Share

Bab 99

Penulis: Lathifah Nur
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-04 11:11:49

“Aiyyya … dasar egois!” rutuk Gianna sambil menambah kecepatan larinya.

Setibanya di dalam, baik Yoshi maupun Giann sama-sama celingukan, mencari keberadaan Amisha dan Zain di antara kepadatan para pengunjung.

“Nah, itu mereka!” pekik Gianna girang, tatkala matanya berhasil menemukan sosok Amisha dan Zain berjalan bergandengan tangan menuju Infinity Mirrored Room, karya seniman Jepang Yayoi Kusama. Ia berjalan setengah berlari menghampiri Amisha dan Zain.

GREP!

Nyaris saja Gianna terjungkal ke belakang karena tangannya dicekal oleh seseorang. Gianna siap mendamprat orang yang menghambat langkahnya. Namun, diurungkannya setelah tahu Yoshi yang berusaha menghentikan langkahnya.

“Lepaskan tanganku!” perintah Gianna, menepis tangan Yoshi dengan perasaan masih kesal, karena tadi tak dihiraukan dan ditinggal di luar.

‘Memangnya aku salah apa sampai dia marah-marah?’ tanya hati Yoshi, bingung dengan sikap Gianna yang tiba-tiba saja tampak tidak senang dan sangat jengkel pada dirinya.

“Kamu m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 100

    “Urat malumu sudah putus?” tanya Amisha gondok, setelah Zain menjalankan mobilnya.Mukanya memerah ketika adegan bak drama korea yang terjadi di pelataran parkir itu kembali berkelebat dalam ingatannya. Entah berapa banyak pengunjung yang menyaksikan ulah mereka.Amisha tak berani berpaling muka mengamati sekelilingnya. Bahkan, untuk sekadar membayangkan saja ia sangat takut. Bagaimana kalau ada di antara orang-orang itu yang mengenalinya?‘Office boy gila ini benar-benar mempermalukan aku!’ gerutu Amisha dalam hati, melirik Zain dengan pandangan tajam penuh kebencian.“Salah siapa yang terus memancingku? Aku ini lelaki normal, tahu?” Zain tetap bersikap tenang.

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-05
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 101

    Zain menusuk steak yang sudah dipotongnya itu dengan ujung garpu, lalu menyodorkannya ke mulut Amisha.“Satuuu lagi … aaa,” bujuk Zain seraya memeragakan membuka mulutnya.Amisha masih menutup mulutnya rapat-rapat. Ia merasa malu harus menerima suapan dari Zain. Diedarkannya pandangan ke sekeliling, melihat kalau-kalau ada pengunjung yang memperhatikan mereka. Namun, semua orang yang berada dalam restoran itu sedang asyik menikmati hidangan masing-masing.“Atau mau aku suapi pakai bibir?” tawar Zain, dengan tatapan berkilat tajam.Ancaman Zain berhasil memaksa Amisha membuka mulutnya. Ia tahu Zain bisa melakukan hal-hal gila di mana saja dan kapan saja, seolah dunia ini berada di bawah kendalinya.“

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-05
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 102

    Zain memarkir mobilnya di halaman sebuah rumah mewah di kawasan Pondok Indah. Diliriknya Amisha jatuh tertidur di sebelahnya. Seulas senyum simpul mengembang di bibirnya.‘Dasar, Misha! Tidak di rumah, di kantor, ataupun di mobil, tetap saja molor kalau sudah kenyang.’ Zain membatin geli mengingat kebiasaan istrinya itu.Ia membuka sabuk pengaman yang dikenakannya, lalu mencondongkan tubuhnya ke samping kiri. Tangannya terulur hendak mengguncang tubuh Amisha untuk membangunkannya. Namun, niat itu dibatalkannya.Ia kembali duduk tegap di belakang kemudi. Diliriknya jam di pergelangan tangannya. Alisnya mengerut. Sepertinya Amisha baru tertidur kurang dari sepuluh menit yang lalu.Zain m

