Home / Romansa / Lelaki Penakluk Nona Muda / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Lelaki Penakluk Nona Muda: Chapter 151 - Chapter 160

210 Chapters

Bab 151

BYUUUR!Dua tubuh kekar itu jatuh tercebur ke dalam kolam dengan pakaian masih utuh, melekat di tubuh mereka.“Dasar idiot!” ejek Amisha, tersenyum geli melihat dua lelaki di bawah sana.Hatinya terasa hangat menyaksikan kekonyolan dua lelaki dewasa yang bertingkah layaknya anak ingusan itu. Di balik sisi serius Zain, Amisha baru tahu lelaki itu tetap menyimpan sisi anak-anaknya yang siap muncul kapan saja, ketika mendapatkan stimulasi yang tepat.Amisha mengalihkan pandangan ke sisi kanan balkon. Ia sedikit risi melihat dua lelaki itu mulai membuka baju dan menyisakan lapisan pengaman terdalam. Siap adu tanding, melintasi kolam dari tepi ke tepi. Mereka tidak menyadari keberadaan Amisha yang menjadi penonton dari atas balkon.“Mbak Amisha!”Sebuah panggilan dari pintu penghubung balkon dan ruang perpustakaan membuat Amisha menoleh. Tampak seorang wanita cantik tersenyum manis dan berlari menghampiri Amisha. Kedua tangannya terentang.Wanita itu langsung memeluk Amisha begitu Amisha me
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

Bab 152

Amisha melongokkan kepala, mencoba mengintip isi kotak yang sedikit terbuka. Hatinya benar-benar sudah tidak sabar untuk mengetahui benda apa yang bersembunyi di dalam sana.BRUK!Cecilia mengempaskan kembali tutup kotak itu, membuat Amisha mendesah kecewa. Cecilia tertawa kecil melihat roman muka kusut kakak iparnya.“Ayooo … penasaran, ya?” goda Cecilia, menggoyangkan jari telunjuk yang mengarah kepada Amisha.“Enggak! Siapa juga yang tertarik mengetahui isi benda usang itu,” elak Amisha, berlagak pongah sembari membuang muka, menatap ke luar jendela.Ia merasa malu aksi mengintipnya ketahuan sang adik ipar, yang usilnya setali tiga uang dengan kakaknya.‘Menyebalkan sekali! Mengapa juga hidupku harus dikelilingi dua makhluk manis yang sangat menjengkelkan ini,’ rungut Amisha dalam hati.Baik Zain maupun Cecilia sering kali mengobrak-abrik emosi jiwanya. Menjadikan hidupnya terasa lebih berwarna, karena tingkah konyol dan ulah iseng mereka. Hanya saja, Amisha terlalu angkuh untuk men
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

Bab 153

Amisha ingat, The Ugly Duckling adalah buku favoritnya. Seakan-akan itik si buruk rupa di dalam buku itu adalah gambaran dirinya. Ia memang tidak punya saudara. Namun, ia selalu menerima perundungan dari teman-teman sekolahnya dan anak-anak lain yang melihatnya.Mereka tak mau berteman dengan dirinya, karena ia memiliki warna rambut dan manik mata yang berbeda dari mereka. Parahnya, mereka bahkan menganggap ia setan.Ketika mamanya menghadiahinya buku cerita tentang itik si buruk rupa itu, Amisha selalu membawa buku itu ke mana pun ia pergi. Tak pernah bosan ia membacanya, meski tak terhitung lagi sudah berapa kali ia menamatkannya. Ia berharap suatu saat nanti, nasibnya akan sama seperti akhir cerita dari itik si buruk rupa. Itik itu tidak jelek seperti yang disangkakan kepadanya. Ia hanya terlahir dan tumbuh di lingkungan yang salah.Itik buruk rupa itu adalah seekor angsa cantik, yang mendapatkan kembali kepercayaan diri dan kebahagiaannya setelah takdir mempertemukan dirinya dengan
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Bab 154

