Semua Bab Aku Juga Keturunan Jenderal: Bab 111 - Bab 120

690 Bab

Bab 111

Sanji dan Viktor tidak turun ke medan perang, melainkan menonton dari ketinggian.Mayat-mayat tentara bertumpukan di dalam kota, itulah yang dapat dilihat. Darah hampir menggenangi kota tersebut.Sebagian besar mayat itu adalah tentara Biromo dan tentara Lonis. Keberanian adalah kunci penting dalam pertempuran pengepungan kota, tidak ada strategi yang efektif.Viktor tahu pasukannya pasti harus meninggalkan Manuel dan kabur ke Kota Norao. Sejak memasuki Kota Norao, dia tahu orang Biromo hanya datang untuk membunuh tentara Runa dan melampiaskan kemarahan.Selain itu, untuk membunuh seorang jenderal wanita bernama Linda Ismail.Orang Biromo tidak punya keyakinan untuk mengalahkan Negara Runa, juga tidak ingin membagi Manuel dengan Negara Lonis. Orang Biromo hanya ingin melampiaskan kemarahan.Oleh karena itu, Viktor sangat gusar. Jika bukan karena orang Biromo, mereka mungkin sudah kabur sebelumnya. Tidak perlu ada peperangan lagi dan kehilangan banyak tentara.Viktor menanyai Sanji deng
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-05
Baca selengkapnya

Bab 112

Kemunduran Pasukan Lonis dan Pasukan Biromo membuat Pasukan Aldiso yang sedang asyik bertempur kebingungan.Mendengar serunai untuk mundur, mereka berpikir itu adalah taktik Pasukan Lonis untuk memancing mereka ke dalam jebakan.Namun, jika musuh meninggalkan Norao, buat apa mereka mengejar? Tujuan mereka adalah mengusir musuh, bukan membantai semua musuh.Oleh karena itu, Pasukan Aldiso membiarkan pasukan musuh kabur.Semudah itukah kemenangan diperoleh?Mereka semua siap untuk berkorban demi negara. Bagaimanapun, orang Biromo secara terang-terangan membantu Pasukan Lonis. Bagaimana mungkin mereka mundur semudah itu?Panglima bahkan turun ke medan perang, situasi perang menjadi sangat sadis. Nyatanya, memang sadis. Mayat bertumpuk di mana-mana dan darah menggenangi kota. Walau turun salju, bau amis yang menyengat sama sekali tidak dapat dihilangkan.Namun, Kota Norao sangat besar dan ada banyak desa.Teddi kembali ke tenda komandan dan bertanya, "Panglima, apa perlu kejar? Jangan samp
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-05
Baca selengkapnya

Bab 113

Selain itu, mereka menang dalam jumlah. Linda berjuang keras untuk melawan. Saat memandang sekeliling, Linda mendapati makin banyak tentara Biromo yang datang.Mereka tidak turun ke medan perang utama, melainkan menunggunya di sana. Linda menyadari dirinya telah jatuh dalam jebakan musuh ketika ingin menggunakan taktik yang sama dengan sebelumnya.Linda dan Marcus lebih terampil dalam seni bela diri sehingga mampu melawan musuh selama beberapa saat. Akan tetapi, satu per satu tentara yang lain terbaring di genangan darah. Tentara Biromo membunuh dengan tangkas tanpa memberi ampun. Mungkin merekalah tentara elite dari Biromo.Linda sangat ketakutan dan ingin kabur. Akan tetapi, tentara Biromo yang bersenjatakan pisau berdiri di belakangnya. Mereka tidak maju, hanya menghalangi jalan Linda untuk kabur.Linda tidak punya pilihan selain bertempur dengan panik, tetapi serangannya tidak sekuat yang seharusnya karena dia sangat ketakutan. Melihat pisau yang menargetkan lengannya, Linda secara
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-05
Baca selengkapnya