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-05
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 103

    “Kakiku sudah tidak kuat.”“Maaf!”Amisha mengikis habis keraguannya. Rasa sakit Zain memaksanya untuk kembali mengalahkan ego dan harga dirinya. Dipapahnya Zain masuk ke rumah.“Ke arah mana?” tanya Amisha, dengan napas tersengal-sengal, berdiri di puncak tangga lantai dua.Ia tidak tahu yang mana pintu kamar Zain.“Ke kiri,” kata Zain, menunjuk pintu paling besar di sisi kiri.Amisha memapah Zain dengan sisa-sisa tenaganya masuk ke kamar utama. Ia mendudukkan Zain di tepi ranjang.“Di mana kotak P3K?” tanya Amisha dengan suara lemah.GREP!Ali

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-05
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 104

    Hati, segumpal darah yang mudah sekali terbolak-balik. Sesaat sebal, sedetik kemudian iba. Sebentar marah dan benci, selang beberapa waktu rindu pun bergemuruh. Tak salah jika Nabi Muhammad SAW mengajarkan umatnya untuk senantiasa berdoa kepada Allah, Zat Yang Maha Membolak-balikkan hati agar diteguhkan hati dalam agama-Nya.Pun dalam perasaan dan hubungan sesama manusia, tak seorang pun dapat memastikan bagaimana hati seorang anak cucu Adam merespons stimulasi yang diterima dari luar dirinya.Amisha masih berdiri terpaku di depan cermin kamar mandi Zain. Ia mengamati seluruh tubuhnya yang terekam dalam pantulan cermin itu.“Apa yang salah dengan diriku?” bisik Amisha, menjelajahi setiap inci tubuhnya dengan pandangan jeli.Semua terlihat normal dan tak ada yang berubah,

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 105

    “Sepertinya aku memang membutuhkan bantuan dokter.”Kalau pada akhirnya Zain memilih menghubungi dokter pribadinya untuk memeriksa kondisi kakinya, itu bukan karena ia cengeng dan tidak sanggup menahan nyeri, melainkan karena ia berpikir bahwa bagaimana mungkin ia dapat menjaga dan melindungi istrinya dengan baik kalau dia tidak dapat menjaga diri sendiri?Dengan menguatkan diri untuk terus bisa berjalan, Zain turun ke ruang tamu, menunggu kedatangan sang dokter. Tidak butuh lama bagi dokter itu untuk memeriksa kondisi Zain setelah ia tiba.Zain bisa bernapas dengan lega ketika mengetahui tidak ada yang serius dengan cedera lututnya. Ia hanya perlu rajin mengompres lututnya itu dan mengistirahatkan kakinya selama dua hari.Cinta, suatu rasa yang membuat si lemah menjadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 106

    Kriiing!Jam beker di atas nakas menjerit kencang. Membuat Amisha langsung terlonjak duduk dari tidurnya yang tidak begitu lelap. Sesaat Amisha menggelengkan kepala, mengumpulkan serpihan-serpihan jiwanya yang berserakan entah ke mana, mengembara di dunia mimpi.Amisha melirik jam beker di sampingnya, hampir masuk waktu subuh. Dengan separuh jiwa yang belum sepenuhnya terjaga, Amisha beranjak turun dari pembaringan menuju kamar mandi. Cuci muka dan gosok gigi, lalu berpindah ke musala kecil, tidak jauh dari kamar utama. Berwudu dan mendirikan salat subuh berjemaah dengan suaminya setelah melaksanakan dua rakaat salat kabla subuh.“Mau ke mana pagi-pagi begini?” tanya Zain yang baru saja masuk ke kamar saat dilihatnya Amisha melangkah terburu-buru hendak keluar dari kamar setelah selesai mandi.

