Home / Romansa / Lelaki Penakluk Nona Muda / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Lelaki Penakluk Nona Muda: Chapter 101 - Chapter 110

210 Chapters

Bab 101

Zain menusuk steak yang sudah dipotongnya itu dengan ujung garpu, lalu menyodorkannya ke mulut Amisha.“Satuuu lagi … aaa,” bujuk Zain seraya memeragakan membuka mulutnya.Amisha masih menutup mulutnya rapat-rapat. Ia merasa malu harus menerima suapan dari Zain. Diedarkannya pandangan ke sekeliling, melihat kalau-kalau ada pengunjung yang memperhatikan mereka. Namun, semua orang yang berada dalam restoran itu sedang asyik menikmati hidangan masing-masing.“Atau mau aku suapi pakai bibir?” tawar Zain, dengan tatapan berkilat tajam.Ancaman Zain berhasil memaksa Amisha membuka mulutnya. Ia tahu Zain bisa melakukan hal-hal gila di mana saja dan kapan saja, seolah dunia ini berada di bawah kendalinya.“
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

Bab 102

Zain memarkir mobilnya di halaman sebuah rumah mewah di kawasan Pondok Indah. Diliriknya Amisha jatuh tertidur di sebelahnya. Seulas senyum simpul mengembang di bibirnya.‘Dasar, Misha! Tidak di rumah, di kantor, ataupun di mobil, tetap saja molor kalau sudah kenyang.’ Zain membatin geli mengingat kebiasaan istrinya itu.Ia membuka sabuk pengaman yang dikenakannya, lalu mencondongkan tubuhnya ke samping kiri. Tangannya terulur hendak mengguncang tubuh Amisha untuk membangunkannya. Namun, niat itu dibatalkannya.Ia kembali duduk tegap di belakang kemudi. Diliriknya jam di pergelangan tangannya. Alisnya mengerut. Sepertinya Amisha baru tertidur kurang dari sepuluh menit yang lalu.Zain m
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

Bab 103

“Kakiku sudah tidak kuat.”“Maaf!”Amisha mengikis habis keraguannya. Rasa sakit Zain memaksanya untuk kembali mengalahkan ego dan harga dirinya. Dipapahnya Zain masuk ke rumah.“Ke arah mana?” tanya Amisha, dengan napas tersengal-sengal, berdiri di puncak tangga lantai dua.Ia tidak tahu yang mana pintu kamar Zain.“Ke kiri,” kata Zain, menunjuk pintu paling besar di sisi kiri.Amisha memapah Zain dengan sisa-sisa tenaganya masuk ke kamar utama. Ia mendudukkan Zain di tepi ranjang.“Di mana kotak P3K?” tanya Amisha dengan suara lemah.GREP!Ali
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

Bab 104

Hati, segumpal darah yang mudah sekali terbolak-balik. Sesaat sebal, sedetik kemudian iba. Sebentar marah dan benci, selang beberapa waktu rindu pun bergemuruh. Tak salah jika Nabi Muhammad SAW mengajarkan umatnya untuk senantiasa berdoa kepada Allah, Zat Yang Maha Membolak-balikkan hati agar diteguhkan hati dalam agama-Nya.Pun dalam perasaan dan hubungan sesama manusia, tak seorang pun dapat memastikan bagaimana hati seorang anak cucu Adam merespons stimulasi yang diterima dari luar dirinya.Amisha masih berdiri terpaku di depan cermin kamar mandi Zain. Ia mengamati seluruh tubuhnya yang terekam dalam pantulan cermin itu.“Apa yang salah dengan diriku?” bisik Amisha, menjelajahi setiap inci tubuhnya dengan pandangan jeli.Semua terlihat normal dan tak ada yang berubah,
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

Bab 105

“Sepertinya aku memang membutuhkan bantuan dokter.”Kalau pada akhirnya Zain memilih menghubungi dokter pribadinya untuk memeriksa kondisi kakinya, itu bukan karena ia cengeng dan tidak sanggup menahan nyeri, melainkan karena ia berpikir bahwa bagaimana mungkin ia dapat menjaga dan melindungi istrinya dengan baik kalau dia tidak dapat menjaga diri sendiri?Dengan menguatkan diri untuk terus bisa berjalan, Zain turun ke ruang tamu, menunggu kedatangan sang dokter. Tidak butuh lama bagi dokter itu untuk memeriksa kondisi Zain setelah ia tiba.Zain bisa bernapas dengan lega ketika mengetahui tidak ada yang serius dengan cedera lututnya. Ia hanya perlu rajin mengompres lututnya itu dan mengistirahatkan kakinya selama dua hari.Cinta, suatu rasa yang membuat si lemah menjadi
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

