All Chapters of Dalam Pelukan Sang Billionaire (Sean&Stella): Chapter 51 - Chapter 60

356 Chapters

Bab 51. Hanya Menginginkanmu

Malam kian larut. Deras hujan membasahi kota Jakarta. Sean melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Beberapa kali terdengar suara petir yang cukup besar namun tak menghentikan laju mobil Sean. Tampak Sean yang begitu tenang seolah mengabaikan suara petir itu. Sesaat Sean melirik arlojinya, waktu menunjukan hampir pukul dua belas malam. Ya, kesibukan Sean hari ini membuatnya mau tidak mau harus pulang terlambat.Tak lama kemudian, Sean memebelokan mobilnya memasuki halaman parkir rumahnya. Setelah memarkirkan mobilnya, Sean langsung turun dan melangkah masuk ke dalam rumah. Para pelayan dan penjaga yang melihat Sean datang, mereka langsung membungkukan badanya dan menyapa hormat pada Sean.“Apa istriku sudah tidur?” tanya Sean dingin pada pelayan yang berdiri di hadapannya.“Sudah, Tuan. Tadi nyonya saya lihat sudah tidur,” jawab sang pelayan.Sean mengangguk singkat. Kemudian melanjutkan langkahnya masuk ke dalam, menuju kamarnya.Saat tiba di kamar, benar saja apa yang dikatakan o
Read more

Bab 52. Karena Hanya Kau yang Mampu Meluluhkannya

Sean turun dari mobil, dia melempar kunci mobil ke pihak keamanan untuk memarkirkan mobilnya. Raut wajah dingin dan sorot mata tajam begitu terlihat jelas di iris mata cokelatnya. Bahkan saat banyak para karyawan yang menyapa saja diabaikan oleh Sean. Kini Sean melanjutkan langkahnya, menuju ruang kerjanya.“Tuan Sean.” Tomy, asisten Sean menundukan kepalanya. Menyapa dengan hormat kala Sean baru saja keluar dari lift pribadinya.“Di mana Aurora?” tanya Sean langsung tanpa basa basi. Sepasang mata tegas, layaknya mata elang yang begitu tajam.“Nona Aurora berada di ruang kerja anda, Tuan. Hari ini beliau datang lebih awal,” jawab Tomy.Tanpa lagi berucap, Sean melanjutkan langkahnya masuk ke dalam ruang kerjanya. Raut wajahnya begitu menunjukan kemarahan yang tak lagi bisa tertahan.“Aurora!” Suara Sean berteriak begitu menggelegar memasuki ruang kerjanya.“Sean?” Aurora terkejut kala Sean membentaknya. “K-Kau kenapa, Sean?” tanyanya kala melihat Sean mendekat ke arahnya.Sean mengger
Read more

Bab 53. Meminta Menjadi Romantis

Sean melonggarkan dasi yang mengikat lehernya. Dia sedikit memijat tengkuk lehernya kala merasakan sedikit lelah. Sesaat Sean melirik arloji—waktu menunjukan pukul sepuluh malam. Ya, dia masih belum pulang ke rumah karena banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan olehnya. Ketika Sean hendak membaca email masuk, tatapanya teralih pada dering ponsel. Sean langsung mengambil ponselnya dan menatap ke layar. Di sana tertera nomor Marsha, Ibunya yang tengah menghubunginya. Tanpa menunggu, Sean langsung menggeser tombol hijau. Sebelum kemudian meletakan ke telinganya.“Ada apa, Mom?” jawab Sean datar kala panggilan terhubung.“Sean, kenapa hari ini Mommy susah sekali menghubungimu?” seru Marsha kesal dari seberang sana.Sean mengembuskan napas kasar. “Maaf, hari ini aku sibuk dengan pekerjaanku. Aku baru saja kembali ke ruang kerjaku. Tadi ponsel aku tinggal di ruang kerjaku.”“Kau masih di kantor? Ini sudah malam, Sean!”“Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan, Mom.”“Astaga, Sean. Ka
Read more

