Semua Bab Lelaki Penakluk Nona Muda: Bab 181 - Bab 190

210 Bab

Bab 181

FIUH!“Untunglah dia cuma minum,” bisik Zain penuh syukur, karena aksinya tidak ketahuan oleh Amisha.Aroma ikan panggang menyeret langkah Amisha untuk segera turun ke ruang makan. Wangi lezatnya cita rasa ikan itu seakan mengalahkan semerbak harum parfum yang ia semprotkan ke tubuhnya. Entah kenapa, semakin hari indra penciuman Amisha makin sensitif saja terhadap aroma ikan. Ia bahkan dapat menghidu baunya dari jarak puluhan meter.Tak sabar ingin mencicipi olahan ikan hasil kreasi Zain, Amisha melangkah cepat menuruni tangga. Ia menelan saliva saat matanya merekam pemandangan aneka hidangan ikan, yang sudah tertata rapi di atas meja.Zain tersenyum hangat menyambut kehadiran Amisha. Ia sengaja masak banyak pagi itu untuk dibawa ke rumah sakit, membesuk ayahnya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-04
Baca selengkapnya

Bab 182

CEKLEK!Terdengar pintu kamar mandi ditutup. Amisha masih menatap tajam pada Zain, membuat Zain jadi salah tingkah.“Ada apa?” tanya Zain, duduk di atas single sofa.“Kamu membongkar isi tasku, ya?” tanya Amisha, tanpa tedeng aling-aling.“Huh? Tas yang mana?” Zain balik bertanya, pura-pura tidak paham maksud pertanyaan Amisha.Ia tahu Amisha pasti mencari benda bulat yang kemarin malam diambilnya.“Tas ini!” kata Amisha sambil mengguncang tasnya yang terletak di atas meja.“Oh itu … aku tidak membongkarnya, tapi aku tidak sengaja menjatuhkannya. Kenapa? Ada yang hilang?” Zain masih berlagak pilon.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-05
Baca selengkapnya

Bab 183

“Ya. Aku mencintaimu!”Akhirnya rangkaian kalimat sakral lolos juga dari mulut Amisha, setelah beberapa detik ia berjuang mengumpulkan keberanian untuk mendeklarasikan sebuah pengakuan.Kontan Zain merangkul dan memeluk Amisha. Hatinya berbunga-bunga mendengar ungkapan rasa hati Amisha.“Oh, Misha! Aku bahagia sekali mendengarnya. Aku lebih mencintaimu!” seru Zain gembira.Andai waktu bisa berhenti. Zain ingin saat itu juga waktu tak lagi berputar. Ia ingin selamanya berdiri di sana. Berada di hamparan taman bunga, dengan kelopak-kelopak bunga yang berhamburan dari angkasa, menghujaninya dengan keindahan dan keharuman yang melenakan. Selamanya! Terhanyut dalam pusaran kebahagiaan.“Benarkah? Apa buktinya?”
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-05
Baca selengkapnya

Bab 184

“Ayo cepat! Mumpung cuaca tidak terlalu panas dan lebih bersahabat,” ajak Zain, merangkul pundak Amisha.Mereka baru saja selesai menunaikan salat zuhur berjemaah dan berencana untuk pergi keluar.“Ke mana?” tanya Amisha, seakan lupa dengan rencana mereka.Keharuman sehabis mandi menguar dari tubuhnya, mengundang Zain untuk semakin memangkas jarak di antara mereka, lalu mendaratkan kecupan ringan pada pipi mulus Amisha.“Ke mana lagi? Tentu saja pergi menikmati kencan pertama kita.” Zain makin mempererat rangkulannya.Tatapan sepasang insan yang sedang kasmaran itu saling berpagut, diselimuti senyuman menawan. Binar-binar bahagia terpancar jelas dari wajah mereka, kembali mengundang Zain untuk mengecup kilas dahi Amisha.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-05
Baca selengkapnya

Bab 185

Melihat Amisha terbaring lemas di atas sajadah setelah selesai salat, Zain menghela napas panjang. Ia merasa iba melihat penderitaan Amisha. Terbayang di benaknya kelelahan mamanya saat mengandungnya dulu. Mungkin persis seperti yang dialami Amisha saat ini atau bahkan mungkin lebih menderita lagi.Ada keharuan menyenak dada Zain ketika teringat betapa banyak dosa yang telah ia lakukan pada sang mama semenjak dari dalam kandungan. Yang lebih menyedihkan lagi, ia bahkan tidak pernah memiliki kesempatan untuk berbakti pada mamanya. Sebuah kecelakaan tragis telah merenggut nyawa mamanya dan juga nyawa saudara kembarnya, serta menyebabkan kebutaan pada kedua matanya.Zain menyeka bulir bening yang nyaris jatuh menggelinding, menuruni pipinya dengan ujung jari. Ia tidak ingin Amisha mengetahui kesedihannya.Zain berlutut
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-05
Baca selengkapnya

Bab 186

“Kok Mama enggak bilang sih mau berkunjung ke sini?” cecar Amisha, merasa sedikit gondok dengan kedatangan orang tuanya yang tiba-tiba dan tanpa pemberitahuan sebelumnya.Langkah kakinya bergegas menghampiri kedua orang tuanya yang sedang bersiap-siap menikmati sarapan pagi. Ia langsung menyalami mamanya dan memeluk sang mama sembari mencium kedua pipinya yang mulai memperlihatkan garis-garis tanda penuaan.Zain mengekor di belakang Amisha, juga menyalami kedua orang tua Amisha serta mendekap hangat Harist.“Kenapa, Sayang? Kau keberatan Mama dan Papa datang menemuimu?” tanya Claudya santai.“Bukan begitu, Ma. Kalau Mama bilang, kami bisa jemput Mama dan Papa di bandara,” sahut Amisha, merasa tak enak hati karena telah membiarkan kedua orang tuanya menggunakan jasa taksi online.“Terus, kenapa juga Bi Inah baru memberi kabar kedatangan Mama dan Papa pagi ini, padahal sudah sampai sore kemarin,” rajuk Amisha, dengan nada jengkel bercampur kecewa.Claudya mengelus lembut kepala Amisha.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-07
Baca selengkapnya