Bab 106

Kriiing!Jam beker di atas nakas menjerit kencang. Membuat Amisha langsung terlonjak duduk dari tidurnya yang tidak begitu lelap. Sesaat Amisha menggelengkan kepala, mengumpulkan serpihan-serpihan jiwanya yang berserakan entah ke mana, mengembara di dunia mimpi.Amisha melirik jam beker di sampingnya, hampir masuk waktu subuh. Dengan separuh jiwa yang belum sepenuhnya terjaga, Amisha beranjak turun dari pembaringan menuju kamar mandi. Cuci muka dan gosok gigi, lalu berpindah ke musala kecil, tidak jauh dari kamar utama. Berwudu dan mendirikan salat subuh berjemaah dengan suaminya setelah melaksanakan dua rakaat salat kabla subuh.“Mau ke mana pagi-pagi begini?” tanya Zain yang baru saja masuk ke kamar saat dilihatnya Amisha melangkah terburu-buru hendak keluar dari kamar setelah selesai mandi.
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

Bab 107

“Tidak. Aku harus tetap bekerja. Aku ada janji temu dengan klien penting.”Amisha menolak saran Zain. Tangannya mulai bergerak, memilih baju yang akan dipakainya.“Kamu keberatan untuk meninggalkan ruangan ini? Aku akan berganti pakaian,” pinta Amisha.“Aku juga ingin ganti baju. Lakukan saja kegiatanmu! Aku tidak akan mengintip,” kata Zain, menolak permintaan Amisha.Amisha mendecak kesal, tetapi ia tidak bisa memaksa Zain.‘Sudahlah! Anggap saja dia patung batu,’ ujar Amisha pada diri sendiri. Ia bisa terlambat kalau terus menunda.Perlahan Amisha melepas jilbab, mengenakan setelan berwarna pu
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

Bab 108

“I hate Monday!” Amisha mendesis kesal.Slogan itu rasanya tidak pernah pudar seiring berjalannya waktu. Tetap saja masih relevan, bahkan semakin relevan dengan perkembangan zaman.Amisha sangat benci terjebak macet di pagi hari, terlebih lagi di hari Senin. Hari ketika pekerjaannya lebih menggunung dari hari-hari lainnya.Entah sudah berapa kali ia melirik jam digital di mobilnya. Waktu jam masuk kerja semakin mepet. Sementara ia masih terkukung di perempatan jalan. Menahan gerah karena amarah, padahal di luar sana langit tak begitu cerah. Awan kelabu menggantung di mana-mana, seakan siap mengguyur Jakarta dalam hitungan detik atau bahkan menenggelamkannya.“Ah! Kalau saja aku tidak b
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

Bab 109

“Otakku pasti bermasalah gara-gara kurang tidur,” imbuh Amisha, mencari alasan di balik pikiran kurang warasnya.“Ah, sudahlah! Daripada memikirkan hal yang tidak mungkin, lebih baik mengisi perut dulu sebelum bertemu klien.”Amisha  pun membenarkan posisi duduknya agar bisa lebih dekat ke meja.Terbius oleh nikmatnya cita rasa masakan Zain, membuat Amisha lupa akan pemikiran konyol yang baru saja melintas di kepalanya. Sayang, ia juga lupa bahwa bagi Tuhan, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Sangat mudah bagi-Nya untuk menetapkan takdir dan jalan hidup manusia. Tak ada yang bisa mengubah takdir Allah kecuali doa.Dalam keheningan malam, Zain bukan menjadikan doa sebagai senjata untuk menolak takdir yang kini sedang dijalaninya bersama Amisha. Lelaki itu jus
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

Bab 110

Sudah sering kali Amisha menghadapi klien seperti Sonny. Ajakan makan siang hanya sebuah modus untuk merencanakan hal yang bersifat pribadi. Sebisa mungkin Amisha selalu berusaha untuk menghindari makan siang berdua dengan kliennya. Ia tidak ingin terlibat obrolan empat mata. Ia hanya mau memenuhi ajakan makan siang kalau Gianna ikut serta.“Maaf, Tuan Sonny. Aku masih harus menemui klien lain. Tapi jika memang mau Anda begitu, aku akan mengirim sekretarisku untuk menemui Anda nanti siang.” Amisha menolak mentah-mentah ajakan Sonny.Sekelebat kekecewaan membias di wajah Sonny. Ditutupinya dengan senyuman getir. Dengan enggan, terpaksa ia mengalah. Ia tidak ingin Amisha antipati terhadap dirinya. Amisha tidak mengenalinya saja sudah merupakan suatu keberuntungan bagi dirinya. Jangan sampai ia merusak keberuntungan itu dengan sifat serakah.
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more
PREV
1
...
910111213
...
21
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status