Semua Bab Lelaki Penakluk Nona Muda: Bab 51 - Bab 60

210 Bab

Bab 51

“Coba sejak dulu kamu tampil seperti itu. Aku yakin banyak pria yang patah hati karenamu,” goda Gianna, melirik Amisha dari kaca spion.“Yang ada mereka malah kabur melihatku,” jawab Amisha bersungut-sungut. Pandangan matanya bersirobok dengan tatapan geli Gianna melalui kaca spion.“Itu karena mereka masih anak-anak. Akalnya masih bengkok.”“Entahlah! Aku tidak mau mengingat kejadian itu lagi.”Gianna tak lagi menggoda Amisha. Ia takut suasana hati gadis itu akan berubah buruk kalau ia teruskan.Gianna berbelok dan parkir di sebuah hotel mewah. Beberapa pria dan wanita dengan gaun pesta telah mendahului mereka masuk ke hotel.Amisha turun dari mobil tanpa menunggu Gianna membukak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-25
Baca selengkapnya

Bab 52

“Ini.”Gianna mengeluarkan dua buah undangan. Penjaga itu pun mempersilakan mereka masuk setelah mengambil alih kado yang dibawa Gianna.Amisha sangat gugup, menyadari semua mata memandang ke arahnya ketika ia dan Gianna memasuki ruangan pesta Adelino Daneswara.Gianna tidak membiarkan mental Amisha jatuh. Ia menggandeng tangan sahabatnya itu, berjalan makin ke dalam. Berniat menuju meja tempat minuman.Perempuan saling berbisik dan memandang iri pada Amisha. Kaum lelaki menatap tak berkedip, terpesona oleh keanggunan Amisha yang berbalut dress berwarna magenta, berlapis beige pada bagian atas, dengan jilbab yang juga bernuansa ungu. Sebuah bros berbentuk bulan sabit dan bintang, berhiaskan bulu pada bagian atas, tersemat di dada kirinya. Mempercantik penampilannya malam
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-25
Baca selengkapnya

Bab 53

Amisha tetap fokus melangkah ke depan. Ia tak memedulikan suara teriakan yang berulang kali menyerukan namanya. Telinganya seakan tak lagi mampu mendengar suara yang sangat familiar itu.Dede melirik Amisha sekilas. Senyum simpulnya terukir, melihat wajah datar Amisha. Hatinya berbunga-bunga mengetahui gadis itu tak terpengaruh sama sekali oleh panggilan lelaki yang terus mengejarnya.“Berhenti, Amisha! Aku tahu kau mendengar suaraku,” panggil suara itu lagi. Derap langkah kaki terdengar makin cepat menyusul Amisha.GREP!Dede mencekal lengan lelaki yang mengejar Amisha, saat sudut matanya menangkap gerakan lelaki itu ingin meraih tangan Amisha.“Jaga sikap Anda, Bung!” sergah Dede, menahan tangan lelaki itu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-25
Baca selengkapnya

Bab 54

Dalam waktu kurang dari satu jam, semua barang yang dilelang untuk penggalangan dana amal itu telah terjual. Hadirin memberikan standing applause ketika pembawa acara mengumumkan jumlah dana yang terkumpul. Hampir lima miliar. Wow! Jumlah yang cukup fantastis.Wajah Adelino Daneswara berbinar cerah menaiki panggung. Senyum lebar tak lepas dari bibirnya. Sejenak ia mengedarkan pandangan, menyapu setiap wajah yang hadir sebelum memulai sambutan singkatnya.Tepuk tangan gempita kembali terdengar saat Adelino mengucapkan apresiasi mendalam atas sumbangsih para hadirin dalam acara lelang amalnya.“Terima kasih atas semua kerja keras dan kemurahan hati Bapak-Ibu yang telah rela, ikut berpartisipasi dalam acara lelang amal malam ini. Semoga Allah melipatgandakan rezeki kalian semua. Aamiin .…
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-25
Baca selengkapnya

Bab 55

“Tuan Zain!”Zain masih membisu.“Tuan Zain Adelino! Tolong beri penjelasan, Tuan!” teriak wartawan, mengagetkan Zain.‘Ah, ZA … Zain Adelino! Bodohnya aku tak berpikir sampai ke sana!’ Amisha mengumpat dalam hati, ketika mendengar wartawan menyebut nama lengkap Zain.Zain pun tak kalah kagetnya. Ia tak menyangka ada wartawan yang mengetahui nama lengkapnya.‘Sudahlah! Apa pun risikonya, aku akan menghadapinya nanti!’ batin Zain. Tekadnya sudah bulat untuk mengumumkan kepada dunia tentang wanita yang dicintainya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-25
Baca selengkapnya

