Semua Bab Lelaki Penakluk Nona Muda: Bab 91 - Bab 100

210 Bab

Bab 91

Satu jam sebelum waktu makan siang …TAP! TAP! TAP!Derap sepatu pantofel bergema menghantam lantai sebuah rumah kosong penuh debu. Seorang lelaki berjalan masuk dengan langkah tegap, menenteng sebuah koper hitam di tangan kanannya. Tubuhnya terbalut pakaian dan jaket serba hitam.Sepasang kacamata hitam ukuran besar hampir menutupi separuh wajahnya, mengimpit sehelai masker kain yang dikenakannya. Sebuah topi baseball bertengger di kepalanya, dengan bagian depan nyaris menyembunyikan mukanya dengan sempurna. Lagi-lagi semua itu berwarna hitam.Sebuah meja kayu ukuran kecil berdiri rapuh di tengah ruangan kumuh itu. Di belakang meja itu, berdiri seorang lelaki berkacamata hitam. Tangan kirinya berada di saku celana. Tampak jelas ia sedang menanti kedatangan lelaki berpak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-02
Baca selengkapnya

Bab 92

BIP!Secepat kilat tangan lelaki itu bergerak membuka kunci layar telepon genggamnya. Sebuah senyuman menghias bibirnya begitu tanda pesan masuk memanggilnya.“Aku sudah mengikutinya, Bos. Sekarang dia berada di Panti Asuhan PK. Sepertinya dia donatur tetap di panti itu.”Rangkaian pesan itu dilengkapi beberapa foto seorang wanita tengah sibuk menurunkan barang-barang bawaannya dari bagasi mobil.“Amisha Harist, kecantikanmu benar-benar sempurna!”Lelaki itu berdecak kagum melihat setiap foto yang dikirim oleh anak buahnya. Tangannya bergerak lincah mengetik balasan, lalu segera mengirimkannya.“Hm … Zain Adelino .…”Lelaki itu menopang dagu dengan ujung gawainya seraya manggut-manggut, menyebut nama seorang pebisnis ternama.“Aku tak peduli sehebat apa dirimu. Aku akan menjadi rival terberatmu untuk memperebutkan hati Amisha Harist!”Lelaki itu menggenggam erat ponselnya, seakan sedang mengikrarkan sumpah persaingan.Lima belas menit yang lalu di Panti Asuhan PK …Amisha masih melaya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-03
Baca selengkapnya

Bab 93

“Sungguh hari yang panjang,” keluh Amisha sembari memijat pelan bahunya yang terasa sangat pegal.Setiap kesulitan yang dilaluinya hari itu membuat waktu terasa berjalan lambat. Bumi seakan berhenti berputar.“Harusnya aku tadi langsung pulang saja,” lirihnya, menyesali keputusannya kembali ke kantor sepulang dari panti asuhan.“Aku butuh cokelat panas.” Amisha mengeluarkan telepon genggam dari saku blazernya.Office boy gila, antarkan aku segelas cokelat panas. Sekarang! ~ Karin“Ya Tuhan! Apa-apaan ini?”Amisha mengomeli dirinya sendiri saat teringat Dede sudah lama tak bekerja di kantornya.Cepat-cepat ia menghapus pesan itu sebelum jari lentiknya terlanjur memencet tombol kirim dan Zain yang selalu dipanggilnya dengan sapaan office boy gila itu mengukir senyum kemenangan karena merasa dibutuhkan.Sepertinya rasa lelah dan kegelisahan hati lantaran pikiran kacau membuat Amisha kehilangan daya konsentrasinya. Ia menelungkupkan kepala dengan lesu di atas meja. Kedua tangannya dibiark
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-03
Baca selengkapnya

