Semua Bab Belaian Hangat Om Bastian: Bab 141 - Bab 150

155 Bab

141 - Mengerjai di Kampus

Setelah menguji Bastan di kampus, Naira mulai merencanakan langkah selanjutnya.‘Ayo otak, pikirkan ujian baru untuk dia!’ batin Naira sambil terus berpikir.Sementara di kampus, banyak mahasiswa yang mengenal Bastian, merasa heran.“Ada apa yah bos E-First malah nongkrong di sini? Apa dia nggak punya kerjaan di kantor?”“Eh, jangan-jangan dia mau rekrut mahasiswa lagi!”“Ya ampun, kalo gitu, aku mau! Ayo kita dekati!”Beberapa mahasiswa yang salah sangka pada Bastian, segera mendekat ke Bastian.“Pak Bastian, kan?” tanya salah seorang mahasiswa.…Setelah selesai dengan kelasnya, Naira berniat untuk sekadar melihat bagaimana Bastian bertahan di kampus tanpa melarikan diri ke pekerjaan atau hal lain.Saat keluar dari gedung fakultasnya, Naira segera melihat Bastian yang dikerumuni oleh sekelompok mahasiswa."Apaan tuh?" gumam Naira pelan, alisnya terangkat.Dari jarak jauh, dia bisa melihat Bastian dikelilingi beberapa mahasiswa yang tampak sangat tertarik berbicara dengannya.Wajah-w
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-22
Baca selengkapnya

142. Menggunakan Orang Lain untuk Bahan Ujian

“Kalo gak betah, bisa udahan aja kok, Om. Gak perlu ngikutin aku melulu.” Naira memberikan tatapan menantang.Bastian menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Ini bukan saatnya untuk marah atau menyerah.Dia tahu bahwa jika dia menunjukkan tanda-tanda kesal atau frustasi, itu akan berarti kekalahan."Aku di sini karena aku mau buktiin kalau aku bisa bertahan, Nai," kata Bastian pelan tapi tegas. “Aku nggak akan pergi hanya karena ini. Aku masih mau mendapatkanmu, dan aku masih mau membuktikan kalau aku layak untukmu, Nai.”Naira menatapnya sejenak, lalu mengangguk dengan senyum tipis. “Kita lihat aja besok. Masih ada banyak waktu untuk kamu kasi bukti itu ke aku.”Bastian hanya bisa menatap Naira dengan pandangan tak berdaya, sementara Naira masuk ke dalam kamar dengan tenang setelah mengambil bungkusan yang dibawa Bastian, meninggalkan pria itu di ambang pintu.Hatinya berdesir. ‘Ini baru permulaan, Om. Ujiannya belum kelar.’Dan dengan itu, Bastian menyadari bahwa apa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-25
Baca selengkapnya

143. Siapa yang Telepon Kamu?

"Iya, gak pa-pa. Sini, dah!" Emil menggeser sedikit duduknya sehingga Naira bisa lebih nyaman duduk di sebelahnya.Naira tersenyum dan melirik sekilas ke arah Bastian yang masih menatap mereka dari kejauhan.'Aku yakin Om Tian gak akan suka ngeliat aku ngobrol ama Emil, tapi itu bagian dari ujian ini, Om. Coba, aku pengen tau, seberapa tahan kamu, Om.' Dia membatin sambil mempertahankan senyuman terus ada di wajahnya."Gimana kabarmu, Ra? Aku liat kok makin cakep aja, sih? Apa karena kamu udah jadi anak kantoran, yah? Hehe...." Emil memulai obrolan dengan basa-basinya. “Aku baik-baik aja, kok. Dan aku... udah gak kerja, makanya bisa balik ke kampus,” jawab Naira dengan santai, meski ada sedikit nada menggoda dalam suaranya. “Aku denger kamu udah putus dari Ivy? Kapan?”Emil mengangguk dan tersenyum tipis. “Oh, itu udah lama, kok. Halah, nggak penting lagi sekarang. Aku lebih tertarik ngomongin kamu aja, deh.”Naira terdiam sejenak, lalu tertawa kecil. “Ngomongin aku? Emangnya ada ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-27
Baca selengkapnya