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 107

    “Tidak. Aku harus tetap bekerja. Aku ada janji temu dengan klien penting.”Amisha menolak saran Zain. Tangannya mulai bergerak, memilih baju yang akan dipakainya.“Kamu keberatan untuk meninggalkan ruangan ini? Aku akan berganti pakaian,” pinta Amisha.“Aku juga ingin ganti baju. Lakukan saja kegiatanmu! Aku tidak akan mengintip,” kata Zain, menolak permintaan Amisha.Amisha mendecak kesal, tetapi ia tidak bisa memaksa Zain.‘Sudahlah! Anggap saja dia patung batu,’ ujar Amisha pada diri sendiri. Ia bisa terlambat kalau terus menunda.Perlahan Amisha melepas jilbab, mengenakan setelan berwarna pu

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-06

Bab terbaru

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 210

    Amisha masih tegak mematung. Dadanya kian berguncang hebat. Detak jantungnya bagai genderang perang. Sungguh! Kata-kata Zain membawa jiwanya melayang tinggi, meniti angkasa menuju nirwana. Ia tak percaya Zain melamarnya. Ya, lamaran romantis yang diimpikan semua wanita. Meskipun tertunda sekian lama, Amisha masih saja merasakan lututnya gemetar. Saking gugupnya ia mendengar lamaran Zain yang disaksikan puluhan pasang mata.Selang beberapa menit, perlahan tangan kiri Amisha terulur membelai rambut Zain. Pelangi seakan bermunculan di hatinya kala ia menganggukkan kepala, tersenyum manis kepada Zain. Rona pelangi juga memancar dari sepasang netra gelap Zain ketika menyaksikan anggukan kepala Amisha. Senyuman Zain merekah.Tepuk tangan pun membahana disertai senyum bahagia dari puluhan pasang mata yang menjadi saksi lamaran tertunda Zain untuk Amisha.Zain pun bangkit dari berlutut dan spontan memeluk erat tubuh Amisha. Sejenak ia lupa akan keberadaan anak-anak panti yang menyaksikan mere

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 209

    CEKLEK!Zain menutup pintu ruang kerja Amisha dengan kaki. Tangannya langsung saja menyambar tubuh Amisha yang berada di depannya dan melingkar erat pada pinggang ramping Amisha.Amisha membuang napas kesal. Kedua tangannya jatuh lurus ke samping tubuhnya.“Ini kantor, Tuan Zain Adelino! Sekarang saatnya aku bekerja!” Amisha memberi peringatan keras.Zain hanya tersenyum kecil tanpa berusaha merenggangkan pagutan lengannya dari tubuh istrinya itu. Sebaliknya, ia malah membenamkan wajahnya pada ceruk leher Amisha yang masih berbalut jilbab.“Sebentar saja,” rengek Zain.Matanya tertutup rapat, konsentrasi menyesap aroma wangi yang menguar dari tubuh Amisha.Puncak hidungnya yang menjulang tinggi berdiri pongah, seakan ingin memamerkan pada dunia bahwa tak ada seorang pun yang melebihi ketampanannya, setelah berhasil menaklukkan Amisha Harist.“Jangan bilang kamu ingin memangsaku saat ini!” goda Amisha, menoleh pada Zain dan langsung disambut dengan kecupan ringan pada pipinya.“Oh My G

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 208

    Pandangan Amisha belum beralih dari Sonny, menanti penjelasan yang tak sepenuhnya ia pahami. Diletakkannya sendok dengan sedikit kasar. Menimbulkan bunyi berdentang. Untung saja meja mereka agak terpisah dari pengunjung lain, sehingga suara dentingan sendok beradu dengan piring tak sampai terdengar ke meja tetangga.“Aku tidak suka berteka-teki,” sergah Amisha dingin.Sonny tersenyum tipis dengan canggung. Ia sangat mengenal ekspresi yang ditunjukkan Amisha. Wanita itu sedang memasang kuda-kuda untuk setiap serangan kata yang akan dilayangkan oleh lawan bicaranya.“Ya … bisa jadi suatu hari nanti yang lalu itu akan menjadi awal dari masa depan,” kata Sonny, berandai-andai sembari tetap memendam angan.Amisha menantang tatapan sendu Sonny. “Tidak usah terlalu tinggi menggantung harap akan masa depan. Nikmati saja saat ini! Karena belum tentu Tuhan masih memberimu kesempatan untuk merasakan hangatnya cahaya mentari esok pagi.”Sonny terdiam. Perkataan Amisha skak mat untuknya. Ia hanya

