Home / Romansa / Lelaki Penakluk Nona Muda / Kabanata 111 - Kabanata 120

Lahat ng Kabanata ng Lelaki Penakluk Nona Muda: Kabanata 111 - Kabanata 120

210 Kabanata

Bab 111

“Anda baik-baik saja, Nona?” tanya polisi muda itu, setelah Amisha menurunkan kaca.“Ya. Terima kasih,” sahut Amisha, melirik sekilas wajah lelah polisi muda itu. Cukup tampan untuk ukuran seorang polisi. Usianya mungkin di akhir kepala dua.“Lain kali harap lebih hati-hati, Nona!” ujar lelaki itu, sedikit terkesima melihat wajah dan warna mata Amisha.Amisha mengangguk.“Permisi!” pamit Amisha seraya mengoper gigi persneling.Lelaki itu pun bergerak menjauh ketika perlahan Amisha mulai menginjak pedal gas, lalu melaju meninggalkan kabut putih tipis sebagai salam perpisahan.“Ah, tubuhku rasanya remuk redam. Aku benar-benar lelah.”Ami
last updateHuling Na-update : 2024-06-07
Magbasa pa

Bab 112

Hosh! Hosh!Amisha terus berlari di jalan berbatu. Tak ia pedulikan telapak kakinya yang makin perih.Wajah-wajah beringas itu laksana sebuah cemeti yang memaksa kaki lemah Amisha untuk tak pernah berhenti berlari.“Akh!”Pekik Amisha kembali terdengar ketika lagi-lagi ia jatuh terjerembap lantaran tersandung batu.“Hahaha .…”Suara tawa bergema menakutkan di telinga Amisha, seolah bentangan alam yang sangat luas itu hanyalah sebuah lorong sempit, yang memantulkan kembali tawa kemenangan empat pria asing itu. Puas, karena merasa buruan mereka tak bisa lagi melarikan diri.Amisha memutar tubuhnya menghadap empat lelaki itu. Ia berusaha
last updateHuling Na-update : 2024-06-08
Magbasa pa

Bab 113

‘Tidak! Aku pasti sedang berhalusinasi.’ Amisha membatin lirih.Ia mengucek kedua matanya dengan punggung tangan. Berpikir bahwa terangnya cahaya matahari mungkin telah memengaruhi penglihatannya. Namun, darahnya berdesir pelan ketika mendapati pandangan matanya tidak berubah.Aland berdiri di depannya dengan topeng berukuran lebih kecil. Sebagian besar wajahnya yang dulu tersembunyi di balik topeng emas, kini sebaliknya. Topeng yang dipakainya kini tak lebih lebar dari sepasang kacamata biasa. Memperlihatkan sebagian besar wajahnya.Amisha hanya bisa terperangah, tak percaya melihat kemiripan yang sangat besar antara Aland dan Zain. Melihat Aland saat ini, Amisha seolah memandang Zain dengan kacamata hitamnya. Sepasang netra gela
last updateHuling Na-update : 2024-06-08
Magbasa pa

Bab 114

Menahan emosi sungguh membuat jiwa terkungkung lelah. Menikmati hamparan nan menghijau atau berendam diri dalam air hangat mungkin dapat menjadi obat penenang. Sayangnya, Amisha tak dapat melakukan salah satu dari dua hal itu saat ini.Ia menjatuhkan tasnya ke atas meja begitu saja saat melewati sofa, ketika hendak menuju toilet. Ia butuh mencuci muka untuk menyejukkan dadanya yang terasa panas, karena terus menahan hati menghadapi klien yang baru saja ditemuinya—seorang wanita paruh baya dengan kecepatan bicara mengalahkan seorang rapper dan kejelian analisis melampaui seorang detektif.Bukan dua keistimewaan itu yang membuat dada Amisha seakan ingin meledak, melainkan arogansi dan sikap gila hormat wanita tersebut, yang melebihi seorang ratu. Sudah sering Amisha menemui klien yang menyebalkan, tetapi wanita paruh baya itu sungguh tak lagi pantas disebut sekad
last updateHuling Na-update : 2024-06-08
Magbasa pa

