“Sudah, berangkat sana!” usir Zain, tersenyum jahil pada Yoshi. “Permisi, Om … Tante ….” Yoshi berdiri dari duduknya, membungkuk pamit pada orang tua Amisha.“Silakan!” sahut Harist ramah.“Aku rasa, aku setuju dengan usulmu sebelumnya, Honey,” kata Harist tiba-tiba, meraih dan menggenggam tangan istrinya.“Benarkah?” bola mata indah Claudya berbinar cerah.Harist mengangguk mantap.“Usul? Memangnya Mama mengusulkan apa, Pa?” tanya Amisha, ingin tahu.Dadanya mendadak berdebar-debar. Jangan sampai orang tuanya memintanya kembali pulang ke London.“Kami akan kembali ke sini, Sayang,” sahut Claudya, tersenyum lebar.Tampak sekali ia senang dengan rencana kepindahannya itu.“Apa?” Amisha terperangah, bagaikan tengah bermimpi mendengar niat orang tuanya.“Iya, Sayang. Dengan begitu papa bisa mengawasi kamu dengan tenang,” cetus Harist.“Ya Tuhan, Papa. Aku kan sudah besar.”“Kau tidak suka kami pindah lagi kemari?” Harist sedikit tersinggung dengan sanggahan Amisha.“Bukan begitu, Pa. Te
Last Updated : 2024-07-12 Read more