144. Kencan Dengannya? Kencan Kayak Apa?

“Kenapa? Aku gak boleh tau?” Naira menatap dengan pandangan mengejek sekaligus menantang ke Bastian.Ketika ponsel Bastian kembali berbunyi lirih, Naira menatap lekat ke pria itu.“Angkat. Buruan angkat dan nyalain loud speaker-nya.” Naira memberikan titah ke Bastian, sesuatu yang tak akan mungkin dia lakukan sebelum ini.Tak ada pilihan, Bastian pun menepikan mobil di tempat aman dan mengambil ponselnya. Dia melakukan seperti yang diperintahkan Naira padanya.“Ya?”“Bastian~ honey~ jahat banget sih kamu baru ngangkat ini. Emang dari tadi ke mana? Lagi apa?” Terdengar suara manja Vera di seberang panggilan.Naira langsung menghirup napas dalam-dalam sambil menatap lurus dengan dingin ke Bastian.Melihat tatapan dingin Naira, Bastian tentu harus memberikan jawaban yang memuaskan Naira.“Ver, nggak usah lagi hubungi aku. Aku udah sibuk dan malas bicara sama kamu.” Bastian dengan tegas mengatakan itu.“Heh?” Di ujung, Vera terdengar tak terima. “Bas, kamu kenapa, sih? Bukannya kencan kit
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-03
Baca selengkapnya

145. Menyingkirkan Rival Cinta

“Ayo… kamu telepon dia!” ulang Naira, membuat Bastian semakin mengernyit kebingungan.“Telepon siapa, sih Nai?” tanya Bastian dengan hati-hati, meskipun dia bisa menebak siapa yang dimaksud Naira.“Vera, dong. Siapa lagi? Telepon dia sekarang,” jawab Naira sambil menyilangkan tangan di dada, menatap Bastian dengan tatapan penuh tantangan.Bastian terdiam sejenak. Vera. Sepupu mantan istrinya yang terus menerus mencoba masuk ke dalam hidupnya, meskipun Bastian sudah berulang kali menegaskan bahwa hubungan mereka hanya sekedar kerabat dari mendiang istrinya. Dia tahu ini adalah ujian lain dari Naira, tetapi kali ini, dia tidak akan mundur.“Emangnya apa yang perlu aku omongin ama dia, Nai?” Bastian sedikit putus asa menatap Naira.Naira mengangkat bahunya, berlagak cuek. “Terserah, pokoknya telepon dia di depanku.”Dengan gerakan cepat, Bastian mengeluarkan ponselnya, mencari kontak Vera, dan menekan tombol panggil.Naira menatapnya, menunggu reaksi Bastian. Sesaat kemudian, suara Vera
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-07
Baca selengkapnya

146. Bencana Atau Keberuntungan?

“Naira!” Bastian sudah keluar dari kamarnya dan menggedor pintu kamar Naira.Dia sempat berpikir untuk mendobrak saja.Namun, belum sempat dia mendobrak, mendadak pintu itu sudah lebih dulu dibuka dari dalam, dan Naira menghambur keluar.“Om! Om Tian! Om!” Naira panik, menangis dan napasnya tersengal-sengal.Dengan cekatan dan gerakan refleks, Naira melompat ke gendongan Bastian dan mengalungkan dua tangan dan kakinya ke tubuh pria itu sambil gemetaran.“Nai, kenapa? Ada apa? Siapa yang jahati kamu di dalam?” Bastian kesulitan bergerak, tapi dia memegangi Naira, memeluknya agar wanita itu tidak jatuh dari gendongannya.Yang membuat Bastian terkejut sekaligus gembira, Naira sudah memanggil ‘Om’ ke dia! Tapi, saat ini lebih baik tepikan dulu mengenai itu. Dia harus mencari tahu penyebab Naira panik.Ketika Bastian ingin melongok masuk ke dalam kamarnya, Naira berteriak-teriak heboh.“Jangan! Jangan masuk! Jangan!” teriak Naira.Untung saja banyak penghuni kosan yang masih pulang kampung
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-10
Baca selengkapnya

147. Siapa yang Mesum?

"Nai, aku mesum gimana, sih?" Bastian berlagak menderita atas tuduhan Naira.Padahal dia menahan tawa geli."Kamu... kamu bisa-bisanya ambil aku dari... dari kasur! Nih! Aku bangun malah udah di lantai gini!" Naira sewot.Wajahnya cemberut dengan bibir mengerucut karena kesal."Loh Nai, kalau aku bawa kamu turun ke lantai, pastinya kamu bakalan terbangun, dong." Bastian memberikan sanggahan.Ucapan Bastian mengakibatkan Naira harus diam untuk berpikir.'Iya juga, sih!' batin Naira. 'Kalo aku ditarik atau dibopong turun dari kasur, ya kali aku gak ngerasa apa pun? Pastinya aku bakalan kebangun. Tapi... kok bisa gitu, sih?'Masih ada banyak tanda tanya di kepala Naira mengenai dirinya ada di lantai bersama Bastian."Nai, mungkin kamu sendiri yang turun ke bawah untuk tidur sama aku." Bastian justru menambahkan lecutan di hati Naira.Dia yang turun ke lantai untuk bersama Bastian?"Enak aja! Pede amat!" pekik kesal Naira.Tapi kalau dipikir-pikir....'Apa aku punya kecenderungan sleep wal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-13
Baca selengkapnya