Bab 115

“Aaargh! Awas saja!”Zain menggeram marah. Hatinya berdenyut sakit, membayangkan adegan romantis proses penyerahan bunga itu.Perlahan ia berjalan mendekati meja Amisha. Tangannya terulur meraih buket bunga itu. Tidak adanya nama pengirim yang tertera pada buket bunga itu, membuat muka Zain makin kelam. Bayangan adegan romantis yang sempat melintas di pikirannya makin terlihat jelas.“Amisha Harist! Jangan coba-coba bermain api di belakangku!” geram Zain, mencengkeram erat buket bunga itu.“Kamu?”Selesai menunaikan kewajibannya kepada Sang Pencipta, Amisha terkesiap melihat Zain berada dalam ruangannya, sembari memegang buket bunga dengan wajah gelap memendam amarah.‘
last updateHuling Na-update : 2024-06-08
Magbasa pa

Bab 116

“Apa yang kamu lakukan, Office boy gila?” bentak Amisha gugup.“Membuktikan ucapanmu,” sahut Zain santai, berjalan mengitari Amisha yang berdiri mematung.Ingin sekali Amisha lari sejauh mungkin untuk menghindari Zain. Namun, raganya tak mau diajak bekerja sama. Kakinya seolah terpancang mati di lantai. Tak mampu bergeser seincipun dari tempatnya berdiri.Tabuhan detak jantungnya makin bertalu-talu. Terlebih saat Zain berhenti tepat di belakangnya, berdiri begitu rapat dengannya. Tanpa sadar, Amisha mengelus dada. Berharap jantungnya tidak melompat keluar dari sana, pun Zain tak mendengar gemuruhnya.‘Bisa mati kutu aku kalau sampai Zain mendengarnya,’ batin Amisha resah.Amisha memejamkan mata, mendesah putus asa, ketika apa yang ditakutkannya benar-benar terjadi. Tubuhnya merinding saat lengan kekar Zain mengurung pinggang rampingnya, disertai gesekan pelan dagu Zain pada pundaknya.“Berhenti menyentuhku!” hardik Amisha kemudian, setelah bersusah payah mengumpulkan tenaganya.“Kenap
last updateHuling Na-update : 2024-06-09
Magbasa pa

Bab 117

“U–ular ….”Amisha berjuang keras untuk berdiri dengan tenang, tanpa membuat gerakan-gerakan yang dapat memancing ular itu bertindak agresif.DOR!Suara letusan senapan terdengar lantang, bersamaan dengan jatuhnya tubuh ular itu ke tanah. Tak bernyawa.Amisha menoleh ke belakang, tempat dari mana suara senapan itu berasal. Tampak seorang lelaki memakai sepatu boot dan rompi, dengan sebuah topi yang sangat tinggi, berjalan setengah berlari ke arahnya.“Aland? Apa itu kamu?” tanya Amisha, berteriak dengan suara masih bergetar karena rasa ngeri yang masih tersisa.“Kau sudah aman sekarang!” ujar Aland, menenangkan Amisha begitu tiba di dekatnya dan memeluknya.“Aku takut! Jangan tinggalkan aku sendiri,” bisik Amisha lirih.“Aku tidak pernah meninggalkanmu. Aku selalu menunggumu,” sahut Aland sembari mengelus lembut punggung Amisha.Amisha balas memagut pinggang Aland dengan kedua lengan mungilnya. Ia menyandarkan kepala ke dada Aland, merasakan kenyamanan dan kehangatan mengaliri seluruh
last updateHuling Na-update : 2024-06-09
Magbasa pa

