Home / Romansa / Tuan Miliarder Mengejar Cinta Istri / Chapter 261 - Chapter 270

All Chapters of Tuan Miliarder Mengejar Cinta Istri: Chapter 261 - Chapter 270

349 Chapters

NS 68–Kami Merindukanmu

"Akhirnya … pulang juga," ucap Agatha yang saat ini sudah di rumah–lebih tepatnya di green house miliknya, pemberian Nail. Dia tersenyum lebar, berkeliling taman bunga sembari mengamati bunga-bunga kuning cantik. Bunga tersebut terasa indah karena senja. Agatha di sana ditemani oleh penjaga, sedangkan Nail lebih dulu ke kamar. Sagara sendiri, anak itu juga kembali ke kamarnya untuk mandi. "Ah, aku punya ide untuk lukisan yang akan dipamerkan saat festival akbar nanti. Kebetulan Festival seni kali ini temanya Bangsa Fairy," celetuk Agatha pelan, tersenyum senang karena menemukan ide untuk lukisannya saat melihat bunga krokot miliknya. Agatha mendekati bunga krokot tesebut lalu memetik batang yang merambat. Dia mengambil beberapa batang lalu ia rangkai membentuk mahkota. Saat melakukan itu, Agatha tak hentinya tersenyum–entah kenapa membayangkan dirinya dan Nail punya anak perempuan kemudian memasangkan mahkota dari bunga krokot tersebut pada putrinya. Tiba-tiba saja setangkai bung
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

NS 69–Cemburu Pada PIN

Kau-- menangis, Darling?" Agatha mengerjap beberapa kali kemudian dengan cepat menggelengkan kepala. "Tidak," jawabnya cepat dan terkesan gugup, "siapa yang menangis? Enggmm … itu-- mataku kering dan panas. Kalau dipejamkan akan berair. Aduh …," lanjut Agatha berbohong, tiba-tiba pura-pura sakit mata dengan mengedip-edipkan mata beberapa kali. 'Ck, bagaimana bisa dia tahu aku menangis? Padahal air matanya sudah kuhudap. Mon Treros … gabungan antara teliti dan cenayang.' batin Agatha, tersenyum kaku untuk meyakinkan Nail. Nail duduk di sebelah istrinya, mencondongkan tubuh ke arah Agatha. Nail memperhatikan mata Agatha, terlihat merah dan berair. Akan tetapi itu bukan karena sakit mata, melainkan menangis. Nail melayangkan tatapan tajam, membuat Agatha yang kikuk dan gugup seketika menampilkan cengiran. Agatha mundur dan meringsut ke kepala ranjang, terlalu takut oleh mata elang suaminya yang menghunus ke arahnya. Hingga tiba-tiba saja …-Sret' Nail dengan cepat mengambil handph
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more

NS 70– Kembali Ke Keluarga Karang

"Lalu kenapa kau kabur dan tak ingin kembali pada mereka?"Agatha mendongak, memperhatikan suaminya dengan lekat dan intens. Pria ini sangat mencintainya, Agatha harus percaya dan harus terbuka pada Nail. "Sewaktu kecil, Ayah dan Mama-- maksudku Kakek dan Nenek sangat memanjakanku. Mereka selalu menunjukan kasih sayang dengan kelembutan. Hingga ketika aku high school, aku mengatakan keinginanku untuk menjadi seorang pelukis. Ayah tiba-tiba marah dan begitu juga Mama. Setelah itu-- mereka sangat berubah. Tidak ada lagi kelemah lembutan dan hampir setiap hari aku dimarahi. Dulu, ketika nilaiku turun, Ayah tak pernah marah. Tetapi setelah itu, sedikit saja nilaiku turun, Ayah akan memukulku. Kupikir itu wajar karena aku sudah mulai beranjak dewasa dan mungkin Ayah mulai khawatir pada masa depanku. Tetapi … bahkan setelah aku mendapat nilai tertinggi dan lulus dengan peringkat pertama, Ayah tetapi tidak mengizinkanku menjadi pelukis. Kami bertengkar dan aku memilih keluar dari rumah. Ku
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more

NS 71–Sang Idola

"A-Agatha sayang, apa dia … pu-putramu dan Tuan Nail?" tanya Wulan gugup, akan tetapi menatap berseri-seri pada Sagara. Agatha menganggukkan kepala, tersenyum canggung pada neneknya. Waktu itu, Agatha sudah pernah mengatakan kalau dia telah memiliki anak dengan Nail. Akan tetapi nenek dan kakeknya tidak mempercayai ucapan Agatha. Setelah di ruang tamu, keadaan berubah kaku. Semua orang diam, termasuk Agatha yang tak tahu harus mengatakan apa. Nail sendiri, diam karena sedang mengamati istrinya yang saat ini terlihat kalem dan anggun. Agatha tak pecicilan seperti biasanya, Agatha juga tak banyka bicara. Sejak tadi, istrinya hanya tersenyum lembut–bak seorang putri kerajaan dengan keeleganannya. Sungguh ini istrinya? Si pengoceh yang tak bisa diam walau hanya lima detik saja? "Jika tak ada yang kalian ingin katakan, kami pulang," ancam Edward tiba-tiba, menatap datar pada orang tuanya. Wulan menatap penuh kerinduan pada putranya, menahan diri untuk tak menangis dan tak memeluk
last updateLast Updated : 2024-11-11
Read more

