Home / Pernikahan / Belaian Hangat Om Bastian / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Belaian Hangat Om Bastian: Chapter 121 - Chapter 130

155 Chapters

121. Terpaksa Menceritakannya Agar Lega

Naira tertegun mendengar pertanyaan Gandi. Jantungnya berdegup kencang, namun dia berusaha menjaga ekspresinya tetap tenang. "Maaf, maksud Pak Gandi apa, ya?" tanyanya, pura-pura tidak mengerti.Gandi menatapnya tajam. "Aku cuma penasaran, apakah ada hubungan khusus antara kamu sama Pak Bastian? Atau mungkin ibumu yang dekat dengan pak Bos?"Naira menelan ludah, otaknya berpacu mencari jawaban yang tepat. Dia tak ingin membongkar rahasia hubungannya dengan Bastian, tapi juga tak ingin berbohong mentah-mentah."Ah, Pak Gandi. Saya rasa nggak ada yang spesial antara saya atau ibu saya dengan Pak Bastian," ujar Naira dengan senyum diplomatis. "Saya hanya karyawan magang yang kebetulan ditugaskan sebagai sekretaris pribadi beliau. Sedangkan ibu saya, setahu saya seorang pekerja keras di perusahaan Zilong E-First ini. Tidak lebih dari itu."Gandi mengangguk pelan, namun tatapannya masih menyiratkan keraguan. "Begitu ya? Baiklah kalau begitu. Terima kasih atas penjelasannya, Naira."Setelah
last updateLast Updated : 2024-08-15
Read more

122. Ternyata Dia

Naira tak bisa menahan tawa gelinya saat dia membayangkan orang seperti Bastian dalam situasi mencret. Pasti seru."Pokoknya, thanks banget kamu mau dengarkan curhatku ini, Len. Aku gak tau harus ke siapa lagi kalo gak ke kamu." Naira mengucap sambil tersenyum penuh rasa syukur."Kamu bisa hubungi aku untuk apa pun, Ra. Aku pasti akan siap sedia untuk kamu." Helena menggenggam kedua tangan Naira di atas meja untuk menguatkan sang sahabat.Naira tersenyum lemah. Meski bebannya belum sepenuhnya terangkat, setidaknya dia merasa sedikit lega setelah berbagi dengan Helena. Namun di sudut hatinya, keraguan masih bercokol.'Gimana aku harus menghadapi Bastian besok? Dan gimana ama pertanyaan Gandi tadi? Gimana kalo ternyata Bastian ama Vera ... urgh! Benci!' Mendadak saja ponsel Naira bergetar dan dia mengambilnya dari tas kecil di dekatnya.'Om Tian!' Membatin, Naira membaca nama pemanggilnya yang ada di layar. 'Mau ngapain Om Tian nelepon?'Naira pun izin menyingkir untuk menerima telepon
last updateLast Updated : 2024-08-15
Read more

123. Bulol

‘Hujan.’ Naira menatap ke tetesan air yang mulai berdatangan ke kaca mobil di depannya.Tak lama, hujan deras membasahi kaca depan mobil, membuat pandangan di luar menjadi kabur. Suara tetesan air yang berirama seolah menjadi latar bagi keheningan yang tak nyaman di dalam mobil itu.Naira duduk dengan gelisah di kursi penumpang, menghadap ke luar jendela sambil merapatkan kardigannya.‘Jujur aja, dinginnya malam gak sebanding ama dinginnya sikap Om Tian,’ batin Dania sambil melirik Bastian yang duduk diam di belakang kemudi dengan ekspresi tak terbaca.Atmosfer di antara mereka begitu tegang, seakan setiap tetes hujan menambah beban di dadanya.‘Enaknya aku nyapa duluan apa gimana, yah? Ntar salah, gak? Abisnya, Om sekarang sensi banget, sih. Apa-apa yang aku lakuin pasti salah di mata dia.’Bastian mengemudikan mobil tanpa sepatah kata pun, sementara Naira berusaha keras menenangkan detak jantungnya yang kian tak menentu."Seingatku, aku nggak pernah kasi izin ke kamu untuk keluar ma
last updateLast Updated : 2024-08-18
Read more