Bab 118

Pukul 17.15. Mentari bersinar redup. Sekumpulan awan putih berarak pelan dihalau embusan angin. Tercerai-berai dan perlahan menipis, lalu menghilang tanpa jejak. Menyisakan warna biru teduh di bentang cakrawala, menjelang senja menyapa.Zain berdiri termangu di balkon kamarnya. Tegak membungkuk, bertopang kedua tangan pada pagar pembatas balkon, dengan jari-jari yang saling bertaut. Pandangan matanya menatap lurus ke depan. Menyapu ujung jalan. Siap menangkap gerak mobil Amisha berbelok memasuki gerbang rumahnya.Huuuh! Haaah!Zain menghela napas panjang dan dalam, kemudian mengembuskannya dengan kuat seraya berdiri tegap dari posisi semula. Diliriknya jam di pergelangan tangannya. Sudah hampir dua puluh menit ia berdiri menanti di tepi balkon. Namun, belum ada tanda-tanda kepulangan Amisha.“Tidak biasanya dia pulang terlambat,” gumam Zain resah. Ia selalu saja mengkhawatirkan Amisha.Berpikir tentang Amisha, ingatan Zain terpaku pada kebiasaan unik istrinya itu. Ya, kebiasaan yang m
last updateHuling Na-update : 2024-06-09
Magbasa pa

Bab 119

“Punyaku!” Yoshi menarik potongan daging ayam ke arahnya.“Punyaku!” Gianna menarik balik ayam itu ke dekat piringnya.“Oh My God! Kalian ini seperti anak kecil saja. Kenapa harus rebutan. Itu ‘kan masih ada potongan lainnya?” Zain yang sudah mulai geregetan melihat ulah Yoshi dan Gianna menegur mereka.“Tidak mau!” Yoshi dan Gianna menjawab kompak.“Hahaha ….” Amisha tertawa renyah menyaksikan tingkah Yoshi dan Gianna.Yoshi dan Gianna sama-sama menoleh pada Amisha, dengan kening berkerut.Zain terpesona mendengar tawa Amisha. Ia sangat suka melihat Amisha tertawa. Tawa pertama yang didengar dan dilihat Zain, setelah berbulan-bulan ia mengarungi bahtera rumah tangga bersama Amisha.“Oops! Maaf!” ujar Amisha sembari menutup mulut dengan kedua telapak tangan, menyadari tatapan aneh Yoshi dan Gianna tertuju kepadanya.“Kalian pasangan yang lucu!” cerocos Amisha santai, masih dengan sisa-sisa tawanya.“Aiiyyya … siapa bilang kami pasangan?” Gianna sewot. Ia mendelik pada Yoshi, yang diba
last updateHuling Na-update : 2024-06-09
Magbasa pa

Bab 120

“Kalian mau main tidak?” hardik Amisha saat dilihatnya Zain dan Yoshi masih ogah-ogahan, telentang di atas karpet.Sejenak Zain dan Yoshi saling toleh, lalu serentak bangkit dan berseru kompak, “Oke! Ayo mulai!”Gianna melempar balok uno stacko itu kepada Yoshi, seolah memberi perintah kepada lelaki itu untuk menyusunnya.“Dasar cewek manja! Masa menyusun ini saja tidak bisa,” gerutu Yoshi, mengejek Gianna.PLAK!“Kerjakan saja! Tidak usah banyak protes!” omel Gianna, menepuk keras bahu Yoshi.“Ish! Sakit tahu!” semprot Yoshi,mengusap bekas pukulan Gianna.“Meledek lagi, giliran mulutmu yang kutabok!” ancam Gianna.“Oh My God! Kalian mau main atau mau berantem sih?” Zain mulai jengah dengan perang mulut antara Yoshi dan Gianna.“Dia yang mulai,” kilah Gianna, membela diri.Protes tersebut langsung dibalas tatapan tajam oleh Zain. Seketika Gianna bungkam.Yoshi kembali mencibir pada Gianna. Membuat mata Gianna membulat, seakan ingin keluar dari sarangnya.Setelah menentukan nomor urut,
last updateHuling Na-update : 2024-06-10
Magbasa pa
PREV
1
...
1011121314
...
21
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status