Bab 187

“Kau kapan menikah? Amisha sudah mau punya anak lo … Mama sama Papa juga pengin dapat tambahan menantu,” kata Claudya, dengan seulas senyum mengembang di bibirnya seraya melayangkan tatapan hangat pada Gianna.Pertanyaan tak terduga yang diajukan di hadapan banyak orang itu membuat pipi Gianna memerah. Ia merasa malu.Amisha dan Zain bertukar senyum dengan jari-jari yang saling bertaut satu sama lain. Mereka mengangkat tinggi kedua tangan yang menyatu itu, seolah memamerkannya pada Gianna.“Iya, Gia. Biar anakku ada temannya,” sahut Amisha, bersandar manja pada Zain.Zain menyambut perkataan Amisha dengan usapan lembut pada kepala sang istri tercinta.“Aiyyyaaa … memangnya cari jodoh seperti mencari pisang goreng?” rungut Gianna, menatap Amisha dengan pandangan geram.Amisha dan Zain terkekeh melihat raut marah Gianna. Lucu.“Tuh, ada Yoshi yang masih jomlo,” sambar Zain, memonyongkan bibir, menunjuk ke arah Yoshi.Yoshi yang tak menyangka dirinya akan menjadi sasaran tembak Zain cuma
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-07
Baca selengkapnya

Bab 188

Matahari terus beranjak naik. Cahayanya yang menembus kaca jendela dan menyeruak dari celah-celah ventilasi menyinari setiap ruangan rumah Amisha. Begitu hangat. Namun, tak sehangat roman muka penghuni ruang tengah rumah itu.Wajah-wajah tegang dan penasaran itu masih tetap membisu. Tak seorang pun dari mereka yang berani angkat bicara, terutama Amisha dan Gianna. Mereka tahu bahwa mereka telah melakukan hal berbahaya yang selama ini terlarang untuk mereka lakukan.Harist duduk gelisah dengan wajah gusar. Berulang kali ia mengusap muka atau dagu dengan gerakan kasar. Ketakutan terpahat jelas pada raut mukanya yang mulai keriput.“Ceritakan yang sebenarnya! Sejauh mana kalian bertindak?” tanya Harist, mendesak Amisha dan Gianna untuk mengatakan yang sebenarnya. Mata tajamnya melirik Amisha dan Gianna silih berganti.Amisha dan Gianna saling lempar pandang. Memberi kode dengan gerakan mata untuk saling memberi perintah. Pandangan mata masing-masing mereka seolah berkata, ‘Kamu saja yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-12
Baca selengkapnya

Bab 189

“Serius?” Raut muka Gianna tampak berpikir keras.“Kamu meragukan kemampuanku?”“Bukan begitu. Aku percaya. Hanya saja, aku belum sempat mengeceknya. Cuma melihat sepintas lalu, tapi … foto itu kelihatan asli.”Amisha tersenyum tipis. “Fotonya memang asli, tapi videonya sudah diedit.”“Benarkah? Kurasa, aku harus mengeceknya sendiri.” Gianna terkesima.Ia mengira dirinyalah yang lebih dulu membaca berita itu. Ternyata ia kecele. Amisha justru sudah mengetahui berita itu lebih cepat dari dirinya.Amisha mengangguk ringan.“Tidak perlu. Sekarang tugasmu melacak alamat IP-nya. Terus hubungi orang-orang kita untuk mencari keberadaan pelakunya!” perintah Amisha pada Gianna sembari kembali ke tempat duduknya.“Siap, Bos!”Tanpa membuang waktu, Gianna langsung bergerak. Tidak butuh lama bagi Gianna untuk melacak alamat IP sang pelaku penyebaran berita yang mencoreng nama baik Zain.Gianna merogoh kantong blazer dan mengeluarkan ponsel dari sana, lalu memencet tombol berlambang gagang telepon
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-12
Baca selengkapnya

Bab 190

“Pokoknya papa tidak mau tahu. Lain kali kalian jangan melibatkan diri bersama orang-orang itu!” larang Harist tegas.Ia sungguh mengkhawatirkan keselamatan anaknya.“Enggak janji deh, Pa.” Amisha menjawab ragu.“Misha!”Suara Harist sedikit meninggi, kewalahan menghadapi sikap keras kepala Amisha.Melihat amarah Harist mulai tersulut, Claudya meraih tangan Harist dan meremasnya lembut sembari menggeleng pelan. Melarang agar suaminya itu tidak berlanjut memarahi Amisha.“Tapi, Honey … aku tidak mau mereka berada dalam bahaya. Bukankah kau sendiri sudah setuju untuk memakai namaku di belakang nama Amisha? Bukan nama keluarga ayahmu, bahkan membatalkan penggunaan nama bangsawan ibumu. Semua itu demi melindungi anak kita. Lalu, kenapa sekarang kau seperti mendukung gerakannya?” tanya Harist, dengan nada kecewa.Semenjak menikahi Harist, Claudya memang lebih memilih mengikuti suaminya daripada tetap tinggal dengan kedua orang tuanya. Claudya tidak mau terlalu dalam tenggelam dalam dunia h
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
161718192021
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status