124. Nginap atau Enggak, yah?

‘Boleh kan kalo aku berharap, siapa tau Om berubah kali ini. Apalagi dia … aku yakin dia sebenarnya sayang ama aku, tapi mungkin dia gengsi nunjukinnya.’Batin Naira masih memiliki secercah harapan yang terus dia genggam, meski itu bagaikan bergantung di seutas rambut rapuh.Bastian menghela napas panjang, seolah pertanyaan itu hanya membuatnya semakin kesal. "Naira, aku udah ngomong sebelumnya. Jangan berharap terlalu ama aku. Hubungan ini cuma sementara. Kamu cuma alatku. Aku pikir kamu udah paham sejak awal."Mendengar itu, Naira merasa dunianya runtuh. Meski sudah sering mendengar kata-kata menyakitkan dari Bastian, namun kali ini terasa begitu menyakitkan, ketika harapan yang sudah dia bangun susah-payah, harus benar-benar hancur berkeping-keping.Tapi, meski hatinya berteriak untuk pergi, kakinya tetap tak bisa bergerak. Dia terlalu terikat, terlalu mencintai pria ini hingga tak bisa melihat kehidupan tanpa Bastian di dalamnya."Aku ... aku ngerti." Naira akhirnya berkata dengan
last updateLast Updated : 2024-08-18
Read more

125. Sentuhannya Tak Lagi Sama

‘Me-melayani….’ Naira mengulang ucapan Bastian di benaknya.Kata-kata itu membuat Naira cukup merinding. Bastian tidak membentak atau pun bersikap kasar secara fisik, namun dia tahu bahwa pria itu bisa menjadi dingin dan tak kenal ampun jika keinginannya tidak dipenuhi.Maka, Naira mengangguk pelan, menundukkan kepala dan menerima nasibnya. Dia terlalu lemah untuk menolak, terlalu cinta untuk melawan.“Akh!” Naira memekik kaget.Bastian meraih pinggangnya dan menariknya lebih dekat, membuat gadis itu hampir kehilangan keseimbangan. Tanpa banyak basa-basi, Bastian mulai menciumi lehernya, menelusuri kulitnya dengan bibir yang panas namun terasa penuh dengan rasa yang terpendam.Naira menutup matanya, berusaha menikmati momen ini meski hatinya terasa berat. Sentuhan Bastian sudah berbeda, tidak lagi seperti dulu. Sekarang pria itu seakan memberikan label baru dalam sentuhannya—kasar, terburu-buru, seolah tidak ada kelembutan yang tersisa.“Akh! Om….” Dia menatap memelas ke Bastian.Nair
last updateLast Updated : 2024-08-20
Read more

126. Minta Jatah Bonus

“Kamu yang memaksaku begini, Nai….” bisik Bastian sambil melepas mantel kamarnya dan menampilkan tubuh atletis yang lekuknya tergambar jelas oleh pantulan cahaya bulan dari fitrase jendela balkon.Dalam kondisi perasaan yang kacau, Bastian yang awalnya hanya ingin memastikan Naira baik-baik saja di kamarnya, kini ada yang meletup di dalam dirinya.“Pokoknya kamu yang bikin aku gini, Nai….” Bastian seakan sedang merapalkan mantra pembelaan diri sambil dia merayap naik ke tempat tidur Naira.Dalam satu gerakan yang halus namun penuh kuasa, Bastian meraih pinggang Naira, memutar posisi miring tubuh Naira agar menghadap ke tubuhnya yang tegap menjulang di atas.Ada kehangatan yang memancar dari sentuhannya, sebuah panas yang tak hanya menyentuh kulit, tapi juga menyulut api dalam diri Bastian—api yang selama ini berusaha dia jaga agar tetap padam, tapi selalu gagal setiap dia melihat Naira."Cantik, kamu selalu cantik," suara Bastian terdengar seperti bisikan angin, rendah dan penuh miste
last updateLast Updated : 2024-08-20
Read more

127. Mencintaimu Bagaikan Mencintai Badai

“Mh… udah pagi….” Naira terbangun pada akhirnya.Pagi itu, sinar matahari masuk melalui celah-celah tirai tipis kamarnya, menyelimuti ruangan dengan cahaya lembut yang mengusir sisa-sisa malam.Naira terbangun dengan perasaan yang berbeda—lebih ringan, lebih hangat. Seluruh tubuhnya masih merasakan sisa-sisa kelembutan Bastian dari pertemuan intim mereka yang kedua di tengah malam.‘Om Tian… yang akhir-akhir ini dingin dan susah terjangkau, malam tadi kayak … nunjukin sisi yang lebih lembut, lebih hangat, sesuatu yang selama ini aku rindukan banget! Ya ampun… setiap sentuhan Om dan bisikan dia… kayak… kayak bawa harapan baru dalam hatiku, harapan yang selama ini aku kubur dalam-dalam karena takut. Astaga, ngapain aku jadi lebay gini, sih?’Naira memutar tubuhnya, berharap menemukan Bastian di sampingnya, masih terlelap dengan damai. Namun, yang dia temukan hanyalah ranjang yang dingin dan kosong.Rasa kecewa menyelinap cepat, tetapi dia segera mengenyahkan pikiran itu.‘Mungkin Om Tia
last updateLast Updated : 2024-08-20
Read more