CTAK!Zain menjitak kepala Cecilia.“Mas Zain!” pekik Cecilia, meringis. Ia mengusap kepalanya yang dijitak Zain.“Kau pantas menerimanya, karena kau telah melakukan hal yang seharusnya tidak kau lakukan,” kecam Zain, sedikit kesal atas ulah adiknya itu.“Tapi, Mas! Aku cuma ingin Mbak Amisha tahu masa kecil Mas,” ujar Cecilia, membela diri dan bersungut-sungut.“Cecilia!” Zain menghardik Cecilia dengan nada penuh tekanan.“Let’s get out of here, Honey!” ajak Leon, menarik tangan Cecilia keluar dari ruangan perpustakaan itu.“But, Honey … I—”“Forget it!” Leon memotong ucapan Cecilia dan merangkul pinggangnya, mempercepat langkah turun ke lantai dasar.Cecilia masih berusaha menoleh ke belakang, memastikan kakaknya tidak akan memarahi Amisha.“Kenapa sih Mas Zain harus menjitak kepalaku. Sakit,” gerutu Cecilia, mengusap lagi kepalanya yang masih terasa nyeri.“Kamu sih … kenapa juga pakai membongkar pusaka kakakmu,” timpal Leon.“Memangnya salah ya kalau aku memberitahu Mbak Amisha ten
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Bab 155

PLAK!Tanpa diduga Amisha melayangkan sebuah tamparan pada pipi Zain.Zain ternganga kaget dan refleks mengelus pipinya yang terasa perih, akibat tamparan Amisha. Matanya menatap Amisha penuh tanya.“Itu hadiah kecil dariku atas kesuksesanmu membohongiku,” ujar Amisha datar, lalu memutar tubuhnya, hendak berlalu dari hadapan Zain.GREP!Cepat-cepat Zain menyambar tubuh Amisha dan memeluknya dari belakang.Amisha ingin menginjak kaki Zain, seperti yang sering dilakukannya. Zain menghindar dan semakin memperketat pelukannya. Ia menyandarkan dagu pada pundak Amisha.“Maafkan aku, Sweetie! Aku tidak berniat membohongimu. Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya,” bisik Zain lirih, merasa bersalah karena telah merahasiakan kebenaran yang sesungguhnya dari Amisha.Amisha mendengus jengkel.“Kau boleh memarahiku atau menghukumku, tapi aku mohon … jangan membenciku,” pinta Zain mengiba, menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Amisha. Dikecupnya leher Amisha yang tersemb
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Bab 156

Zain keluar dari gudang dengan membawa seutas tali tambang. Tali tambang itu sudah terikat erat pada sepotong balok yang cukup kuat. Ia mendongak, menatap balkon kamarnya dari hamparan rumput di halaman, seperti sedang memperkirakan kekuatan lemparannya, agar kayu pada ujung tali tambang itu bisa jatuh tepat sasaran, dan tersangkut erat pada tempat yang diinginkannya.Berpayungkan telapak tangan kiri, sejenak Zain melindungi matanya dari terik mentari yang makin meninggi. Matanya sedikit menyipit, memperjelas penglihatannya pada sela pagar pembatas balkon.Setelah menimbang-nimbang, Zain memutuskan untuk melemparkan ujung tali dengan pengait itu ke bagian depan balkon. Ia memperhitungkan kemungkinan terburuk. Andai nasib baik tidak berpihak kepadanya, setidaknya ia tidak akan mengalami cedera yang terlalu parah, jika ia jatuh terempas ke halaman berumput daripada menghantam kumpulan batu-batu kecil pada taman di kedua sisi balkon.Dengan bismillah, Zain mulai melempar ujung tali tamban
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Bab 157

“Banyak kok bahan makanannya. Kenapa kamu tampak bingung?” Cecilia tak mengerti mengapa Leon terlihat bego.“Iya sih. Tapi coba lihat! Itu kulkas isinya ikan semua. Kakakmu dan istrinya suka pilih-pilih makanan ya?”‘Masa iya sih aku harus memasak makanan dari bahan dasar ikan semua?’ batin Leon, sedikit kecewa.“Setahuku tidak sih. Sudahlah, masak saja apa yang ada. Mungkin mereka belum sempat belanja. Kamu ‘kan jagonya olahan ikan,” puji Cecilia, dengan nada merayu sambil menangkupkan kedua tangan di depan muka Leon.Seketika senyuman Leon mengembang, mendengar pujian dari istrinya itu. “Kamu yakin?”Cecilia mengangguk.“Mari kubantu!” tawar Cecilia, mengeluarkan stok ikan dari dalam kulkas.Entah berapa lama Leon berkutat di dapur, menyiapkan hidangan spesial untuk sang kakak ipar, ditemani istri tercinta. Beberapa menu menggugah selera telah terhidang di atas meja.Amisha menurunkan bentangan majalah yang menutupi wajahnya. Hidungnya mengendus-endus, mencium aroma wangi makanan lez
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