148. Ditinggalkan

“Hah~ begitu, yah?”Bastian menghela napas panjang, melirik Naira yang sedang duduk di tempat tidur.Jelas, dia terjebak di antara dua dunia—pekerjaan yang sudah mulai merenggut waktunya, dan usahanya untuk membuktikan kepada Naira bahwa dia benar-benar serius dalam hubungannya.Naira yang mendengar pembicaraan itu melalui loud speaker pun berbisik, “Pergi aja, gak apa-apa, kok!”Mata Naira berkedip-kedip menatap Bastian yang termangu memandanginya, seolah pria itu sedang mencari makna tersembunyi dari ucapannya.Setelah diam sejenak, Bastian akhirnya berkata, “Oke, Gandi. Aku akan ke kantor hari ini. Tolong jadwalkan ulang rapat yang tertunda dan kasi tau semua direksi kalau aku akan segera ke sana.”Setelah menutup telepon, Bastian menatap Naira dengan wajah penuh kebingungan. “Aku harus ke kantor, Nai. Udah terlalu lama aku nggak muncul di sana, dan ini masalah penting. Aku janji nggak akan lama-lama, tapi aku harus menyelesaikan semuanya hari ini.”“Iya, aku paham, kok!”Naira yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-15
Baca selengkapnya

149. Vera Menemui Naira

“Ve-Vera?” Naira membeku di tempatnya.Kenapa pula justru wanita sialan itu yang ada di depan pintunya? Naira kesal bukan main, merasa dia begitu sial karena bertemu Vera lagi.Dia sudah ingin menutup pintu karena malas meladeni Vera, hanya saja si rival cinta sudah lebih dulu menahan daun pintu tertutup."Aku pikir kamu udah pergi dari hidup Bastian. Tapi ternyata kamu masih mencoba mencuri dia dariku? Bahkan hidup bareng di sini? Dasar murahan!"Terdengar jelas dari suara Vera, betapa dia membenci Naira yang telah menjadi penghalang dia dan Bastian.Naira mengangkat alisnya, menatap Vera dengan pandangan dingin. “Murahan? Heh, apa urusanmu, ya? Mendingan jaga tuh mulut.”Ada ketidakrelaan di hatinya ketika dia dihina oleh Vera.Naira tak tahu bahwa Vera sudah mengerahkan segenap sumber dayanya untuk menemukan dia dan Bastian. Semenjak Bastian menegaskan ke Vera untuk berhenti mengganggunya karena sosok Naira yang sudah dipilih Bastian, Vera terus mengusahakan apa pun agar bisa mene
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-18
Baca selengkapnya

150. Perutnya Ditusuk

“A-aku… aku….” Suara Vera bergetar.Vera kaget bercampur syok ketika menatap pisau lipat yang menancap di perut Naira. Meski dia benci Naira, tapi ketika usai menusukkan pisau ke Naira, rasa takut menyergapnya, seolah sebentar lagi dia akan dikejar iblis.“Arghh!” Vera menjerit panik dan bergegas pergi dari sana.Dia memang wanita jahat, tapi untuk berbuat lebih dari sekedar menusuk seseorang, dia tak memiliki nyali mengenai itu.Bahkan, menusuk perut seseorang merupakan kegilaannya paling maksimal dalam hidupnya.Sedangkan di kamar kosnya, napas Naira terengah-engah sambil terus memandangi perutnya.“Perutku… anak…ku….” Naira gemetaran.Takut dan sakit menguasai dirinya. Darah sudah mulai merembes banyak di bajunya.“Gak, gak boleh aku cabut pisaunya. Bahaya….”Di sela-sela kepanikan dan rasa takutnya, dia masih cukup bernalar mengenai itu.Maka, menahan rasa sakit dan dengan langkah tertatih, dia mengambil ponselnya, menghubungi nomor Bastian.“Ya ampun, buruan angkat, sialan! Aku b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status