Home / Romansa / Lelaki Penakluk Nona Muda / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Lelaki Penakluk Nona Muda: Chapter 71 - Chapter 80

210 Chapters

Bab 71

“Ya Tuhan, kenapa dia tidur di sini?” pekik Amisha kaget, seraya menutup mulutnya dengan kedua tangan.Ia berdiri mematung, menatap Zain tidur melintang di tengah pintu. Tangan Zain menyatu, terapit di antara kedua lututnya yang tertekuk. Berjuang melawan dinginnya udara malam dan juga lantai granit yang menjadi alas tidurnya.Sayup-sayup terdengar suara azan subuh berkumandang dari kejauhan. Menyadarkan Amisha dari keterkejutannya menyaksikan pemandangan Zain yang terlelap membelakanginya.Amisha berjinjit menyisiri tepian dinding untuk berpindah tempat ke depan Zain. Ia tidak sampai hati untuk melangkahi lelaki itu.Berjongkok di depan Zain, Amisha mencermati wajah Zain yang tertidur pulas. Ia mengernyit ketika matanya menangkap butiran keringat membasahi dahi Zain.
last updateLast Updated : 2024-05-29
Read more

Bab 72

“Jangan pergi!” lirih Zain dalam igauan.Amisha menoleh, memperhatikan tangannya yang digenggam Zain, lalu beralih ke wajah Zain. Lelaki itu sama sekali belum membuka matanya.Amisha mengulurkan tangan kanannya. Berniat hendak melepaskan genggaman tangan Zain. Namun, lelaki itu justru mempererat cengkeraman tangannya.“Kumohon … jangan tinggalkan aku!” Zain kembali bergumam lirih.Raut mukanya mengerut. Kedua bola matanya bergerak liar di balik kelopak mata yang masih tertutup rapat, seakan ia sedang bermimpi dan sangat takut untuk ditinggal pergi.Amisha tersentak saat melihat dua bulir bening bergulir jatuh dari kedua sudut mata Zain. Ia mengernyit.‘
last updateLast Updated : 2024-05-29
Read more

Bab 73

Amisha mematut diri di depan cermin. Memperhatikan penampilannya sekali lagi. Ia mengangguk ringan setelah yakin dengan penampilannya. Berdiri di sebelah kiri, Zain melirik Amisha sambil memasang kancing lengan kemejanya. Ia tersenyum simpul, merasa puas dengan dandanan Amisha.‘Makin hari dia terlihat makin cantik!’ puji Zain dalam hati.“Berhenti menatapku atau aku akan berubah pikiran untuk menemanimu!” ancam Amisha.‘Oh My God! Amisha Harist telah kembali!’ umpat Zain keki. Senyumannya lenyap seketika.Setelah sembuh dari sakitnya, perlakuan Amisha kepadanya ke
last updateLast Updated : 2024-05-29
Read more

Bab 74

‘Cih! Dasar rubah licik. Jelas-jelas sudah melihat dari tadi. Pakai pura-pura baru tahu segala!’ maki Amisha dalam hati.Zain mengacak gemas rambut Cecilia. Adiknya itu masih saja seperti anak kecil. Tidak tahu tempat kapan harus bercanda dan menggoda.Zain melirik Amisha, ingin tahu reaksi gadis itu atas sikap adik semata wayangnya. Ia menarik napas dalam saat dilihatnya Amisha tetap memasang wajah datar. Ekspresinya sungguh tak terbaca.‘Luar biasa! Dia sangat pintar mengendalikan emosi!’ puji Zain di balik rasa kecewanya, padahal tadi ia sangat berharap akan menemukan setitik cemburu dalam pancaran mata Amisha.
last updateLast Updated : 2024-05-30
Read more

Bab 75

Sepanjang perjalanan pulang dari rumah mertuanya, Amisha diam membisu. Matanya menyusuri gelapnya malam di bawah temaram pendar sinar rembulan, disambut semburat lampu-lampu jalan dan gedung-gedung bertingkat.Hatinya masih dibalut resah setiap kali membayangkan keberadaan Cecilia di sisi suaminya. Gadis itu sungguh bermuka tebal. Ia tak pernah malu mempertontonkan kemesraannya. Tanpa segan-segan ia merangkul Zain dan bersandar manja pada pundaknya, sambil melanjutkan obrolan di ruang tengah, setelah makan malam berakhir.Yang membuat hati Amisha makin memanas adalah sikap Zain, yang tak menolak sedikit pun perlakuan Cecilia. Lelaki itu seakan juga sangat menikmati sikap manja Cecilia padanya.Tak jarang Zain mengelus gemas dan mengacak-acak rambut Cecilia, membuat gadis itu memonyongkan bibirnya kesal. Namun, sedet
last updateLast Updated : 2024-05-30
Read more