Bab 158

KRIUUUT!Amisha terbangun dari tidurnya karena suara nyaring yang meraung dari perutnya. Ia duduk mengucek kedua mata. Sembari berjuang keras melawan kantuk, Amisha meraih jam beker di dekat lampu meja. Pukul satu dini hari.“Tapi … aku lapar sekali,” gumam Amisha, menguatkan hati untuk tetap membuka mata, sambil menutup mulutnya yang menguap lebar.“Kenapa? Kau mimpi buruk lagi?” tanya Zain.Ia ikut terjaga merasakan kegelisahan Amisya, yang sedari tadi duduk tidur di sampingnya.“Tidak. Aku hanya lapar.” Amisha menyahut lesu.Ingin sekali ia bisa melanjutkan tidurnya, tetapi rasa lapar di perutnya tak mau diajak kompromi.“Kau mau makan apa? Biar kubuatkan,” jawab Zain, dengan nada masih mengantuk.Ia segera duduk, menyingkap selimut, dan siap turun dari ranjang.“Benarkah?” Amisha jadi bersemangat.“Iya. Bilang saja!”“Aku mau kerak telor.”Jawaban Amisha membuat mata Zain membulat.“Sayang … yang lain saja ya … ini sudah lewat tengah malam. Mana ada lagi yang jual kerak telor.” Zai
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

Bab 159

“Ck! Capek-capek berburu dan masak tengah malam, eh … cuma dimakan sepotong kecil!”Zain mendecak kecewa, menatap sendu pada potongan besar kerak telor yang masih memenuhi piring di tangannya.“Sayang banget kalau tidak dimakan.”Dengan terpaksa, Zain menghabiskan sendiri hasil masakannya. Prinsip Zain, jangan pernah membuang-buang makanan. Di luar sana, masih banyak sekali orang, yang untuk makan sekali sehari saja, susahnya minta ampun. Bahkan, tak jarang mereka harus mengais tempat sampah dan berburu nasi aking, demi menyambung hidup. Tidak membuang makanan merupakan salah satu wujud syukur atas rezeki makanan yang diberikan Allah.“Oh My God! Lama-lama badanku bisa sebesar gentong, kalau tiap malam harus jadi sapu jagat makanan sisa Amisha.”Zain mengamati tubuhnya. Semenjak Amisha memiliki kebiasaan makan tengah malam, ia merasa berat badannya mulai bertambah.“Ah! Aku harus lebih sering olahraga.” Zain terus berdialog dengan bayangan dirinya di dalam cermin.Jarum jam sudah menun
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

Bab 160

Amisha berdiri lemas, dengan bertopang sebelah tangan pada dinding kamar Mandi. Sebelah tangan lainnya bertumpu pada lutut. Seluruh tubuhnya gemetar, setelah berulang kali perutnya terbalik, memuntahkan isinya.“Tidak usah!” tolak Amisha, menepis tangan Zain yang ingin menolongnya. Ia masih marah pada Zain.“Jangan keras kepala!” kata Zain tegas, ketika lagi-lagi Amisha mendorongnya agar menjauh, sementara tubuhnya semakin terlihat lemah.Zain mengabaikan segala pemberontakan Amisha dan terus saja mengangkat tubuh lemah istrinya itu, dengan kedua lengan kekarnya.“Mbak Amisha kenapa?” tanya Cecilia, berdiri cemas melihat wajah pucat Amisha dalam gendongan Zain.“Tidak apa-apa. Hanya morning sickness. Kalian harus pergi tanpa aku,” sahut Zain sambil terus berjalan, membawa Amisha kembali ke kamar.Cecilia dan Leon melepas kepergian Zain beserta istrinya dengan desahan napas panjang. Sepertinya usaha mereka untuk menjemput pasangan suami istri itu memang akan berbuah sia-sia.“Tidak ada
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
21
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status