Bab 54. Bertemu Wanita Aneh

Stella melangkah keluar dari kamar mandi, kini tubuhnya masih terbalut oleh bathrobe dan rambut yang masih dililit oleh handuk. Sesaat Stella mengedarkan pandanganya ke sekeliling, mencari keberadaan Sean. Namun, dia tidak menemukan suaminya itu.“Sean di mana?” guman Stella dengan nada sedikit kesal. Ya, hari ini Sean mengatakan akan menemaninya melihat kampus. Tidak mungkin suaminya itu berangkat ke kantor. Tapi jika bukan ke kantor, lalu Sean ke mana?“Sudahlah aku mengganti pakaianku lebih dulu saja.” Stella melangkah masuk menuju walk-in closetnya. Lebih baik baginya untuk bersiap-siap. Lagi pula Sean sudah berjanji akan menemaninya ke kampus. Tidak mungkin Sean mengingkari janjinya sendiri.Saat tiba di walk-in closet, Stella membuka lemari pakaiannya. Tampak berderet dress-dress indah tertata rapi di sana. Sungguh, tiap kali Stella berada di walk-in closetnya rasanya dia tidak percaya akan memiliki banyak barang mewah. Dulu, jika Stella ingin memiliki pakaian baru biasanya Stel
Read more

Bab 55. Ulang Tahun?

“Sean, apa hari ini kau akan ke kantor?” tanya Stella seraya menatap Sean yang tengah mengganti kaos yang basah akibat tumpahan minuman oleh seorang wanita tadi.“Aku harus ke kantor karena hari ini aku memiliki meeting dengan Hans Winoto dan Alesya Richards,” jawab Sean datar.“Alesya Richards?” ulang Stella yang tak asing dengan nama ‘Richards’“Mulai sekarang aku tidak lagi meeting dengan Aurora. Aku sudah meminta project kerja sama ini diurus oleh Alesya Richards. Adik kandung Aurora.” Sean menghidupkan mobil, lalu menginjak gas. Kemudian melajukan mobilnya meninggalkan halaman parkir Raffles Design Institute.Ya, sejak pertemuan terakhirnya dengan Aurora. Sean memutuskan untuk segera meminta Aurora tidak menangani project kerja sama. Ke depannya, Sean harus bertemu dengan Alesya, adik kandung Aurora. Sean tidak mau lagi berurusan membahas kerja sama dengan Aurora yang tidak bisa menyingkirkan masalah pribadi.Raut wajah Stella tampak bingung mendengar apa yang dikatakan oleh Sean
Read more

Bab 56. Bulan Madu Lagi?

“Selesai.” Stella tersenyum senang melihat masakan yang dia buat sudah tertata di atas meja makan. Ya, khusus hari ini Stella memasak cumi saos tiram dan udang bakar madu untuk Sean. Bahkan Stella tidak mengizinkan pelayan untuk membantunya dalam mengelola masakan. Pasalnya Stella ingin semua masakan dibuat oleh dirinya. Tanpa adanya bantuan dari siapa pun.Jujur, sebenarnya Stella tidak tahu apa makanan kesukaan Sean. Setiap hari Sean hanya memakan hidangan Italia, Perancis, atau barat yang disajikan pelayan. Hanya sesekali Sean dihidangkan masakan Indonesia. Yang Stella tahu, Sean cukup menyukai makanan pedas. Namun, pria itu tidak bisa memakan makanan yang terlalu pedas. Itu kenapa Stella memasak seafod dengan bumbu yang tidaklah pedas. Hanya menggunakan sambal matah yang dipadukan dengan udang bakar madu.“Nyonya,” Seorang pelayan melangkah mendekat ke arah Stella seraya membungkukan tubuhnya.“Ya? Ada apa?” Stella mengalihkan pandangannya pada pelayan yang berdiri di sampingnya.
Read more

Bab 57. Bertemu Lagi

“Sean, kenapa kau belum berangkat bekerja? Apa hari ini kau berangkat siang?” Stella melangkah keluar dari walk-in closet. Tubuhnya kini sudah terbalut oleh dress berwarna biru laut lengan pendek dan rambut hitamnya yang digerai indah.Sean yang tengah fokus pada iPad di tangannya, dia mengalihkan pandangan saat Stella sudah duduk di sampingnya. “Aku berangkat sebentar lagi. Kau ingin pergi?”Stella mengangguk. “Iya, Sean. Aku ingin ke mall, Sean. Aku mau membeli buku tentang fashion designer.”“Kau mau aku antar?” tanya Sean menawarkan seraya menatap Stella.“Tidak perlu, aku berangkat dengan sopir saja. Apa hari ini kau akan pulang terlambat?” Stella kembali bertanya memastikan.“Mungkin iya. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan sebelum kita pergi Kanada,” jawab Sean sembari mengusap lembut pipi Stella. “Kau jangan pulang malam. Sebelum aku pulang kau sudah harus di rumah.”Stella mengangguk. “Iya, Sean.”Ya, Stella sudah tidak lagi les Bahasa Inggris. Karena terakhir dia sudah l
Read more