Bab 94

Minggu pagi, awan kelabu menggantung di langit Jakarta. Menyembunyikan seberkas cahaya mentari yang menyemburat malu di ufuk Timur. Amisha masih berbaring dalam balutan pakaian tidurnya.Tangannya terulur, meraba permukaan nakas di sisi tempat tidur dengan enggan dan mata yang masih terpejam, saat ponselnya berdering tiada henti.“Siapa sih pagi-pagi sudah berisik?” omel Amisha, memaksakan diri membuka mata ketika jemarinya tak berhasil menyentuh benda yang dicari.“Aish! Pasti office boy gila itu yang telah memindahkannya,” omel Amisha lagi, tatkala dilihatnya ponsel kesayangannya telah berpindah ke tepi nakas sebelah sana, jauh dari jangkauan tangannya.Dengan gerak malas Amisha terpaksa bangkit dari tidurnya. Ia mencondongkan badan ke samping, berusaha meraih ponsel itu dengan ujung jari, lalu menariknya lebih dekat.Amisha mengerutkan kening ketika melihat nama Gianna terpampang di layar monitor.“Gianna? Kenapa dia menelepon pagi-pagi begini?”Baru saja ia akan menghubungi balik
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-03
Baca selengkapnya

Bab 95

“Aaargh! Pelit amat sih kamu!” Amisha merasa kesal. Jawaban Gianna sengaja membuatnya penasaran.Demi mengeliminasi kejengkelannya pada Gianna, Amisha memfokuskan perhatiannya pada pemandangan di luar jendela.Gedung-gedung tinggi pencakar langit tampak seperti rumah kosong yang mengerikan pada hari libur. Tak ada aktivitas dan gerak kehidupan di dalam sana. Jendela-jendela tertutup rapat. Hanya petugas keamanan berjaga di dekat pintu gerbang. Berdiri bengong atau duduk sendiri dalam sepi, berteman sebatang rokok dan secangkir kopi pahit.Anak-anak jalanan saling berlomba mengais rezeki dengan menyanyikan kidung sedih. Gambaran nasib mereka yang tak seberuntung anak-anak lain seusia mereka.Setelah menempuh perjalanan lebih kurang satu jam, Amisha dan Gianna tiba di Srengseng Sawah, sebuah Perkampungan Budaya Betawi yang didirikan pada tahun 2000. Di kampung itu, pengunjung dapat menikmati ketenangan Situ Babakan—sebuah danau buatan dengan kedalaman satu sampai lima meter.Turun dari
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-03
Baca selengkapnya

Bab 96

“Apa kami ... mengganggu kalian?” tanya Steward dengan Bahasa Indonesia yang terdengar cadel dan sedikit terbata.Manik mata birunya melirik Amisha dan beralih ke Gianna, dengan riak kebingungan menutupi permukaan wajahnya yang tadi tampak semringah. Merasa heran dengan sikap cuek Amisha dan Gianna.Meski sikap Gianna tidak sedingin Amisha, dua pria asing itu tak menyangka, bahwa di negeri yang terkenal dengan penduduknya yang ramah tamah, masih tersimpan perempuan-perempuan unik seperti dua orang gadis yang berada di hadapan mereka saat itu.Dua orang perempuan itu memiliki kepribadian yang bertolak belakang dengan kepribadian wanita-wanita yang mereka temui selama ini. Wanita-wanita yang tak pernah bisa melepaskan pandangan dari pesona ketampanan mereka. Namun, dua perempuan itu malah tak peduli sama sekali pada mereka.“Ehem!” Steward mendeham, mencoba menarik perhatian mereka setelah pertanyaannya diabaikan.Amisha seolah tak mendengar dehaman itu atau menganggapnya hanya sekadar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-04
Baca selengkapnya

Bab 97

“Maaf, Nona-Nona cantik! Kami tidak bermaksud untuk menjahili kalian. Kami hanya ingin berkenalan. Jadi, tolong katakan sesuatu! Jika kalian tetap bungkam, aku khawatir akan terjadi baku hantam di sini.” Dwayne yang sejak tadi lebih memilih diam, kali ini buka suara.Ia mulai jengah melihat perseteruan temannya dengan dua lelaki yang baru tiba itu. Sekecil apa pun sebuah kesalahpahaman, jika dibiarkan bisa menyebabkan sebuah peperangan besar. Dwayne lebih menyukai ketenangan.‘Dia cukup bijak!’ puji Gianna dalam hati.“Semua sudah cukup jelas, Man. Mereka berdua adalah wanita kami. Jadi, kalian boleh pergi!” usir Yoshi, membuat muka Steward memerah menahan marah.“Aku tidak bertanya pada Anda, tapi mereka.” Dwayne menatap dingin pada Yoshi.“Memangnya kalian tidak punya mata?” tanya Gianna datar.Pandangan matanya tertuju pada Dwayne. Rasanya lebih nyaman berbicara dengan Dwayne. Selain Bahasa Indonesia lelaki itu fasih, sikapnya juga lebih tenang. Tidak seperti Steward yang emosinya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-04
Baca selengkapnya

