Home / Romansa / Lelaki Penakluk Nona Muda / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Lelaki Penakluk Nona Muda: Chapter 121 - Chapter 130

210 Chapters

Bab 121

“Kenapa harus aku? Dia sudah besar. Bisa pulang sendiri,” sahut Yoshi, seakan menolak perintah Zain untuk mengantar Gianna pulang.Padahal, dalam hati ia sangat senang mendapat kesempatan berdua dengan Gianna. Saking riangnya, jantungnya serasa mau loncat keluar dari dadanya.Namun, sedetik kemudian Yoshi seketika diam seribu bahasa dan menundukkan kepala. Tatapan Amisha menghunjam tajam kepadanya.“Aku juga tidak minta diantar sama kamu. Aku bisa panggil taksi.” Gianna juga tak mau kalah gengsi.“Gianna!” hardik Zain dan Amisha bersamaan.Gianna langsung bungkam.“Ya, ya, ya … baiklah. Kalian yang berkuasa,” ujar Gianna pasrah.Zain memberi kode kepada Yoshi dengan gerakan kepala.“Jadi, kami sudah diusir nih ceritanya?” tanya Yoshi.Ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa ia belum rela untuk meninggalkan rumah Zain.“Tidak baik anak gadis pulang terlalu larut,” sahut Zain tegas.“Oke.” Yoshi bergerak malas, diikuti Gianna.Sepeninggal Yoshi dan Gianna, Amisha bergegas mengambil vacuum c
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more

Bab 122

“Jadi berangkat hari ini?” tanya Zain pada Amisha, saat mereka tengah menikmati sarapan pagi.“Terima kasih,” ujar Zain, refleks menoleh ke kiri ketika Inah tiba-tiba datang, menghidangkan secangkir kopi untuknya.“Iya,” sahut Amisha singkat, mengoles sehelai roti tawar dengan selai kacang.“Kurasa aku masih sempat mengantarmu,” imbuh Zain setelah melirik jam di pergelangan tangannya.“Tidak usah. Gianna sudah memesan jemputan bandara,” tolak Amisha halus.Ia melipat roti yang sudah diolesnya. Memegangnya dengan dua tangan, lalu memasukkan bagian sudutnya ke mulut.“Oh .…” Zain sedikit kecewa.Terkadang Amisha terlalu mandiri dan terkesan tidak membutuhkannya. Tetapi paling tidak, ia harus tetap bersyukur Amisha masih berpikir untuk minta izin padanya.“Selama kau di Kota S, aku akan kembali ke rumahku,” kata Zain, memberitahu Amisha rencananya.“Kenapa? Kamu tidak betah tinggal di sini?” Amisha mengernyit.Semenjak rumah Zain selesai direnovasi, mereka memang sepakat untuk menghabisk
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more

Bab 123

Sorot mata Gianna penuh permusuhan menatap Sonny. Sementara yang ditatap tidak menyadari, kalau dirinya sedang menjadi target kebencian seorang Gianna.Melihat Amisha sangat fokus pada buku bacaannya, Sonny tak berani mengganggu Amisha, walau hati kecilnya sangat ingin menghabiskan waktu tunggu, bercakap-cakap dengan Amisha. Berulang kali ia melirik Amisha dengan desahan napas kecewa.‘Dia memang hobi membaca atau sengaja mengabaikanku?’ Hati Sonny bertanya-tanya, masih belum percaya jika Amisha benar-benar tidak mengenalinya.Tidak lama kemudian, terdengar suara panggilan agar penumpang segera naik ke pesawat.Gianna menggamit Amisha. “Ayo naik ke pesawat!”Amisha bergegas menutup bukunya dan menyimpan buku itu ke dalam tas.Begitu Amisha bangkit dari duduknya, Gianna cepat-cepat menyeret Amisha. Ia tidak ingin Amisha berjalan berdampingan dengan Sonny.“Kamu berniat membuat kakiku sakit?’ tanya Amisha, melirik tajam pada Gianna.Ia tak mengerti mengapa gadis itu tiba-tiba seperti or
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more

Bab 124

Amisha berdiri di belakang jendela. Menikmati pemandangan di luar sana. Sudut lain dari hotel yang saat ini sedang ditempatinya. Sebuah hotel bintang lima peninggalan era kolonial yang sangat megah, bersih, dan terawat.Hotel M menyimpan nilai sejarah yang tetap dipertahankan oleh pemerintah Kota S. Menjadi ikonik dan cagar budaya Kota S. Hotel M yang dulunya bernama hotel Yamato ini menjadi salah satu saksi sejarah pra kemerdekaan Indonesia, tempat di mana Arek-Arek Suroboyo merobek bendera Belanda.Hotel M tetap mempertahankan bentuk khas zaman kolonial yang bergaya art-deco. Sejak memasuki lobi hotel, Amisha dapat merasakan suasana zaman Belanda, seakan ia melewati dimensi waktu, dan terlempar ke masa silam. Namun, ketika matanya menyapu interior di hotel itu, Amisha sadar bahwa ia benar-benar masih berada di tanah Jawa. Semua interior di hotel itu bergaya J
last updateLast Updated : 2024-06-11
Read more

