Home / Romansa / Lelaki Penakluk Nona Muda / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Lelaki Penakluk Nona Muda: Chapter 131 - Chapter 140

210 Chapters

Bab 131

Wajah Amisha semringah. Senyuman manis selalu menghias bibirnya, disertai kepala yang sesekali tertunduk malu, ketika Zain memergoki dirinya tengah memandang suaminya itu, dengan sejuta tanya bergelayut di benaknya.Zain tak sedetik pun melepaskan tautan jemari mereka, kecuali saat lelaki itu memasangkan sesuatu ke tubuh Amisha, untuk mencobanya. Entah itu sebuah topi, kacamata, gelang, atau hanya sekadar mencocokkan ukuran baju. Selepas senja itu, mereka benar-benar bertingkah bak wisatawan yang sedang menikmati bulan madu.ZRAAASS!Mendadak hujan turun membasahi bumi. Menjatuhkan kristal bening berukuran besar laksana butiran peluru, sakit menembus kulit.Amisha dan Zain sontak menengadah, menatap langit gelap sembari menadahkan tangan. Membiarkan jari-jari mereka terbuka, seolah sengaja menyambut sentuhan titik-titik air hujan yang menimpa telapak tangan mereka. Sejenak mereka saling pandang dan melempar senyum.“Ayo berteduh!” ajak Zain, tak ingin Amisha jatuh sakit.Zain membuka j
last updateLast Updated : 2024-06-13
Read more

Bab 132

Gianna memeriksa kembali koper dan barang-barang bawaannya, juga barang milik Amisha. Memastikan tidak ada lagi yang tertinggal di lemari. Ia juga memeriksa laci nakas dan bawah meja. Kalau-kalau ada dokumen yang tak sengaja ditaruh di sana. Setelah yakin semuanya aman, Gianna duduk di sofa.Ia melipat tangan di dada. Diliriknya jam dinding. Dua jam lagi mereka harus terbang kembali ke Jakarta, tetapi Amisha masih belum juga muncul di kamar itu.“Ke mana sih Amisha? Semalaman tidak kembali ke kamar. Ditelepon nomornya juga tidak aktif. Bikin cemas saja,” omel Gianna panjang pendek.Namun, ketika teringat Amisha pergi bersama Zain, hatinya menjadi sedikit lebih tenang.“Tapi … seharusnya dia tetap memberi kabar biar aku tidak cemas. Dasar Amisha, suka seenaknya.” Gianna masih saja menggerutu.Ia baru saja akan mencoba menghubungi Amisha lagi, saat terdengar suara ketukan pintu. Gianna langsung bangkit.Gianna melongokkan kepala sejenak setelah membuka pintu, memastikan bahwa Zain sudah
last updateLast Updated : 2024-06-13
Read more

Bab 133

“Aduh!” Lagi-lagi Gianna menjerit kesakitan.Ia duduk di tengah jalan taman itu. Meluruskan sebelah kakinya dan melipat kaki yang lain, meletakkannya di atas lutut. Tepat pada saat Gianna ingin membuka sepatu kets yang dikenakannya, Yoshi tiba, berlutut di dekatnya.“Mana? Coba kulihat,” kata Yoshi, menarik kaki kanan Gianna. Gianna meringis.“Kamu sih. Sok lari-lari segala,” omel Yoshi.Tangan Yoshi bergerak lincah membuka sepatu Gianna. Dirabanya pergelangan kaki Gianna yang terbalut kaus kaki dengan pelan.“Aw!”“Sepertinya kaki kamu terkilir,” kata Yoshi. Ditatapnya wajah kesakitan Gianna dengan sorot mata hangat. “Tahan sedikit, aku akan mengobatinya.”“Memangnya kamu bisa? Nanti malah tambah parah.” Gianna ragu.“Aku tidak akan mengobatimu kalau aku belum pernah melakukannya,” sungut Yoshi kesal lantaran Gianna meragukan niat baiknya.Gianna masih bungkam.“Mau diobati, tidak? Atau kamu mau dibawa ke rumah sakit?”Mendengar kata rumah sakit, Gianna langsung merinding. Membayangka
last updateLast Updated : 2024-06-13
Read more