Bab 114

Wajah Linda memucat. Membalas air tuba dengan air tuba?Linda tahu betul apa yang telah dia lakukan pada orang itu.Pada saat itu, jenderal itu memimpin ratusan orang dan cukup gagah. Saat bertempur, mereka membunuh beberapa tentara Linda dan kabur. Untuk menemukan mereka, Linda memerintahkan tentaranya untuk membantai beberapa desa di Kota Wena karena menduga orang itu bersembunyi di rumah warga.Dia harus menemukan orang itu dan membalaskan dendam tentaranya yang mati, serta membangun kewibawaannya. Selain itu, prestasi dari membunuh seorang jenderal lebih besar daripada membunuh sepuluh tentara.Linda hanya berpikir demikian pada saat itu. Akan tetapi, setelah tertangkap, jenderal itu dengan sombong memarahinya karena telah melanggar perjanjian antar negara dan membunuh rakyat.Makian orang itu sangat ketus. Dia mengatakan membunuh rakyat adalah kejahatan yang sangat keji. Lalu, dia mengutuk mereka untuk tidak akan bisa memiliki keturunan.Oleh karena itu, Linda menghukumnya karena
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-05
Baca selengkapnya

Bab 115

Pengintai di Negara Runa telah beroperasi untuk waktu yang lama. Lalu, semua pengintai dikuasai oleh Putra Mahkota Biromo.Setelah apa yang dialami oleh Putra Mahkota Biromo, pengintai membantai seluruh Keluarga Belima. Hal itu tidak hanya merusak reputasi Putra Mahkota Biromo, juga membuat badan intel ditumpas.Marko adalah jenderal yang patut dihormati. Seluruh pria dalam keluarganya gugur dalam peperangan di Manuel, tetapi sanak-saudara dan pelayan keluarga mereka dibantai. Kekejaman itu bahkan dilakukan oleh orang Biromo.Oleh karena itu, mereka merahasiakan pembantaian desa yang dilakukan oleh Linda.Linda adalah pelakunya, tetapi pengintai Biromo juga telah melakukan perbuatan yang kejam dan sadis. Hanya Keluarga Belima yang menjadi korban. Dengar-dengar, satu-satunya orang dari Keluarga Belima yang masih hidup adalah Intan, jenderal wanita yang disebut oleh Linda barusan.Linda bahkan menggantikan Intan menjadi istrinya Rudi.Semua ini sebenarnya tidak berhubungan dengan Biromo.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-05
Baca selengkapnya

Bab 116

Linda sangat panik. Hatinya menciut ketika ditanyai oleh Marcus, tetapi dia beralasan, "Aku kira yang di dekatku itu tentara Biromo. Aku tidak tahu itu Joey."Marcus membentak, "Dasar munafik! Mana mungkin tentara musuh ada di dekatmu? Tolong cari alasan yang lebih logis."Linda marah karena malu. "Cukup, sekarang kita sudah ditawan oleh musuh. Kita sudah membantai desa di Kota Wena, mereka tidak akan mengampuni kita begitu saja. Kalau ada waktu untuk memarahiku, sebaiknya kamu pikirkan bagaimana cara untuk kabur."Marcus berkata, "Kamu yang beri perintah untuk membantai desa. Kamu bilang jenderal itu sembunyi di rumah warga. Kamu bilang ada yang tentara yang menyamar menjadi warga. Kamu yang memerintahkan kami untuk membunuh tanpa ampun."Linda tahu orang di luar dapat mendengar mereka sehingga dia berteriak, "Aku hanya suruh kalian bunuh beberapa orang untuk paksa jenderal itu keluar. Aku tidak suruh kalian bunuh semuanya."Tentara lain yang ditawan membantah dengan marah, "Kamu meme
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-05
Baca selengkapnya

Bab 117

Namun, harapan Linda segera hancur.Api unggun dinyalakan di luar. Pintu rumah kayu dibuka dengan kasar. Lalu, seseorang yang jangkung dan beraura mendominasi perlahan masuk.Walau pria itu membelakangi api unggun di luar, Linda bisa melihat bentuk wajahnya dan mengetahui siapa pria itu.Pria itu adalah Sanji, Panglima Biromo yang menandatangani perjanjian perdamaian di Kota Wena dengan Linda.Tubuh Linda gemetar dengan hebat. Dia bersandar di dinding dan menatap Sanji dengan takut.Saat menandatangani perjanjian perdamaian di Kota Uldi, kewibawaan dan kegagahan pria itu memberikan rasa penekanan. Pada saat yang sama, pria itu juga elegan. Negosiasi tentang perjanjian perdamaian dengan Sanji berjalan dengan sangat lancar dan cepat.Sanji bahkan langsung menyetujui permintaan-permintaan yang diajukan oleh Linda. Hanya ada satu syarat, yaitu Linda harus segera membebaskan tawanan setelah perjanjian ditandatangani.Pada saat itu, Sanji terlalu mudah untuk diajak berkompromi sehingga Linda
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-05
Baca selengkapnya

