“Nah kan, aku tetap bisa tinggal di sini bareng kamu, tanpa perlu takut diarak warga.” Bastian tersenyum.Nada suaranya terdengar santai, tapi matanya jelas menunjukkan bahwa dia tidak akan melepaskan Naira begitu saja.Naira terdiam, mulutnya ternganga tak percaya. Ini tidak mungkin! Bagaimana bisa Bastian secepat itu memanipulasi keadaan dan menempati kamar sebelahnya?Sial! Dia merasa dikalahkan tanpa bisa berbuat apa-apa. Namun, dia tidak akan menyerah begitu saja."Jadi, Om mau bermain kayak gini, ya?" gumam Naira, matanya memicing, mencoba mencari cara untuk membalas taktik Bastian yang licik.Bastian hanya mengangkat bahu. "Aku kan cuma ingin dekat sama kamu, Nai. Aku nggak akan ganggu kamu di kos. Tapi, kalau ada apa-apa, kamu tau aku selalu ada di sebelah, ya kan?"Naira mendengus kesal. “Om pikir ini lucu? Aku nggak akan tinggal diam, Om. Aku bakal kasih paham apa artinya menghadapi seorang wanita yang sakit hati.”Bastian mendekat, menatap Naira dengan penuh keseriusan, mes
Terakhir Diperbarui : 2024-09-17 Baca selengkapnya