Bab 125

“Tidak apa-apa. Hanya kemasukan debu.”Amisha mengalihkan pandangan dari tatapan Sonny.“Huh?”Sonny tahu Amisha berbohong dari suaranya yang sedikit bergetar, tetapi ia tidak ingin mengorek informasi lebih jauh, karena tampak jelas Amisha tidak ingin membicarakan itu.‘Aku butuh secangkir teh,’ kata hati Amisha.Buru-buru ia menyusul anggota rombongan lainnya untuk menikmati secangkir teh, beserta camilan pengembali stamina, setelah lelah mengitari hotel nan luas itu.Sonny lekas mengimbangi langkah kaki Amisha, dengan kening berkerut dan hati memendam sejuta tanya tentang sosok misterius Amish
last updateLast Updated : 2024-06-11
Read more

Bab 126

Suara desing mesin penggiling saling bersambut dengan hantaman palu. Memekakkan telinga. Embusan angin menghalau debu-debu semen dan pasir-pasir halus beterbangan ke udara. Memerihkan mata, menyesakkan dada.Amisha mengawasi proses pembangunan gedung di depannya dari kejauhan. Kurang puas, ia pun makin mendekat. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, Sonny terlibat percakapan dengan sang mandor sembari mengamati denah di tangan sang mandor. Pandangan Sonny beralih ke bangunan setengah jadi itu, seraya membandingkan sekilas dengan denah.Tanpa disadari Amisha, sebilah kayu yang bersandar di dekatnya bergerak perlahan. Kehilangan posisi stabil, mendorong kayu-kayu lain ikut bergerak mengikuti gravitasi bumi.“Amisha! Awas!” pekik Sonny, saat melihat tumpukan kayu itu mulai condong ke arah Amisha.
last updateLast Updated : 2024-06-11
Read more

Bab 127

Mendengar nama Amisha dipanggil, Zain menoleh. Ia segera menyongsong Amisha ketika melihat seorang lelaki memburu wanita itu. Senyum Zain yang semula sempat mengembang melihat kemunculan Amisha, mendadak lenyap begitu memperhatikan raut muka Amisha. Wajah istrinya itu tampak sedikit pucat dan ia berjalan dipapah Gianna.“Kau kenapa, Sweetie? Mukamu pucat sekali.” Zain sungguh cemas.“Silakan, Tuan!” ujar Gianna, menyerahkan Amisha kepada Zain. Sementara ia beranjak menuju meja resepsionis untuk mengambil kunci kamar.Sonny mengepalkan tangan ketika dilihatnya Zain merengkuh pundak Amisha dan memeluknya.“Sial! Aku terlambat,” sesalnya kesal.Zain mengusap lembut punggung Amisha dan menepuknya pelan, seperti seorang ayah yang
last updateLast Updated : 2024-06-11
Read more

Bab 128

Rencana Gianna untuk menikmati pesona Kota S bersama Amisha sebelum kembali ke Jakarta jadi berantakan gara-gara insiden kecil yang terjadi di proyek Sonny tadi pagi. Jangankan Amisha, Gianna saja yang menyaksikan kejadian itu dari jauh, bergidik ngeri membayangkan hal buruk yang akan menimpa Amisha, kalau saja Sonny terlambat menarik Amisha.FIUH!“Terima kasih, Tuhan! Engkau masih melindungi sahabatku,” syukur Gianna, menengadah menatap langit.Ia berjalan mengitari taman hotel M yang bergaya Eropa itu. Memejamkan mata, mengusir bayang menakutkan tentang Amisha. Sesekali ia menarik napas dalam-dalam. Memenuhi rongga dadanya yang terasa sesak dengan pasokan oksigen dari tanaman hijau di taman itu.“Anda suka tempat ini, Nona Gianna?” Tiba-tiba sebuah suara memaksa Giann
last updateLast Updated : 2024-06-12
Read more

Bab 129

“Amisha nyaris mati gara-gara aku?” gumam Sonny pelan.“Aaargh!” Sonny berteriak keras. Ia meremas rambutnya dengan frustrasi.Sementara itu, di balik sebatang pohon, Yoshi tersenyum licik menatap ponselnya, setelah mengintip Sonny sekejap. Dengan mengendap-endap, ia berjinjit meninggalkan batang pohon itu, kembali ke kamar hotel.Gianna berdiri bingung di depan pintu kamar. Ia tidak membawa kunci karena saat ia meninggalkan kamar itu, Amisha sedang berada di dalam. Beberapa kali  tangannya terulur hendak mengetuk pintu, tetapi selalu diurungkannya.“Bagaimana kalau Tuan Zain sedang bersama Misha?” tanya Gianna gusar.Ia berjalan mondar-mandir seperti sebuah setrika. Akhirnya ia memilih duduk bersandar pada dinding di sa
last updateLast Updated : 2024-06-12
Read more

Bab 130

PLUK!Yoshi melempar jaketnya dengan kasar ke atas kasur.Zain yang sedang berbaring memikirkan sesuatu menoleh kaget pada Yoshi.“Ada apa? Kok seperti harimau kebakaran kumis begitu?” tanya Zain, merasa lucu melihat raut muka Yoshi.“Dasar cewek barbar sialan! Hari ini sudah dua kali dia menginjak kakiku,” rutuk Yoshi, menjatuhkan pantatnya, duduk di tepi ranjang.“Oh ya? Hebat dong!”Zain bangkit dari pembaringan. Ia duduk di samping Yoshi, melingkarkan lengan di pundaknya.Jengkel mendengar kalimat pujian Zain, Yoshi menyingkirkan lengan Zain dari pundaknya, tetapi gagal. Zain malah mengunci leher Yoshi dengan menyatukan kedua tanga
last updateLast Updated : 2024-06-12
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
21
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status