Bab 134

Amisha masih berdiri di pelataran parkir, menyaksikan sopir memasukkan kopernya dan koper Gianna ke dalam bagasi.“Nona Amisha! Ayo ke bandara bersama kami,” tawar Sonny, menghampiri Amisha.“Ayo masuk, Sweetie!”Di saat yang sama, Zain telah membukakan pintu untuk Amisha dan mempersilakan Amisha masuk ke mobil.Amisha menoleh sekilas pada Sonny, lalu melangkah masuk ke mobil sewaan Zain.Gianna menyeringai, melihat kekecewaan di wajah Sonny.Sonny menggeram marah dengan tangan terkepal erat, melepas kepergian mobil yang membawa Amisha. Kesempatannya untuk mendekati Amisha telah dirampas paksa oleh kehadiran Zain, yang datang tanpa diundang.Pun demikian yang terjadi ketika pesawat yang mereka tumpangi telah mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Zain buru-buru membawa Amisha pergi bersamanya, sebelum Sonny sempat menyapa Amisha. Kejengkelan Sonny pada Zain makin membuncah. Genderang perang pun ditabuh makin kencang.“Langsung pulang ke apartemen, Gia?” tanya Amisha pada Gianna yang tenga
last updateLast Updated : 2024-06-13
Read more

Bab 135

“Kau cantik!”Zain tenggelam dalam pesona kecantikan Amisha. Suhu panas pada tubuh Amisha membuat pipinya makin bersemu merah, seperti kelopak mawar yang sedang merekah.“Ck! Gombal!” sungut Amisha tersipu malu seraya membuang pandang ke jendela.“Gombal sama istri sendiri itu berpahala,” jawab Zain sekenanya. Tangannya meraih gelas berisi susu jahe yang diletakkan Inah di atas nakas.“Minumlah! Biar tubuhmu merasa lebih baik.” Zain menyodorkan bibir gelas yang dipegangnya ke mulut Amisha.“Aku masih punya tangan.” Amisha mencoba mengambil alih gelas itu dari tangan Zain.“Jangan bandel! Ini masih panas.”Zain tak mengizinkan Amisha memegang sendiri gelas yang masih terasa panas itu. Ia khawatir tangan halus Amisha akan melepuh.“Sedikit-sedikit,” saran Zain, saat Amisha akan menyesap minumannya.‘Cerewet sekali! Seperti nenek-nenek saja!’ umpat Amisha dalam hati. Matanya menatap tidak senang pada Zain.“Good girl!”Zain mengelus lembut puncak kepala Amisha setelah Amisha menghabiskan
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more

Bab 136

Zain berdiri di belakang jendela ruang kerjanya dengan secangkir kopi di tangan. Sebelah tangan yang lain bersembunyi di dalam saku celana. Sambil menyeruput black coffee buatannya sendiri, tatapan Zain menerawang jauh. Menembus cakrawala, dengan pantulan cahaya matahari yang mulai condong ke Barat.“Jika benar Sonny adalah mantan calon suami Misha, kenapa Misha tampak seakan tidak mengenalinya?” gumam Zain. “Apa dia hanya pura-pura atau terjadi sesuatu yang buruk dengan ingatannya?”Sejuta tanya berkecamuk dalam pikiran Zain. Semenjak menerima kiriman video berisi percakapan Sonny dan Gianna dari Yoshi, hati Zain menjadi tak tenang. Bayangan Amisha dibawa lari oleh Sonny terus mengganggu pikirannya, bahkan merasuk ke dalam mimpinya, sehingga membuat tidurnya tak lagi nyenyak.“Aku harus menyelidikinya.”Zain mengeluarkan tangannya dari saku celana, lalu balik badan, berjalan menuju meja kerjanya. Diletakkannya cangkir dengan kopi yang masih bersisa itu di sudut kanan meja. Ia duduk be
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more

Bab 137

“Masuk!” teriak Zain malas.“Kenapa lagi anak itu ke mari?” gumam Zain, mendengkus kesal, mengira Yoshi yang datang ke ruangannya.Seorang wanita cantik, dengan rambut dibiarkan tergerai lepas menyentuh bahu, berjalan dengan sengaja berlenggak-lenggok untuk menarik perhatian Zain. Kemeja putihnya sangat ketat, membungkus tubuh seksinya. Mencetak nyata sepasang bukit kembar yang nyaris mengintip keluar. Rok span berwarna merah yang dikenakannya, mempertontonkan hampir setengah dari paha putih mulusnya.Zain tak mengalihkan perhatiannya dari dokumen yang dibacanya. Sengaja menunggu Yoshi berbicara.“Selamat siang, Tuan Zain!” sapa wanita itu, dengan nada suara yang sengaja dibuat mendayu-dayu.Zain mendongak kaget. Ia tak menduga bukan Yoshi yang bertamu ke ruangannya, melainkan seorang wanita yang sudah tidak asing baginya.Zain melirik jam dinding. Masih tersisa waktu tiga puluh lima menit sebelum jadwal pertemuan yang dijanjikan.‘Kenapa wanita ini datang jauh lebih awal?’ Zain membat
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more