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 207

    “Ah, sudahlah! Mungkin aku memang harus ke sana. Setidaknya, pertemuan ini akan memperjelas semuanya.” Amisha akhirnya menyambar tas di atas meja, lalu menghilang dari ruangannya. Tidak butuh waktu lama bagi Amisha untuk tiba di kafe O, tempat janji temunya dengan seseorang yang menghubunginya satu jam yang lalu. Begitu Amisha berdiri di pintu masuk, seorang lelaki melambaikan tangan ke arahnya. Amisha pun berjalan ke meja di mana lelaki itu duduk. Kalau saja siang itu sinar mentari tidak begitu beringas, Amisha akan memilih pojok paling tepi di bagian luar kafe itu. Lebih sejuk. Akan tetapi, menikmati keindahan kubah dengan kaca warna-warni pada langit-langit kafe tersebut tentu tak kalah menyenangkan bila dibandingkan dengan nuansa alam di bagian luarnya. “Silakan duduk!” kata lelaki itu, menarik kursi untuk Amisha. “Terima kasih,” sahut Amisha. Komunikasi di antara mereka terdengar seperti percakapan sepasang robot yang sedang dalam masa uji coba. Amisha mematung kaku, mema

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 206

    Amisha terjaga dari tidurnya ketika mendengar suara dengungan juicer yang sedang bekerja mengolah mangga. Entah berapa tempat yang didatangi Zain sampai akhirnya dia berhasil mendapat dua buah mangga sebagai stok terakhir dari sebuah kedai buah di pinggir jalan yang buka dua puluh empat jam. Ukurannya pun tidak terlalu besar. Layaknya buah mangga yang didatangkan dari kampung. Namun, Zain tetap bersyukur ia dapat memenuhi keinginan istri tercinta yang tengah mengidam itu. Melihat senyum bahagia menghiasi wajah Amisha adalah kebahagiaan terbesar bagi Zain. Amisha beranjak turun dari sofa bed dan melangkah gontai menuju ruang makan. Sesekali ia masih menguap dan ditutupnya dengan telapak tangan. Melihat Amisha berjalan seperti orang mabuk, Zain menekan tombol off, bergegas menyongsong Amisha, lalu membawanya duduk pada sebuah kursi. Lantaran masih mengantuk, Amisha langsung menempelkan sebelah pipinya pada permukaan meja. Matanya menatap sayu pada Zain yang melanjutkan pekerjaannya.

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 205

    “Waktu Amisha masih kecil, mama kalian bahkan heboh, sampai lapor polisi karena mengira Amisha kabur setelah dimarahi. Eh, ternyata Amisha cuma ngumpet di kamar pengungsiannya.” Harist terkekeh setelah menceritakan kejadian itu, tak peduli pada sorot mata membunuh yang dilayangkan sang istri sebelumnya.“Honey?!” protes Claudya, dengan muka merah. Entah benar-benar marah atau justru tersipu malu.Gianna dan Zain tersenyum geli melihat raut muka Claudya yang bak pengantin baru digoda suaminya.Meski usia mereka sudah di ambang senja, hubungan Harist dan Claudya selalu mesra. Siapa pun yang melihat mereka akan merasa hangat dan damai. Ketularan hangatnya cinta kasih mereka yang tulus terhadap satu sama lain.Enggan rasanya berjauhan dari mereka bila sudah membaur dengan dua sejoli itu. Tak jarang kemesraan mereka menimbulkan rasa iri bagi sebagian anak muda, yang tanpa sengaja menyaksikan bagaimana mereka berinteraksi di tempat umum kala mereka sedang berada di taman, di restoran, atau

