Share

Bab 130

Penulis: Lathifah Nur
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-12 17:02:58

PLUK!

Yoshi melempar jaketnya dengan kasar ke atas kasur.

Zain yang sedang berbaring memikirkan sesuatu menoleh kaget pada Yoshi.

“Ada apa? Kok seperti harimau kebakaran kumis begitu?” tanya Zain, merasa lucu melihat raut muka Yoshi.

“Dasar cewek barbar sialan! Hari ini sudah dua kali dia menginjak kakiku,” rutuk Yoshi, menjatuhkan pantatnya, duduk di tepi ranjang.

“Oh ya? Hebat dong!”

Zain bangkit dari pembaringan. Ia duduk di samping Yoshi, melingkarkan lengan di pundaknya.

Jengkel mendengar kalimat pujian Zain, Yoshi menyingkirkan lengan Zain dari pundaknya, tetapi gagal. Zain malah mengunci leher Yoshi dengan menyatukan kedua tanga

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 131

    Wajah Amisha semringah. Senyuman manis selalu menghias bibirnya, disertai kepala yang sesekali tertunduk malu, ketika Zain memergoki dirinya tengah memandang suaminya itu, dengan sejuta tanya bergelayut di benaknya.Zain tak sedetik pun melepaskan tautan jemari mereka, kecuali saat lelaki itu memasangkan sesuatu ke tubuh Amisha, untuk mencobanya. Entah itu sebuah topi, kacamata, gelang, atau hanya sekadar mencocokkan ukuran baju. Selepas senja itu, mereka benar-benar bertingkah bak wisatawan yang sedang menikmati bulan madu.ZRAAASS!Mendadak hujan turun membasahi bumi. Menjatuhkan kristal bening berukuran besar laksana butiran peluru, sakit menembus kulit.Amisha dan Zain sontak menengadah, menatap langit gelap sembari menadahkan tangan. Membiarkan jari-jari mereka terbuka, seolah sengaja menyambut sentuhan titik-titik air hujan yang menimpa telapak tangan mereka. Sejenak mereka saling pandang dan melempar senyum.“Ayo berteduh!” ajak Zain, tak ingin Amisha jatuh sakit.Zain membuka j

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 132

    Gianna memeriksa kembali koper dan barang-barang bawaannya, juga barang milik Amisha. Memastikan tidak ada lagi yang tertinggal di lemari. Ia juga memeriksa laci nakas dan bawah meja. Kalau-kalau ada dokumen yang tak sengaja ditaruh di sana. Setelah yakin semuanya aman, Gianna duduk di sofa.Ia melipat tangan di dada. Diliriknya jam dinding. Dua jam lagi mereka harus terbang kembali ke Jakarta, tetapi Amisha masih belum juga muncul di kamar itu.“Ke mana sih Amisha? Semalaman tidak kembali ke kamar. Ditelepon nomornya juga tidak aktif. Bikin cemas saja,” omel Gianna panjang pendek.Namun, ketika teringat Amisha pergi bersama Zain, hatinya menjadi sedikit lebih tenang.“Tapi … seharusnya dia tetap memberi kabar biar aku tidak cemas. Dasar Amisha, suka seenaknya.” Gianna masih saja menggerutu.Ia baru saja akan mencoba menghubungi Amisha lagi, saat terdengar suara ketukan pintu. Gianna langsung bangkit.Gianna melongokkan kepala sejenak setelah membuka pintu, memastikan bahwa Zain sudah

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 133

    “Aduh!” Lagi-lagi Gianna menjerit kesakitan.Ia duduk di tengah jalan taman itu. Meluruskan sebelah kakinya dan melipat kaki yang lain, meletakkannya di atas lutut. Tepat pada saat Gianna ingin membuka sepatu kets yang dikenakannya, Yoshi tiba, berlutut di dekatnya.“Mana? Coba kulihat,” kata Yoshi, menarik kaki kanan Gianna. Gianna meringis.“Kamu sih. Sok lari-lari segala,” omel Yoshi.Tangan Yoshi bergerak lincah membuka sepatu Gianna. Dirabanya pergelangan kaki Gianna yang terbalut kaus kaki dengan pelan.“Aw!”“Sepertinya kaki kamu terkilir,” kata Yoshi. Ditatapnya wajah kesakitan Gianna dengan sorot mata hangat. “Tahan sedikit, aku akan mengobatinya.”“Memangnya kamu bisa? Nanti malah tambah parah.” Gianna ragu.“Aku tidak akan mengobatimu kalau aku belum pernah melakukannya,” sungut Yoshi kesal lantaran Gianna meragukan niat baiknya.Gianna masih bungkam.“Mau diobati, tidak? Atau kamu mau dibawa ke rumah sakit?”Mendengar kata rumah sakit, Gianna langsung merinding. Membayangka