Bab 118

Jeritan-jeritan histeris di luar nyaris membuat Linda pingsan.Linda tahu siksaan apa yang mereka alami karena dia telah melakukan hal yang sama pada jenderal ... bukan, pada Putra Mahkota Biromo yang telah ditangkap olehnya.Mereka mengebiri Putra Mahkota Biromo hidup-hidup, melihatnya berguling-guling di tanah seperti cacing yang menggeliat.Sebenarnya, mereka tidak akan terus menyiksa Putra Mahkota Biromo jika dia menjerit. Akan tetapi, Putra Mahkota Biromo tidak pernah menjerit sekali pun. Jadi, semua tentara membuang air kecil dan besar ke luka dan sekujur tubuh Putra Mahkota Biromo, menyayat tubuh Putra Mahkota Biromo, melihat darahnya bercampur dengan air kencing dan tinja.Sebelumnya, Linda merasa senang ketika teringat pada hal itu.Sekarang, Linda ketakutan ketika teringat pada hal itu.Melihat Sanji mengeluarkan belati, Linda langsung berteriak, "Jangan, jangan ke sini!"Sanji berjongkok dan memotong tali yang mengikat tubuh Linda. Hatinya penuh kemarahan ketika melihat Lind
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-05
Baca selengkapnya

Bab 119

Ketika Linda berpikir mereka akan terus menyiksanya, Linda diseret kembali ke dalam rumah kayu bersama tawanan lain.Arang bakar dinyalakan di dalam rumah kayu. Itulah satu-satunya kehangatan yang dapat mereka rasakan di tengah angin dingin yang merembes masuk dari sekeliling rumah. Mereka merangkak menuju arang bakar, ingin mengusir rasa dingin dan rasa sakit.Celana Linda direnggut, dia tidak dapat merapatkan kedua kakinya karena rasa sakit di pangkal paha. Rumah itu hangat, tetapi darah Linda terus mengalir dengan pelan dan menggenang di bawah tubuhnya.Semua orang sangat sengsara, tidak ada yang memperhatikan Linda. Erangan sakit tidak pernah berhenti.Seseorang masuk dan mencekoki semangkuk rebusan obat ke mulut Linda. Campuran bau obat dan air kencing nyaris membuatnya muntah.Linda tidak muntah karena takut akan dikencingi lagi. Dia tahu dia akan tewas di tangan Sanji pada akhirnya. Jika rebusan obat ini bisa membunuhnya, dia memilih untuk mati sekarang.Setelah itu, Pangeran Vi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-05
Baca selengkapnya

Bab 120

Intan, Marsila, dan teman-temannya sedang mengitari api unggun kecil. Intan merapatkan bibirnya yang kering. "Apa buktinya dia berada di Pasukan Lonis yang kabur?""Tidak ada, tapi saat perang dimulai, dia pergi mengejar pasukan tentara Biromo dan belum kembali."Marsila menyeletuk dengan cuek, "Kalau begitu, cari di antara mayat-mayat di kota, lihat ada dia atau tidak.""Dia tidak akan mati." Kemarahan menyala di mata Rudi. "Jangan mengutuknya! Sebagai sesama Pasukan Aldiso, bagaimana bisa kamu mengutuk teman seperjuanganmu?"Marsila membalikkan telapak tangan dan mendengkus. "Perang sudah selesai, aku tidak mau jadi tentara lagi. Jangan katakan dia adalah teman seperjuanganku, dia tidak pantas."Rudi marah sampai tidak ingin berbicara dengan Marsila lagi. Dia menoleh pada Intan seraya berkata dengan serius, "Akulah yang bersalah padamu, itu tidak ada hubungannya dengan Linda. Kalau tentara lain yang ditangkap, apa kamu akan pergi menyelamatkannya?"Intan bertanya balik, "Kalau tentar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
69
DMCA.com Protection Status