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 204

    Setelah pesta kecil penyambutan orang tua angkatnya selesai dan tamu mereka pulang, Gianna tetap tinggal di rumah Amisha karena diminta Claudya untuk menginap. Celakanya, Gianna memang tak pernah bisa menolak permintaan orang tua angkatnya itu, meskipun sebenarnya ia sangat ingin pulang ke apartemennya sendiri.“Waaah, gila! Lama menghilang, kukira dia melanjutkan kuliah di luar negeri. Eh, ternyata malah ditangkap polisi! Ck!” seru Gianna, mendecak kaget sambil terus menyaksikan berita yang sedang ditontonnya di ruang tengah rumah Amisha.Ia ingat, terakhir kali ia melihat sosok orang yang diberitakan itu adalah saat menghadiri pesta perayaan ulang tahun Adelino Daneswara. Sempat beredar kabar lelaki itu akan melanjutkan study-nya di luar negeri.Haris yang sedang asyik membaca majalah olahraga hanya melirik sekilas mendengar kehebohan Gianna. Bagi Harist, kumpulan artikel dalam majalah itu jauh lebih menarik daripada berita yang ditonton Gianna. Dalam hitungan detik, ia pun kembali

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 203

    Merahnya darah yang mengaliri wajah cantik Amisha tak lagi membayang jelas. Berubah pias diterpa kekagetan. Kaget menyaksikan berjuta kenangan indah yang terekam dalam setiap helai foto yang baru saja ditemukannya. Tidak hanya foto-fotonya semasa kuliah bersama Gianna dan Sonny, tetapi juga foto-foto menjelang pernikahannya. Bahkan, beberapa foto itu memperlihatkan tubuhnya yang sudah terbalut gaun pengantin.Diiringi detak jantung yang bergemuruh, otak Amisha mereka ulang kejadian empat tahun yang lalu. Saat itu hijaunya hamparan sajadah panjang yang terbentang menutupi lantai masjid tak lagi melukiskan ketenangan dan kedamaian hati. Warna hijau itu telah beralih rupa menjadi kelabu. Menorehkan goresan pilu.Aura keemasan yang semula memancar cerah dari indahnya janur kuning yang jatuh menjuntai dan berayun-ayun dibelai embusan angin perlahan tampak memudar, lalu menghilang tanpa jejak.Kalau saja Amisha tahu bahwa putihnya gaun pengantin yang dikenakannya saat itu tak lagi melambang

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 202

    Dulu, ketika Amisha masih menyandang status sebagai tunangan Sonny, kehidupannya penuh keceriaan. Hampir setiap hari ia senyum-senyum sendiri membaca serangkaian pesan mesra dari Sonny. Saat itu ia benar-benar bahagia dan berharap kebahagiaan itu tak akan pernah berakhir.Kala itu awal tahun 2016. Pelaksanaan akad nikah yang direncanakan keluarga mereka tinggal menghitung hari. Tak ada yang menyangka jika tepat pada hari yang ditunggu-tunggu itu semua mimpi hidup bahagia yang dimiliki Amisha lenyap tak berbekas.Saat itu Amisha hanya bisa bergeming dengan ekspresi berubah kaku. Senyuman bahagia yang terpancar dari bibirnya beberapa detik sebelumnya seakan direnggut paksa oleh berita buruk tentang ketidakhadiran Sonny di Masjid Istiqlal hari itu.Amisha merasakan dunia tempatnya berpijak amblas seketika. Menariknya masuk ke dalam lapisan kerak bumi terdalam. Membenamkan jiwa raganya dalam kekalutan pikiran yang mengantarnya pada titik nadir sikap pesimis tentang cinta.Cinta Sonny yang

DMCA.com Protection Status