suhu dingin AC mobilnya sambil menunggu lampu hijau menyala. Lantunan lagu ‘Ya Rahman’ mengalun merdu, mendinginkan suasana hatinya yang masih sedikit panas akibat perdebatannya dengan Gianna hari ini.Begitu lampu jalan berubah hijau, Amisha menginjak gas. Ia melajukan mobilnya menuju sebuah pusat perbelanjaan besar. Amisha sengaja tak mengajak Gianna pergi bersamanya. Diam-diam ia ingin mencoba saran konyol Gianna.Setelah memarkir mobil, Amisha melihat penampilannya tanpa kacamata melalui kaca spion sebelum akhirnya turun dari kuda besinya itu. Ia menyimpan kacamata hitamnya ke dalam tas.
last updateLast Updated : 2024-05-24
Read more

Bab 48

“Aku pasti sudah gila menuruti permintaannya.” Amisha menggeleng kuat.Wajah lelaki yang menabraknya di mal tadi tiba-tiba saja melintas di ingatannya. Ia mengernyit. Merasa pernah bertemu dengan lelaki itu sebelumnya.“Di mana ya?” Amisha terus berpikir, mengingat-ingat tentang sosok lelaki yang terasa tidak asing di matanya itu.“Ya Tuhan! Dia Taksa!” pekik Amisha, setengah tak percaya.Ia tak tahu apakah ini sebuah keberuntungan atau kesialan baginya. Untuk pertama kalinya ia membuka penyamarannya dan ia malah dipertemukan dengan sosok Taksa, lelaki yang pernah dijodohkan dengannya, dan dengan terang-terangan menolaknya, hanya dalam hitungan detik perkenalan mereka.“Dunia ini benar-benar panggung sandiwara,” desis Amisha
last updateLast Updated : 2024-05-24
Read more

Bab 49

Amisha melangkah gontai menaiki tangga menuju kamarnya. Kakinya terasa perih. Mungkin lecet. Ia belum sempat memeriksanya. Saking perihnya, terpaksa Amisha membuka sepatu high heels-nya dan menenteng sepatu itu dengan sebelah tangan.Amisha membuka jilbab. Gerah. Ia harus segera mandi untuk menyegarkan tubuh lelahnya, tetapi sebelum itu ia ingin merebahkan tubuhnya sejenak. Mengusir penat yang menggerogoti seluruh raganya gara-gara mengelilingi mal.Sejenak yang direncanakan Amisha kebablasan hingga senja tiba.Dede yang hendak menuju kamar mandi mengernyit kaget, melihat Amisha masih tidur dengan posisi sembarangan di atas ranjang.Perlahan Dede berjalan menghampiri Amisha. Wajah cantik itu benar-benar terlihat lelah. Dede melirik tas belanja yang diletakkannya di atas
last updateLast Updated : 2024-05-24
Read more

Bab 50

“Aku tidak suka melihat kau terluka. Selama kau berstatus sebagai istriku, kau harus menjaga dirimu baik-baik. Jangan sampai terluka, walau hanya lecet kecil. Ingat itu!” kata Dede tegas, membuat Amisha merinding.Amisha ingin membantah perkataan Dede. Namun, tak sepatah kata pun terucap dari bibirnya. Kalimat sanggahan yang menari di kepalanya seakan tercekat di kerongkongan. Lidahnya pun terasa kelu. Ia hanya bisa menatap sinis pada Dede, menunjukkan perlawanan dan penolakannya terhadap peringatan lelaki itu.“Sekarang mandilah! Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu,” perintah Dede lembut.Dede meninggalkan Amisha seorang diri dan membawa pergi kotak P3K bersamanya.Amisha masih duduk termenung di tepi ranjang, menggerakkan kaki kanannya yang tak lagi kram. Pikiranny
last updateLast Updated : 2024-05-24
Read more
PREV
1
...
34567
...
21
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status