128. Siapa yang Menciummu?

‘Si-siapa cewek itu?!’ batin Naira menjerit.Wanita yang mengecup bibir Bastan itu mengenakan gaun merah yang elegan, rambutnya berombak indah, dan kakinya sangat ramping indah disertai senyuman menawan saat dia berpamitan pergi ke Bastian.‘Yang… yang membuatku syok… Om Tian nerima gitu aja ciumannya! Di bibir!’ raung batin Naira.Bastian memang tidak menolak ciuman itu, dan hanya mengangguk pelan bersama senyum kecil di wajahnya. Senyum yang sama sekali berbeda dari yang pernah diberikan kepada Naira. Ada keintiman dalam senyum itu yang membuat darah Naira berdesir dingin.‘Gak… aku gak suka itu. Aku gak suka Om Tian gitu ama cewek lain.’Naira merasa seolah jantungnya baru saja berhenti berdetak. Dunia di sekitarnya tiba-tiba terasa berputar, dan dia harus berpegangan pada dinding di dekatnya untuk menjaga keseimbangan.Wanita tadi masuk ke mobil Bastian yang dikemudikan sopir, lalu meninggalkan Bastian yang tetap berdiri tenang, seolah tidak ada yang aneh dengan kejadian barusan.
last updateLast Updated : 2024-08-21
Read more

129. Titik Balik Perasaan Naira

“Jadi Om cuma mikir kayak gitu tentang kita… hiks!” Naira mundur dari meja kerja Bastian sambil dia berdiri dan menumpahkan isak tangisnya.Kata-kata Bastian tadi menghancurkan Naira sepenuhnya. Dia terdiam, tidak mampu berkata-kata lagi. Seluruh dunia seakan runtuh di sekitarnya, dan tidak ada yang bisa dia lakukan untuk menghentikannya.Rasa putus asa mulai menguasai dirinya, membuatnya merasa kecil dan tidak berarti. Dia ingin sekali berlari keluar dari ruangan itu, menjauh dari pria yang telah menghancurkan hatinya.Tetapi kakinya tidak bisa bergerak, seolah-olah mereka tertanam di lantai, dipaksa untuk tetap berada di hadapan pria yang telah mematahkan hatinya.Bastian yang tampaknya sudah kehilangan kesabaran, bangkit dari kursinya dan berjalan menuju pintu. "Aku keluar bentar."Naira hanya bisa menatap punggung Bastian ketika pria itu keluar dari ruangan, meninggalkannya sendirian dengan hatinya yang hancur.Ketika pintu tertutup di belakangnya, Naira merasa seluruh dunia menja
last updateLast Updated : 2024-08-21
Read more

130. Kenapa... Hamil?

‘Aku … aku masuk angin?’ pikir Naira usai dia muntah. ‘Kayaknya sih iya. Mungkin efek dari stres gara-gara Om Tian, atau bisa juga gara-gara kena gerimis barusan?’Dia memandang ke luar jendela, gerimis masih terus menitik ke bumi.“Uwokk!”Tetapi saat rasa mual itu terus berlanjut, Naira mulai merasa cemas. Dia menekan perutnya dengan hati-hati, berusaha mencari tahu apa yang sedang terjadi dalam tubuhnya.Firasat buruk mulai muncul di benaknya, membuat jantungnya berdetak lebih cepat. "Gak mungkin...." bisiknya pada diri sendiri, berusaha mengusir pikiran itu.Namun, semakin dia mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini hanya gejala biasa, perasaan takut itu semakin besar.Dalam hatinya, dia mulai menghitung hari-hari terakhirnya bersama Bastian, ‘Oke, kapan terakhir kali aku datang bulan? A-astaga… kenapa aku baru nyadar kalo aku… aku gak dapat di bulan kemarin?’Perhitungannya akan periode datang bulan terakhirnya membuat ketakutan itu semakin nyata.‘Gak! Gak bisa! Pokoknya gak bisa!’
last updateLast Updated : 2024-08-23
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status