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 134

    Amisha masih berdiri di pelataran parkir, menyaksikan sopir memasukkan kopernya dan koper Gianna ke dalam bagasi.“Nona Amisha! Ayo ke bandara bersama kami,” tawar Sonny, menghampiri Amisha.“Ayo masuk, Sweetie!”Di saat yang sama, Zain telah membukakan pintu untuk Amisha dan mempersilakan Amisha masuk ke mobil.Amisha menoleh sekilas pada Sonny, lalu melangkah masuk ke mobil sewaan Zain.Gianna menyeringai, melihat kekecewaan di wajah Sonny.Sonny menggeram marah dengan tangan terkepal erat, melepas kepergian mobil yang membawa Amisha. Kesempatannya untuk mendekati Amisha telah dirampas paksa oleh kehadiran Zain, yang datang tanpa diundang.Pun demikian yang terjadi ketika pesawat yang mereka tumpangi telah mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Zain buru-buru membawa Amisha pergi bersamanya, sebelum Sonny sempat menyapa Amisha. Kejengkelan Sonny pada Zain makin membuncah. Genderang perang pun ditabuh makin kencang.“Langsung pulang ke apartemen, Gia?” tanya Amisha pada Gianna yang tenga

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-13
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 135

    “Kau cantik!”Zain tenggelam dalam pesona kecantikan Amisha. Suhu panas pada tubuh Amisha membuat pipinya makin bersemu merah, seperti kelopak mawar yang sedang merekah.“Ck! Gombal!” sungut Amisha tersipu malu seraya membuang pandang ke jendela.“Gombal sama istri sendiri itu berpahala,” jawab Zain sekenanya. Tangannya meraih gelas berisi susu jahe yang diletakkan Inah di atas nakas.“Minumlah! Biar tubuhmu merasa lebih baik.” Zain menyodorkan bibir gelas yang dipegangnya ke mulut Amisha.“Aku masih punya tangan.” Amisha mencoba mengambil alih gelas itu dari tangan Zain.“Jangan bandel! Ini masih panas.”Zain tak mengizinkan Amisha memegang sendiri gelas yang masih terasa panas itu. Ia khawatir tangan halus Amisha akan melepuh.“Sedikit-sedikit,” saran Zain, saat Amisha akan menyesap minumannya.‘Cerewet sekali! Seperti nenek-nenek saja!’ umpat Amisha dalam hati. Matanya menatap tidak senang pada Zain.“Good girl!”Zain mengelus lembut puncak kepala Amisha setelah Amisha menghabiskan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 136

    Zain berdiri di belakang jendela ruang kerjanya dengan secangkir kopi di tangan. Sebelah tangan yang lain bersembunyi di dalam saku celana. Sambil menyeruput black coffee buatannya sendiri, tatapan Zain menerawang jauh. Menembus cakrawala, dengan pantulan cahaya matahari yang mulai condong ke Barat.“Jika benar Sonny adalah mantan calon suami Misha, kenapa Misha tampak seakan tidak mengenalinya?” gumam Zain. “Apa dia hanya pura-pura atau terjadi sesuatu yang buruk dengan ingatannya?”Sejuta tanya berkecamuk dalam pikiran Zain. Semenjak menerima kiriman video berisi percakapan Sonny dan Gianna dari Yoshi, hati Zain menjadi tak tenang. Bayangan Amisha dibawa lari oleh Sonny terus mengganggu pikirannya, bahkan merasuk ke dalam mimpinya, sehingga membuat tidurnya tak lagi nyenyak.“Aku harus menyelidikinya.”Zain mengeluarkan tangannya dari saku celana, lalu balik badan, berjalan menuju meja kerjanya. Diletakkannya cangkir dengan kopi yang masih bersisa itu di sudut kanan meja. Ia duduk be