Bab 76

Zain sedang duduk membaca koran di ruang tengah ketika Amisha pulang ke rumah. Diliriknya jam dinding. Pukul 16.15.“Tumben Amisha pulang cepat,” gumam Zain, merasa senang.Hari itu ia sengaja pulang lebih awal demi menunggu kepulangan Amisha. Ia ingin mengajak Amisha makan malam di luar. Mencoba mencairkan suasana tegang yang terasa begitu menyiksa.Ia melipat koran yang sedang dibacanya. Menyimpannya di bawah meja, lalu bangkit dari sofa. Sambil bersiul kecil, ia berjalan menyusul Amisha ke dalam kamar. Ia benar-benar bahagia Tuhan mengabulkan doanya agar Amisha pulang cepat.Kebahagiaan itu tak ubahnya bagai air di daun keladi. Amisha telah berdandan rapi dan menyandang tasnya. Berputar-putar di depan kaca, memastikan penampilannya telah sempurna.
last updateLast Updated : 2024-05-30
Read more

Bab 77

“Tunggu, Nona! Nona Amisha sedang sibuk!” cegah Gianna pada seorang wanita cantik, yang bersikeras ingin masuk ke ruang kerja Amisha.Wanita itu tak menghiraukan larangan Gianna. Ia tetap menerobos masuk setelah mengetuk pintu tanpa menunggu sahutan dari dalam.“Nona!” pekik Gianna, berdiri kaku di samping wanita itu. Tepat di hadapan meja kerja Amisha.Amisha menghujani keduanya dengan pandangan dingin.“Maaf, Nona Misha. Saya sudah berusaha mencegah nona ini untuk masuk,” ujar Gianna, merasa bersalah karena telah lalai menjalankan tugasnya.“Kamu boleh keluar!” perintah Amisha pada Gianna dengan nada datar.“Tapi, Nona—
last updateLast Updated : 2024-05-30
Read more

Bab 78

“Adik kakak? Ck! Mereka benar-benar pemain sandiwara ulung!”Sepenggal memori tentang peristiwa yang terjadi seminggu lalu berkelebat dalam ingatan Amisha.Saat itu ia sedang merapikan tempat tidur. Zain baru saja masuk kamar sepulang dari kerja. Tiba-tiba ponsel Zain berdering. Secepat kilat Zain mengeluarkan ponselnya dari saku dan mengangkat panggilan telepon itu dengan seulas senyuman terukir di bibir.“Apa? Mommy jatuh?” Wajah Zain yang semula ceria kontan berubah cemas. “Oke. Aku segera terbang ke sana.”Zain mematikan ponsel. Meletakkan tas kerjanya di atas meja dengan terburu-buru, lalu kembali membuka ponselnya, menghubungi Yoshi.“Siapkan tiket pesawat ke Paris malam ini!&rd
last updateLast Updated : 2024-05-30
Read more

Bab 79

“Aku bertanya, apa maksud perkataanmu?” ulang Zain, setelah selang beberapa lama Cecilia masih belum juga bicara.“Mbak Amisha itu perempuan, Mas!” sahut Cecilia dengan wajah serius.“Siapa bilang dia laki-laki?”“Bukan itu maksudku, Mas!” Cecilia mulai geregetan dengan respons kakaknya.“Terus? Bicara yang benar! Jangan bertele-tele! Aku bukan pembaca pikiran.” Zain juga mulai terlihat kurang sabar menanti penjelasan Cecilia.Cecilia menghela napas panjang sebelum bicara.“Wanita itu instingnya kuat. Mbak Amisha pasti dapat merasakan kalau sebenarnya kita telah mempermainkan dan membohonginya. Hanya saja terkadang
last updateLast Updated : 2024-05-31
Read more

Bab 80

“Mas! Mbak! Sini!” ulang Cecilia, memanggil Zain dan Amisha. Ia sedang duduk di bawah sebuah tenda payung berwarna pelangi sambil menikmati es kelapa hijau. Sebuah es kelapa hijau lainnya tampak menganggur ditinggal pemiliknya.Amisha dan Zain duduk di atas dua kursi yang masih kosong.“Mau minum apa?” tanya Zain pada Amisha.Tetapi belum sempat Amisha menjawab pertanyaan Zain, seorang laki-laki berkulit putih datang menghampiri mereka dengan dua es kelapa muda di tangannya. Lelaki itu memiliki postur tubuh tak kalah bagus dari Zain. Bahkan, mungkin lima senti lebih tinggi dari Zain. Rambutnya berwarna cokelat gelap. Mata birunya hampir menyamai warna laut di depan mereka. Secara keseluruhan wajahnya menunjukkan tipikal benua Eropa yang sangat kental.“Silakan minum!” ujar lelaki itu, tersenyum ramah seraya meletakkan minuman yang dibawanya di hadapan Amisha dan Zain.“Kenalkan, Mas, Mbak … ini Leon, tunanganku.” Cecilia memperkenalkan lelaki itu kepada Zain dan Amisha.Leon mengulurk
last updateLast Updated : 2024-05-31
Read more
PREV
1
...
678910
...
21
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status