Home / Pernikahan / Belaian Hangat Om Bastian / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Belaian Hangat Om Bastian: Chapter 111 - Chapter 120

155 Chapters

111. Menyebar Seperti Api dalam Sekam

Siska mengangguk setuju. "Bener juga. Eh, tapi kalau dipikir-pikir, Naira emang cantik, sih. Siapa tau Pak Bastian naksir Naira juga selain pacaran ama ibunya?"Lalu mereka mulai tertawa cekikikan. Tapi Rina justru melongo karena kaget. Dia tidak mengira akan mendapatkan informasi sefantastis itu."Tapi tetep aja nggak etis, dong!" Dina menimpali. "Bisa rusak reputasi perusahaan kalo ketahuan ada peluk-peluk nggak profesional di kantor."Percakapan mereka terhenti ketika lift terbuka dan beberapa petinggi perusahaan keluar. Mereka cepat-cepat kembali ke posisi masing-masing, tapi Rina bisa melihat bisik-bisik di antara Siska dan Dina."Maaf ya Bu, saya jadi ikutan gosip," ujar Mona, wajahnya sedikit memerah.Rina tersenyum manis. "Nggak apa-apa, kok. Namanya juga kita perempuan ya, suka penasaran. Tapi jangan bilang-bilang kalo dari saya, ya."Mona mengangguk cepat. "Tenang aja, Bu, rahasia aman."Tak lama, Bastian keluar dari lift. Rina segera berdiri, memasang wajah polos dan senyum
last updateLast Updated : 2024-08-08
Read more

112. Mereka Mengetahui Dalangnya

Sepanjang sisa hari itu, Naira berusaha fokus pada pekerjaannya, meski hatinya pedih oleh tatapan sinis dan bisikan-bisikan di belakangnya. Beberapa kali dia nyaris menangis, tapi menahannya sekuat tenaga.'Gak! Gak bisa kayak gini. Bisa-bisa aku gak kuat!' seru batinnya.Saat jam pulang tiba, Naira bergegas membereskan barang-barangnya. Dia tak tahan lagi berada di atmosfer yang mencekik ini."Mau buru-buru pulang, nih? Atau jangan-jangan mau ke tempatnya Pak Bastian?" sindir seorang karyawati saat berpapasan di lift.Naira hanya bisa menunduk, menahan air mata yang sudah di ujung pelupuk.'Aku gak punya energi untuk marah ke dia, karena apa yang dia omongin emang benar.' Batin Naira bergejolak. 'Dulu waktu gosipnya Mami, aku masih bisa konfrontasi karena itu belum sepenuhnya fakta. Tapi yang ini ... ini ....'Begitu keluar dari gedung kantor, dia akhirnya membiarkan tangisnya pecah."Om Tian," bisiknya lirih. "Apa yang harus aku lakuin?"Naira berjalan gontai menuju apartemen Bastia
last updateLast Updated : 2024-08-08
Read more

113. Pengakuan Bastian

"Naira," panggil Mona ragu. "Aku ... aku minta maaf, ya. Aku nggak bermaksud nyebarin gosip."Wajahnya terlihat canggung dan malu.Naira tersenyum tipis. "It's okay, Kak Mona. Aku ngerti, kok."Malam itu, di apartemennya, Naira menatap langit-langit kamarnya dengan perasaan campur aduk. Ponselnya berdering, pesan dari Bastian:"Aku bentar lagi pulang, baru kelar menjamu klien di resto."Naira tersenyum sedih. 'Gini amat cinta ke Om Tian, sih? Berasa rintangan selalu aja ada, ya ampun. Kuat gak sih aku ntar? Mo ampe kapan selalu ada cewek-cewek yang napsu ama Om?' Dia membatin sedih.***Bastian duduk di ruang kerjanya, jemarinya mengetuk-ngetuk meja saat otaknya berputar mencari solusi. Setelah beberapa saat, dia meraih ponselnya dan menghubungi Pak Handa, detektif swasta kepercayaannya."Pak Handa, saya butuh informasi lengkap tentang Rina. Latar belakang, kondisi keuangan, utang, semuanya. Secepatnya." Kemudian dia memberikan data mengenai Rina ke Pak Handa.Dua hari kemudian, Bast
last updateLast Updated : 2024-08-08
Read more