Bab 138

Pukul 14. 55. Maisie melirik jam dinding dengan dada berdegup kencang. Lima menit lagi jadwal pertemuannya dengan Zain akan dimulai. Buru-buru ia merapikan penampilannya. Tidak! Lebih tepatnya, membuat penampilannya lebih menggoda.Ia sengaja membuka dua kancing teratas dari kemeja putih yang dikenakannya. Memberi ruang kepada sepasang bukit kembar yang bersembunyi di sana untuk sedikit mengintip keluar. Memaksa lelaki lemah yang melirik sepasang bukit kembar itu menelan ludah.Maisie pura-pura menjatuhkan pena ketika mendengar suara pintu terbuka. Sepasang sepatu berhenti tepat di ujung tangannya yang sedang meraih pena itu. Maisie sengaja berlama-lama membungkuk, memperlihatkan lembah bukitnya yang terbelah. Ia tersenyum licik, mengira Zain mematung di dekat tangannya, karena mulai tergoda oleh trik yang sedang dimainkannya.“Kalau Anda belum siap, sebaiknya tunda atau batalkan saja pertemuannya.”Sebuah suara yang sangat berbeda dari suara Zain mengagetkan Maisie. Ia mendongak. Waja
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more

Bab 139

“Aduh, Tuan … biar saya saja yang menyelesaikannya,” kata Inah, merasa tidak enak hati membiarkan Zain bergumul dengan asap kompor.“Tidak apa, Bi. Ini untuk istriku. Dia lagi sakit,” sahut Zain lembut, menolak tawaran Inah dengan halus.“Tapi, Tuan—”“Bibi tidak usah cemas, gaji Bibi tidak akan kupotong,” seloroh Zain, memotong perkataan Inah.“Bukan begitu maksud saya, Tuan. Ini sudah tugas saya. Masa Tuan yang harus menyelesaikannya,” protes Inah, bersikeras.“Bi, menyediakan makanan untuk istri adalah tugas seorang suami. Karena aku sibuk, jadi aku harus mengalihkan tugasku kepada Bibi, dengan syarat aku harus membayar Bibi. Sekarang aku sedang tidak sibuk. Jadi, biarkan aku melaksanakan kewajibanku. Memangnya Bibi mau menggantikanku untuk menjawab pertanyaan yang diajukan kepadaku di yaumil akhir nanti?”Pernyataan dan pertanyaan Zain membuat Inah melongo. Ia tak menyangka Zain seorang lelaki yang sangat menyadari tanggung jawabnya. Zaman sekarang sudah sangat susah menemukan lela
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

Bab 140

Amisha masih menyembunyikan wajah di balik bantal. Isaknya masih terdengar. Mengundang Zain untuk segera mendekatinya.Zain menyingkirkan bantal yang menutupi kepala Amisha. Ia jadi merasa bersalah karena telah menyebabkan Amisha menangis.“Maafkan aku, Sweetie! Aku tidak bermaksud untuk bersikap pelit—”“Benarkah?”Belum selesai Zain bicara, Amisha melonjak bangkit dan memotong ucapannya. Ia bertanya dengan wajah berbinar cerah.Zain tersenyum dan mengangguk.“Jadi, aku boleh memakannya?” tanya Amisha lagi, penuh semangat.Sejenak Zain bingung mau menjawab apa. Ia tidak ingin Amisha jatuh sakit karena makanan itu. Di sisi lain, ia juga tidak tega melihat Amisha bersedih hati karena penolakannya.“Kamu bohong!” Lagi-lagi Amisha merajuk, menjatuhkan mukanya ke atas kasur.Zain menghela napas panjang. ‘Ya sudahlah! Mungkin sebaiknya aku mengalah.’“Tidak. Aku tidak bohong. Kau boleh mencicipinya, tapi sedikit saja ya,” bujuk Zain lembut, mengelus punggung Amisha.“Yeaay!” Amisha melompa
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
21
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status