Bab 98

“Ayo ikut aku!”Zain menarik tangan Amisha dengan sedikit kasar. Kecemburuan mendidihkan darah Zain, memunculkan asap kemarahan memenuhi rongga kepalanya.Baru dua langkah, ia berhenti sejenak dan menoleh kepada Gianna, lalu berujar, “Aku akan mengajak Amisha ke suatu tempat, kau boleh melanjutkan acara jalan-jalanmu bersama Yoshi.”“Hah!”Yoshi melongo sembari menunjuk jarinya berpindah-pindah arah, antara dirinya dan Gianna secara bergantian.“Aiyyya … liburanku jadi berantakan!” Gianna merungut kesal.Ia menatap Yoshi dengan garang, melampiaskan kejengkelannya pada Zain yang tidak tersalurkan.Yoshi mengedikkan bahu dan mencebikkan bibir, tanda ia tak terlibat sama sekali dalam rencana Zain.“Tunggu! Aku ikut kalian!” seru Gianna di sela rasa kesalnya.Ia berlari menyusul Amisha dan Zain, diikuti oleh Yoshi.“Terserah!” sahut Zain tanpa menoleh.Ia hanya mengangkat tangan kanannya ke atas.“Bisa enggak, kamu bersikap sedikit lebih lembut? Orang-orang pasti mengira kita pasangan yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-04
Baca selengkapnya

Bab 99

“Aiyyya … dasar egois!” rutuk Gianna sambil menambah kecepatan larinya.Setibanya di dalam, baik Yoshi maupun Giann sama-sama celingukan, mencari keberadaan Amisha dan Zain di antara kepadatan para pengunjung.“Nah, itu mereka!” pekik Gianna girang, tatkala matanya berhasil menemukan sosok Amisha dan Zain berjalan bergandengan tangan menuju Infinity Mirrored Room, karya seniman Jepang Yayoi Kusama. Ia berjalan setengah berlari menghampiri Amisha dan Zain.GREP!Nyaris saja Gianna terjungkal ke belakang karena tangannya dicekal oleh seseorang. Gianna siap mendamprat orang yang menghambat langkahnya. Namun, diurungkannya setelah tahu Yoshi yang berusaha menghentikan langkahnya.“Lepaskan tanganku!” perintah Gianna, menepis tangan Yoshi dengan perasaan masih kesal, karena tadi tak dihiraukan dan ditinggal di luar.‘Memangnya aku salah apa sampai dia marah-marah?’ tanya hati Yoshi, bingung dengan sikap Gianna yang tiba-tiba saja tampak tidak senang dan sangat jengkel pada dirinya.“Kamu m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-04
Baca selengkapnya

Bab 100

“Urat malumu sudah putus?” tanya Amisha gondok, setelah Zain menjalankan mobilnya.Mukanya memerah ketika adegan bak drama korea yang terjadi di pelataran parkir itu kembali berkelebat dalam ingatannya. Entah berapa banyak pengunjung yang menyaksikan ulah mereka.Amisha tak berani berpaling muka mengamati sekelilingnya. Bahkan, untuk sekadar membayangkan saja ia sangat takut. Bagaimana kalau ada di antara orang-orang itu yang mengenalinya?‘Office boy gila ini benar-benar mempermalukan aku!’ gerutu Amisha dalam hati, melirik Zain dengan pandangan tajam penuh kebencian.“Salah siapa yang terus memancingku? Aku ini lelaki normal, tahu?” Zain tetap bersikap tenang.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
21
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status