114. Aku Lagi Hamil

"A-apa? Aku ... aku apa?" Naira sampai terbata-bata saat menanyakannya.Apakah dia salah dengar? "Kau ... alat balas dendamku." Sekali lagi Bastian mengatakannya.Ya, Naira tak salah dengar. Telinganya masih berfungsi normal, tapi justru dia berharap saat ini dia tuli saja."Om?"Naira baru hendak menanyakan hal itu untuk lebih jelasnya, tapi Bastian justru beranjak dari tempat tidur."Tidur aja dulu." Kemudian pria itu memakai mantel kamarnya dan pergi keluar."Nggak, ini nggak mungkin, kan?" Naira menggumam sambil matanya melirik kanan dan kiri secara gelisah.Dia dijadikan alat? Bahkan alat balas dendam? Kenapa bisa begitu? Balas dendam pada siapa? Untuk apa?Begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk di hati Naira hingga akhirnya dia memutuskan turun dari tempat tidur dan menyambar mantel kamarnya untuk mengejar Bastian."Om?" Naira mencari ke ruang tengah, tak ada.Dia bergerak ke beberapa ruangan, tetap saja tak ada sampai akhirnya dia menyerah."Om ke mana, sih? Kenapa nggak ad
last updateLast Updated : 2024-08-09
Read more

115. Dia Menghindariku? Atau Memang Mengabaikan?

Betapa kagetnya Naira. "Ha-hamil?!"Tapi dia buru-buru membekap mulutnya sendiri karena menyadari suaranya terlalu keras. Apalagi ada beberapa mata yang langsung melirik ke arahnya."Santai aja, Ra. Aku aja udah santai ama kondisiku, kok!" Di luar dugaan, Helena malah menanggapinya sangat tenang dan meneruskan makannya."Iya, nih! Sejak hamil 2 bulan, aku penginnya makan melulu!" Helena berceloteh tanpa sungkan.Naira memandang heran sekaligus bingung. Dia melewatkan apa, sih? Apa dia terlalu abai pada dunia hanya gara-gara semua dunianya terpusat pada Bastian saja?"L-Len ... kamu udah nikah?" Dengan hati-hati, Naira bertanya.Dia takut menyinggung perasaan Helena. Bisa saja ternyata Helena sudah menikah dan dia tak tahu, bukankah itu sesuatu yang sangat memalukan sebagai seorang sahabat?Tangan Helena bergoyang memberikan gestur penyangkalan atas pertanyaan Naira. "Belum. Ini baru OTW ke sana, sih!" jawabnya, masih dengan aura santai seperti tadi.Naira langsung mendekatkan dirinya
last updateLast Updated : 2024-08-09
Read more

116. Hancur Berkeping-keping

Malam itu, setelah Naira duduk gelisah di sofa apartemen untuk menunggu Bastian mandi, akhirnya pria itu keluar juga."Om," panggil Naira lirih saat Bastian keluar dari kamarnya. Bastian hanya melirik sekilas, wajahnya tanpa ekspresi. "Udah nggak sabar, yah?"Dari raut wajahnya yang tersenyum, Naira mendapat kesan bahwa itu bukan senyum hangat yang biasa pria itu berikan padanya melainkan senyuman mengejek."Om katanya mo jelasin." Naira menelan ludah. "Om ... kenapa Om tiba-tiba berubah? Apa ... apa maksudnya aku cuma alat balas dendam? Tolong jelasin ke aku, Om."Naira menahan air matanya jangan jatuh dulu karena dia butuh Bastian untuk memberikan penjelasan terlebih dahulu.Bastian terdiam sejenak, sebelum akhirnya menghela napas panjang dan duduk di seberang Naira. "Kamu mau tau kebenarannya?"Naira mengangguk, jantungnya berdegup kencang."Mamimu," Bastian memulai, matanya menatap kosong ke depan. "Elvita. Dia berselingkuh dariku."Naira tersentak. "A-apa? Tapi ... bukannya Om y
last updateLast Updated : 2024-08-10
Read more

117. Kalau Begitu, Tetaplah Begini ... Selamanya

Naira menatap Bastian yang menoleh padanya dengan mata berkaca-kaca, suaranya bergetar saat dia bicara, "Om, kumohon ... kita hentikan aja semua ini, yah! Balas dendam ini ... nggak ada gunanya. Kita jalani aja hubungan kita kayak biasanya."Saat ini mereka sudah berhadapan, tapi Bastian menolak pelukan Naira.Bastian menatap Naira dingin, ekspresinya tak terbaca. "Kamu pikir semudah itu, Nai? Luka yang mamimu kasi ke aku nggak bisa hilang begitu aja."Mata tajam Bastian seakan sedang merobek-robek netra Naira."Tapi Om," Naira mencoba lagi, "aku bukan mami. Kita bisa mulai dari awal, tanpa bayang-bayang masa lalu."Usai mengatakan itu, Naira merutuki dirinya. Apakah dia terlalu lugu hingga mengucapkan kalimat macam itu? Bastian tertawa getir. "Justru karena kamu bukan mamimu, makanya kamu adalah senjata terbaik untuk membalasnya."Naira tersentak mendengar kata-kata itu. Air matanya mulai mengalir."Om ... aku cinta Om. Beneran cinta Om. Apa itu nggak cukup?"Air matanya sudah semak
last updateLast Updated : 2024-08-13
Read more