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 137

    “Masuk!” teriak Zain malas.“Kenapa lagi anak itu ke mari?” gumam Zain, mendengkus kesal, mengira Yoshi yang datang ke ruangannya.Seorang wanita cantik, dengan rambut dibiarkan tergerai lepas menyentuh bahu, berjalan dengan sengaja berlenggak-lenggok untuk menarik perhatian Zain. Kemeja putihnya sangat ketat, membungkus tubuh seksinya. Mencetak nyata sepasang bukit kembar yang nyaris mengintip keluar. Rok span berwarna merah yang dikenakannya, mempertontonkan hampir setengah dari paha putih mulusnya.Zain tak mengalihkan perhatiannya dari dokumen yang dibacanya. Sengaja menunggu Yoshi berbicara.“Selamat siang, Tuan Zain!” sapa wanita itu, dengan nada suara yang sengaja dibuat mendayu-dayu.Zain mendongak kaget. Ia tak menduga bukan Yoshi yang bertamu ke ruangannya, melainkan seorang wanita yang sudah tidak asing baginya.Zain melirik jam dinding. Masih tersisa waktu tiga puluh lima menit sebelum jadwal pertemuan yang dijanjikan.‘Kenapa wanita ini datang jauh lebih awal?’ Zain membat

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 138

    Pukul 14. 55. Maisie melirik jam dinding dengan dada berdegup kencang. Lima menit lagi jadwal pertemuannya dengan Zain akan dimulai. Buru-buru ia merapikan penampilannya. Tidak! Lebih tepatnya, membuat penampilannya lebih menggoda.Ia sengaja membuka dua kancing teratas dari kemeja putih yang dikenakannya. Memberi ruang kepada sepasang bukit kembar yang bersembunyi di sana untuk sedikit mengintip keluar. Memaksa lelaki lemah yang melirik sepasang bukit kembar itu menelan ludah.Maisie pura-pura menjatuhkan pena ketika mendengar suara pintu terbuka. Sepasang sepatu berhenti tepat di ujung tangannya yang sedang meraih pena itu. Maisie sengaja berlama-lama membungkuk, memperlihatkan lembah bukitnya yang terbelah. Ia tersenyum licik, mengira Zain mematung di dekat tangannya, karena mulai tergoda oleh trik yang sedang dimainkannya.“Kalau Anda belum siap, sebaiknya tunda atau batalkan saja pertemuannya.”Sebuah suara yang sangat berbeda dari suara Zain mengagetkan Maisie. Ia mendongak. Waja

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14

Bab terbaru

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 210

    Amisha masih tegak mematung. Dadanya kian berguncang hebat. Detak jantungnya bagai genderang perang. Sungguh! Kata-kata Zain membawa jiwanya melayang tinggi, meniti angkasa menuju nirwana. Ia tak percaya Zain melamarnya. Ya, lamaran romantis yang diimpikan semua wanita. Meskipun tertunda sekian lama, Amisha masih saja merasakan lututnya gemetar. Saking gugupnya ia mendengar lamaran Zain yang disaksikan puluhan pasang mata.Selang beberapa menit, perlahan tangan kiri Amisha terulur membelai rambut Zain. Pelangi seakan bermunculan di hatinya kala ia menganggukkan kepala, tersenyum manis kepada Zain. Rona pelangi juga memancar dari sepasang netra gelap Zain ketika menyaksikan anggukan kepala Amisha. Senyuman Zain merekah.Tepuk tangan pun membahana disertai senyum bahagia dari puluhan pasang mata yang menjadi saksi lamaran tertunda Zain untuk Amisha.Zain pun bangkit dari berlutut dan spontan memeluk erat tubuh Amisha. Sejenak ia lupa akan keberadaan anak-anak panti yang menyaksikan mere

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 209

    CEKLEK!Zain menutup pintu ruang kerja Amisha dengan kaki. Tangannya langsung saja menyambar tubuh Amisha yang berada di depannya dan melingkar erat pada pinggang ramping Amisha.Amisha membuang napas kesal. Kedua tangannya jatuh lurus ke samping tubuhnya.“Ini kantor, Tuan Zain Adelino! Sekarang saatnya aku bekerja!” Amisha memberi peringatan keras.Zain hanya tersenyum kecil tanpa berusaha merenggangkan pagutan lengannya dari tubuh istrinya itu. Sebaliknya, ia malah membenamkan wajahnya pada ceruk leher Amisha yang masih berbalut jilbab.“Sebentar saja,” rengek Zain.Matanya tertutup rapat, konsentrasi menyesap aroma wangi yang menguar dari tubuh Amisha.Puncak hidungnya yang menjulang tinggi berdiri pongah, seakan ingin memamerkan pada dunia bahwa tak ada seorang pun yang melebihi ketampanannya, setelah berhasil menaklukkan Amisha Harist.“Jangan bilang kamu ingin memangsaku saat ini!” goda Amisha, menoleh pada Zain dan langsung disambut dengan kecupan ringan pada pipinya.“Oh My G