Bab 56

“Kenapa dia diam saja?”“Bukankah itu pertanyaan yang mudah?”“Iya. Mustahil dia tidak bisa menjawabnya.”Hadirin dan wartawan masih menunggu respons Amisha. Tampak jelas wajah-wajah antusias menanti jawaban Amisha. Di barisan paling depan, Adelino menatap tenang pada sang menantu. Seulas senyum tipis tersungging dari bibirnya.Entah kenapa, melihat senyum itu, seketika Amisha seolah mendapat pasokan kekuatan dari papanya. Ah ya, sekarang ia harus memanggil lelaki itu dengan sebutan papa. Amisha tersenyum tipis membalas senyuman Adelino. Lelaki tua itu mengangguk ringan.Amisha mengalihkan pandangannya pada wartawan yang tadi bertanya, lalu berkata lantang dengan sikap elegan dan penuh perc
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-26
Baca selengkapnya

Bab 57

Pendar cahaya rembulan membias masuk melalui celah ventilasi. Menghadirkan keremangan pada kamar tidur Amisha.Amisha terjaga dari lelapnya. Tenggorokannya terasa kering dan gatal. Ia duduk berjuntai di tepi ranjang. Diliriknya nakas di samping tempat tidur. Kosong. Amisha mendengkus kecewa.“Aish! Tidak ada air lagi,” rutuk Amisha, dalam temaram yang samar.Amarahnya pada Zain membuatnya lupa membawa segelas air menemani tidurnya. Ya, Amisha memang punya kebiasaan bangun tengah malam untuk minum. Oleh karena itu, ia selalu menyediakan segelas air putih di atas nakas di samping ranjangnya, tetapi malam ini ia benar-benar lupa. Ia bergegas pergi tidur setelah memakai pakaian sehabis mandi.Dengan gerak malas Amisha bangkit dari pembaringan. Ia berjalan perlahan dalam gela
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-26
Baca selengkapnya

Bab 58

“Mn ….”Amisha tak melirik Zain sama sekali. Tangannya mengambil roti yang disajikan di atas meja. Ia lebih suka makan roti dengan kedua tangannya daripada memotongnya dengan pisau, lalu menyuapnya dengan bantuan garpu. Sangat tidak praktis. Begitu menurut Amisha.Zain hanya tersenyum melihat kebiasaan Amisha. Entah kenapa ia selalu bahagia melihat Amisha makan dengan lahap. Ia tak pernah pilih-pilih makanan, seolah tidak pernah khawatir dengan bobot tubuhnya.“Kenapa kamu terus memandangiku? Kamu mau?” tanya Amisha, menyodorkan potongan kecil roti yang sudah digigitnya kepada Zain.Di luar dugaan, Zain menahan tangan Amisha, menggigit roti yang disodorkan gadis itu. Mata Amisha terbelalak. Ia tidak serius menawarkan roti itu pada Zain, tetapi lelaki itu malah benar-benar menerimanya dan melahapnya tanpa rasa jijik.“Wah … bibi jadi baper pagi-pagi sudah disuguhi adegan romantis!”Tahu-tahu Inah muncul, menghidangkan secangkir black coffee permintaan Zain. Ia menatap Amisha dengan kerl
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-26
Baca selengkapnya

Bab 59

Di dalam mobil, Zain masih sibuk dengan tabletnya, mempelajari ulang dokumen tentang kerja sama yang akan dibahasnya nanti.“Kita terjebak macet, Pak!” kata sopir, memberitahu Zain setelah menginjak rem.Zain menghentikan kegiatannya, melirik sekilas jalanan di depan sana. Tidak terlalu parah.“Tunggu saja! Mungkin tidak lama.” Zain menginstruksikan sopirnya untuk tetap diam di tempat. Kalau dalam kondisi terburu-buru, biasanya Zain akan meminta sopir kantornya itu untuk mencari jalur alternatif.“Baik, Pak!” Si sopir menumpukan kedua tangan pada setir.Matanya terus menatap liar, mengawasi pergerakan lalu lintas di depan sana. Bersiap untuk tancap gas begitu kesempatan tiba.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-26
Baca selengkapnya

Bab 60

“Aish!” Yoshi tampak kesal melihat Zain berlalu.“Untung kamu sepupuku, Zain Adelino! Kalau orang lain, aku sudah mengundurkan diri dari dulu,” omel Yoshi, merasa diperlakukan tidak adil.Zain memang tipe bos yang sangat disiplin waktu. Ia tidak menoleransi segala jenis keterlambatan, kecuali kondisi darurat yang memerlukan penanganan tenaga medis, atau berhubungan dengan kematian.Tak peduli siapa pun pelaku yang melanggar aturan, ia tetap akan memberikan sanksi yang setimpal. Yoshi kembali ke mobil sambil mulutnya terus bersungut-sungut mengumpat Zain.“Mampir ke restoran Q dulu, Dy!” perintah Zain pada si sopir.“Siap, Pak!” sahut si sopir bernama Rudy itu sambil melirik kaca
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
21
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status