118. Mungkin Waktunya untuk Menyerah

Naira memejamkan mata, air mata mengalir di pipinya. Dia tahu hubungan ini tidak sehat, bahwa dia seharusnya pergi. Tapi cintanya pada Bastian, sekuat apapun siksaan yang dia terima, membuatnya ingin bertahan.Apalagi dia sudah merasa dirinya bagaikan sampah yang takkan bisa didaur ulang lagi. Takkan ada pria mana pun yang sudi mencintainya jika dia lepas dari Bastian. Ini pemikiran naif Naira."Baiklah, Om," bisiknya pasrah. "Aku bakalan tetap di sisimu. Selamanya."Bastian menarik Naira ke dalam pelukannya, tapi pelukannya terasa dingin dan kaku. Naira menenggelamkan wajahnya di dada Bastian, bertanya-tanya dalam hati.'Apa suatu hari nanti, cintaku bakalan cukup kuat untuk ngelelehkan es di hati Om Tian yang aku cintainya ini?'Sementara itu, jauh di dalam hatinya, Bastian merasakan pergolakan emosi yang tak bisa dia jelaskan. Rasa bersalah, cinta, dan dendam bercampur menjadi satu. Tapi ego dan luka itu terlalu besar untuk mengakui bahwa mungkin, hanya mungkin, dia juga mulai terl
last updateLast Updated : 2024-08-13
Read more

119. Dia Datang Lagi!

Pagi ini, Naira baru saja hendak membuka berkas pekerjaannya ketika suara familiar terdengar dari arah pintu. Dia mendongak dan jantungnya seolah berhenti berdetak.Vera—sepupu mendiang istri Bastian, melenggang masuk ke kantor dengan penuh percaya diri sambil membawa keangkuhannya yang biasa. Outfit merahnya yang seksi tentu menarik perhatian semua orang di lobi bawah, terutama karyawan pria. Tapi mata Vera hanya mencari pada satu orang: Bastian."Bas!" seru Vera riang, langsung menghampiri Bastian yang duduk di kursi ruangannya.Bastian terlihat terkejut, tapi tidak menolak ketika Vera memeluknya erat."Vera? Ada apa kamu ke sini lagi?"Bahkan pertanyaan itu juga yang bergaung di benak Naira. Kini terwakilkan oleh Bastian.Vera tersenyum lebar, tangannya masih melingkar di leher Bastian. "Aku kangen sama kamu, Bas. Nggak boleh?"Naira menggigit bibirnya, berusaha fokus pada layar komputer meski telinganya menajam mendengarkan percakapan itu."Ya boleh aja," jawab Bastian, nadanya le
last updateLast Updated : 2024-08-14
Read more

120. Semakin Berani

Tengah malam, Naira terisak di balkon kamarnya ketika Bastian sudah lelap usai menuntaskan napsunya.‘Meski aku suka disentuh Om Tian, tapi gak dengan cara kayak gitu. Om mulai kasar waktu begituan. Gak selembut dan sepelan dulu.’Naira mengusap air matanya, menerawang ke langit gelap minim bintang karena tertutup polusi kota.‘Ciuman Om … sentuhan Om … udah gak selembut dulu. Sekarang semua dilakuin seakan aku ini mami yang nyakitin Om. Apa … apa mereka udah pernah gituan? Aku gak sampai hati nanya ke mami. Yah, takut juga sih ama jawaban mami kalo dijawab … ah, Om jahat sekarang. Jahat!’Kemudian, Naira menghapus semua air matanya dan kembali naik ke tempat tidur. Dilihatnya paras tampan pria di kasur meski dalam kondisi lelap. Ingin sekali dia mengelus wajah itu, tapi pasti Bastian akan terbangun dan marah.Meneguk saliva, Naira memutuskan pelan-pelan masuk ke selimut dan tidur.Tanpa dia tau, Bastian membuka matanya saat Naira sudah memunggungi pria itu.***Naira duduk di mejanya
last updateLast Updated : 2024-08-14
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
16
DMCA.com Protection Status