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 208

    Pandangan Amisha belum beralih dari Sonny, menanti penjelasan yang tak sepenuhnya ia pahami. Diletakkannya sendok dengan sedikit kasar. Menimbulkan bunyi berdentang. Untung saja meja mereka agak terpisah dari pengunjung lain, sehingga suara dentingan sendok beradu dengan piring tak sampai terdengar ke meja tetangga.“Aku tidak suka berteka-teki,” sergah Amisha dingin.Sonny tersenyum tipis dengan canggung. Ia sangat mengenal ekspresi yang ditunjukkan Amisha. Wanita itu sedang memasang kuda-kuda untuk setiap serangan kata yang akan dilayangkan oleh lawan bicaranya.“Ya … bisa jadi suatu hari nanti yang lalu itu akan menjadi awal dari masa depan,” kata Sonny, berandai-andai sembari tetap memendam angan.Amisha menantang tatapan sendu Sonny. “Tidak usah terlalu tinggi menggantung harap akan masa depan. Nikmati saja saat ini! Karena belum tentu Tuhan masih memberimu kesempatan untuk merasakan hangatnya cahaya mentari esok pagi.”Sonny terdiam. Perkataan Amisha skak mat untuknya. Ia hanya

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 207

    “Ah, sudahlah! Mungkin aku memang harus ke sana. Setidaknya, pertemuan ini akan memperjelas semuanya.” Amisha akhirnya menyambar tas di atas meja, lalu menghilang dari ruangannya. Tidak butuh waktu lama bagi Amisha untuk tiba di kafe O, tempat janji temunya dengan seseorang yang menghubunginya satu jam yang lalu. Begitu Amisha berdiri di pintu masuk, seorang lelaki melambaikan tangan ke arahnya. Amisha pun berjalan ke meja di mana lelaki itu duduk. Kalau saja siang itu sinar mentari tidak begitu beringas, Amisha akan memilih pojok paling tepi di bagian luar kafe itu. Lebih sejuk. Akan tetapi, menikmati keindahan kubah dengan kaca warna-warni pada langit-langit kafe tersebut tentu tak kalah menyenangkan bila dibandingkan dengan nuansa alam di bagian luarnya. “Silakan duduk!” kata lelaki itu, menarik kursi untuk Amisha. “Terima kasih,” sahut Amisha. Komunikasi di antara mereka terdengar seperti percakapan sepasang robot yang sedang dalam masa uji coba. Amisha mematung kaku, mema

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 206

    Amisha terjaga dari tidurnya ketika mendengar suara dengungan juicer yang sedang bekerja mengolah mangga. Entah berapa tempat yang didatangi Zain sampai akhirnya dia berhasil mendapat dua buah mangga sebagai stok terakhir dari sebuah kedai buah di pinggir jalan yang buka dua puluh empat jam. Ukurannya pun tidak terlalu besar. Layaknya buah mangga yang didatangkan dari kampung. Namun, Zain tetap bersyukur ia dapat memenuhi keinginan istri tercinta yang tengah mengidam itu. Melihat senyum bahagia menghiasi wajah Amisha adalah kebahagiaan terbesar bagi Zain. Amisha beranjak turun dari sofa bed dan melangkah gontai menuju ruang makan. Sesekali ia masih menguap dan ditutupnya dengan telapak tangan. Melihat Amisha berjalan seperti orang mabuk, Zain menekan tombol off, bergegas menyongsong Amisha, lalu membawanya duduk pada sebuah kursi. Lantaran masih mengantuk, Amisha langsung menempelkan sebelah pipinya pada permukaan meja. Matanya menatap sayu pada Zain yang melanjutkan pekerjaannya.