Bab 58. Memilih Jujur

“Nyonya.” Seorang pelayan menghampiri Stella yang baru saja melangkah masuk ke dalam rumah.“Ada apa?” tanya Stella seraya menatap sang pelayan.“Nyonya, tadi Tuan Sean menelepon. Beliau bertanya kenapa ponsel Nyonya tidak aktif,” ujar sang pelayan dengan raut wajah sedikit cemas.Stella menghela napas dalam. “Ponsel dan dompetku hilang,” jawabnya dengan wajah yang mulai muram.Suara dering telepon rumah berbunyi. Dengan cepat sang pelayan langsung mengambil telepon tersebut dan menatap ke layar. Tertera nomor Sean di sana.“Nyonya, ini Tuan Sean menelepon lagi,” ujar sang pelayan seraya memberikan telepon pada Stella.“Kau pergilah. Biar aku yang menjawab telepon suamiku.” Stella berucap kala menerima telepon itu. Kini Sang pelayan menundukan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Stella.Stella mengatur napasnya sebentar, sebelum kemudian dia menerima telepon dan meletakannya ke telinganya.“Hallo, Sean?” sapa Stella saat panggilan terhubung.“Stella, kenapa ponselmu tidak ak
Read more

Bab 59. Belajar Berenang

Pelupuk mata Stella bergerak kala merasakan silau matahari menyentuh wajahnya. Stella menggeliat, mengerjapkan mata beberapa kali. Sesaat Stella mengedarkan pandangannya kala pagi sudah menyapa. Rasanya dia tertidur begitu pulas hingga tak menyadari bahwa hari sudah berganti.CeklekSuara pintu terbuka. Stella mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Seketika senyum di bibir Stella terukir melihat Sean melangkah masuk ke dalam seraya membawa nampan yang berisikan sarapan.“Sean? Kau dari mana?” tanya Stella saat Sean sudah tiba di hadapannya.“Aku mengambilkan sarapan untukmu.” San memberikan segelas susu hangat pada Stella. Kemudian Stella pun menerima dan meminumnya perlahan. Saat susu yang dia minum sudah hampir habis, Stella meletakan gelas yang di tangannya ke atas meja.“Makanlah ini.” Sean memberikan sandwich pada Stella. Pun Stella menerima sandwich itu dan memakannya perlahan.“Kenapa hanya aku yang sarapan, Sean? Kenapa kau tidak sarapan?” tanya Stella dengan tatapan lekat pa
Read more

Bab 60. Sean Tidak Pernah Bermain-main Dengan Wanita

Stella memijat pelan tengkuk lehernya kala baru saja selesai mempelajari tentang Fashion Designer. Ya, tadi Diandra, designer langganan ibu mertuanya membantu dirinya dalam mengenal dunia Fashion Designer. Jujur Stella memang masih belum begitu memahami. Ditambah sudah lama Stella tidak menggambar. Namun, Stella akan terus belajar. Paling tidak banyak hal yang Diandra beritahu padanya tentang dunia Fashion Designer.“Nyonya,” sapa seorang pelayan kala berpapasan dengan Stella.“Ya?” Stella mengalihkan pandangannya, menatap sang pelayan yang berdiri di hadapannya.“Nyonya, Tuan Sean sudah menunggu di ruang makan. Ini sudah jam makan siang, Nyonya,” ujar sang pelayan memberitahu.“Sudah jam makan siang?” Stella langsung mengalihkan pandangannya ke jam dinding—benar saja waktu menunjukan pukul dua belas siang. Bahkan Stella pun lupa kalau Sean hari ini bekerja di rumah. Terlalu fokus dengan materi pelajaran tentang Fashion Designer, dia sampai lupa waktu makan siang dan lupa kalau suamin
Read more
PREV
1
...
45678
...
36
DMCA.com Protection Status