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 205

    “Waktu Amisha masih kecil, mama kalian bahkan heboh, sampai lapor polisi karena mengira Amisha kabur setelah dimarahi. Eh, ternyata Amisha cuma ngumpet di kamar pengungsiannya.” Harist terkekeh setelah menceritakan kejadian itu, tak peduli pada sorot mata membunuh yang dilayangkan sang istri sebelumnya.“Honey?!” protes Claudya, dengan muka merah. Entah benar-benar marah atau justru tersipu malu.Gianna dan Zain tersenyum geli melihat raut muka Claudya yang bak pengantin baru digoda suaminya.Meski usia mereka sudah di ambang senja, hubungan Harist dan Claudya selalu mesra. Siapa pun yang melihat mereka akan merasa hangat dan damai. Ketularan hangatnya cinta kasih mereka yang tulus terhadap satu sama lain.Enggan rasanya berjauhan dari mereka bila sudah membaur dengan dua sejoli itu. Tak jarang kemesraan mereka menimbulkan rasa iri bagi sebagian anak muda, yang tanpa sengaja menyaksikan bagaimana mereka berinteraksi di tempat umum kala mereka sedang berada di taman, di restoran, atau

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 204

    Setelah pesta kecil penyambutan orang tua angkatnya selesai dan tamu mereka pulang, Gianna tetap tinggal di rumah Amisha karena diminta Claudya untuk menginap. Celakanya, Gianna memang tak pernah bisa menolak permintaan orang tua angkatnya itu, meskipun sebenarnya ia sangat ingin pulang ke apartemennya sendiri.“Waaah, gila! Lama menghilang, kukira dia melanjutkan kuliah di luar negeri. Eh, ternyata malah ditangkap polisi! Ck!” seru Gianna, mendecak kaget sambil terus menyaksikan berita yang sedang ditontonnya di ruang tengah rumah Amisha.Ia ingat, terakhir kali ia melihat sosok orang yang diberitakan itu adalah saat menghadiri pesta perayaan ulang tahun Adelino Daneswara. Sempat beredar kabar lelaki itu akan melanjutkan study-nya di luar negeri.Haris yang sedang asyik membaca majalah olahraga hanya melirik sekilas mendengar kehebohan Gianna. Bagi Harist, kumpulan artikel dalam majalah itu jauh lebih menarik daripada berita yang ditonton Gianna. Dalam hitungan detik, ia pun kembali

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 203

    Merahnya darah yang mengaliri wajah cantik Amisha tak lagi membayang jelas. Berubah pias diterpa kekagetan. Kaget menyaksikan berjuta kenangan indah yang terekam dalam setiap helai foto yang baru saja ditemukannya. Tidak hanya foto-fotonya semasa kuliah bersama Gianna dan Sonny, tetapi juga foto-foto menjelang pernikahannya. Bahkan, beberapa foto itu memperlihatkan tubuhnya yang sudah terbalut gaun pengantin.Diiringi detak jantung yang bergemuruh, otak Amisha mereka ulang kejadian empat tahun yang lalu. Saat itu hijaunya hamparan sajadah panjang yang terbentang menutupi lantai masjid tak lagi melukiskan ketenangan dan kedamaian hati. Warna hijau itu telah beralih rupa menjadi kelabu. Menorehkan goresan pilu.Aura keemasan yang semula memancar cerah dari indahnya janur kuning yang jatuh menjuntai dan berayun-ayun dibelai embusan angin perlahan tampak memudar, lalu menghilang tanpa jejak.Kalau saja Amisha tahu bahwa putihnya gaun pengantin yang dikenakannya saat itu tak lagi melambang

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 202

    Dulu, ketika Amisha masih menyandang status sebagai tunangan Sonny, kehidupannya penuh keceriaan. Hampir setiap hari ia senyum-senyum sendiri membaca serangkaian pesan mesra dari Sonny. Saat itu ia benar-benar bahagia dan berharap kebahagiaan itu tak akan pernah berakhir.Kala itu awal tahun 2016. Pelaksanaan akad nikah yang direncanakan keluarga mereka tinggal menghitung hari. Tak ada yang menyangka jika tepat pada hari yang ditunggu-tunggu itu semua mimpi hidup bahagia yang dimiliki Amisha lenyap tak berbekas.Saat itu Amisha hanya bisa bergeming dengan ekspresi berubah kaku. Senyuman bahagia yang terpancar dari bibirnya beberapa detik sebelumnya seakan direnggut paksa oleh berita buruk tentang ketidakhadiran Sonny di Masjid Istiqlal hari itu.Amisha merasakan dunia tempatnya berpijak amblas seketika. Menariknya masuk ke dalam lapisan kerak bumi terdalam. Membenamkan jiwa raganya dalam kekalutan pikiran yang mengantarnya pada titik nadir sikap pesimis tentang cinta.Cinta Sonny yang

DMCA.com Protection Status