NS 72–Aku Salah Apa Mon Tresor

Agatha dan yang lainnya telah pulang dari rumah kediaman Karang. Dia cukup bete karena neneknya terus membicarakan Seline pada Agatha, dan Agatha tahu apa tujuan neneknya melakukan itu. Supaya Agatha setuju apabila papanya menikah dengan perempuan itu. "Aku tidak akan ke sana lagi," gumam Agatha pelan, berkata cukup kesal. Dia sedang di ruang keluarga, tengah bersantai. Setelah pulang dari kediaman Karang, Agatha berdiam diri di rumah. Sedangkan Nail dan Sagara pergi entah kemana. Ting'Tiba-tiba saja HP Agatha berbunyi, dia meraih handphone kemudian membukanya. Sebuah pesan masuk. [Halo, Agatha sayang. Perkenalkan, Tante Soraya Lora.]"Ck." Agatha berdecak malas, segera memblokir nomor tersebut. Neneknya kentara sekali ingin menjodohkan papanya dengan sora. Agatha tidak akan membiarkan. Apa akhirnya Agatha tertidur di sofa, terlalu memikirkan masalah neneknya. ***"Eungh …." Agatha mengerjap beberapa kali, terbangun dan dia sudah di kamar. Dia menoleh ke sekitar, mencari keber
last updateLast Updated : 2024-11-11
Read more

NS 73– Membuatmu Redup

Namun, tangan kekar milik daddynya lebih dulu menjangkau piring–menarik piring tersebut secara cepat ke depannya. "Milik Daddy!" dingin Nail pada Sagara, membuat anak itu menggembungkan pipi lalu memalingkan wajah secara kesal. Sagara berdecak tanpa sadar ketika memikirkan sesuatu. Daddy para temannya sangat baik dan manis, selalu mengalah serta mendahulukan anak-anak mereka. Tetapi kenapa daddynya berbeda? Maksudnya-- daddynya menganggapnya saingan. Daddynya tak mau berbagi apapun pemberian mommynya. Sagara rasa daddynya lebih kekanak-kanakan dibandingkan dirinya. "Mommy, Daddy teman Sagara sangat baik," ucap Sagara tiba-tiba, membuat Agatha menoleh cepat pada putranya. "Humm?" Agatha berdehem sembari menaikkan kedua alis, tak paham kenapa putranya mengatakan hal itu. Nail langsung meletakkan tablet di tangan lalu langsung menarik kursi Agatha supaya lebih dekat serta rapat dengannya. Setelah itu dia memeluk pinggang Agatha secara possesive. "Maksudmu bicara begitu apa?" ucap N
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more

NS 74–Jangan Merebutnya dari Putraku

Setelah mentraktir temannya, Agatha tak kembali ke galeri. Dia menemani Sandi yang ingin membeli hadiah pada adiknya–Kalisa. Hari ini adalah hari kasih sayang, Sandi berniat memberikan hadiah pada adiknya, satu-satunya keluarga Sandi di dunia ini. Agatha sendiri, bukan menemani sebenarnya. Tetapi dia juga ikut mencari hadiah untuk suaminya. "Aku sudah mendapatkan hadiah untuk adikku. Terimakasih sudah membantuku, Agatha," ucap Sandi, tersenyum lembut pada Agatha. "Sebenarnya aku juga ingin memberimu hadiah, bagaimanapun kamu sudah seperti saudara untukku dan Kalisa. Tetapi mengingat suamimu adakah … ekhmm-- mengerikan, aku cukup tak berani. Ahahaha … tetapi jika coklat seharusnya tak masalah bukan?" ucap Sandi, menyerahkan coklat untuk Agatha. Agatha meraih coklat tersebut dengan perasaan senang. "Terimakasih, Sandi." "Oh iya, aku belum menemukan hadiah yang cocok untuk Pak Nail. Kamu pulang lebih dulu saja, Sandi. Aku yakin Kalisa sudah menunggumu," ucap Agatha selanjutnya. "Aku
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more

NS 75–Yang Tak Berharga

Agatha memilih ke kamar mandi, mengurungkan niat karena takut mengganggu Nail. Pria itu duduk dengan memamgku laptop, sepertinya memang sibuk. Setelah selesai mandi, Agatha memberanikan diri mendekati Nail. Tak lupa dia membawa kado yang akan ia serahkan pada suaminya. "Mon Tresor," sapa Agatha manis dan seria, duduk di sebelah Nail yang masih sibuk dengan laptopnya. Nail sama sekali tidak menoleh dan tetap fokus pada laptop. Agatha sejujurnya tertohok dengan sikap Nail, akan tetapi dia berusaha positif thinking. Mungkin karena suaminya tengah serius. Agatha mengulurkan tangan untuk memijat pundak Nail. Siapa tahu jika dia memijat pundak suaminya, pria ini akan menyadari keberadaannya. Atau-- lelah Nail berkurang, diobati oleh pijatannya. Namun, tiba-tiba saja Nail berdecak cukup kesal, seketika itu juga Agatha menarik tangan dari pundak Nail–berhenti memijat pundak pria itu. Nail memang tak mengatakan jika Agatha mengusik karena pijatannya, Nail juga tak menatapnya. Tetapi dar
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more

NS 76–Kesedihan yang Sempurna

"Hah." Nail menghela napas, menatap Agatha yang tertidur pulas di atas sofa panjang–ruang lukis. Nail pikir Agatha meninggalkannya setelah kejadian tadi, ternyata Agatha masih di ruang lukis. Istrinya lebih memilih tidur di ruangan ini dibandingkan kembali ke kamar mereka. Nail mendekat ke arah Agatha, berjongkok di sebelah sofa–dekat wajah istrinya. Nail mengusap rambut sang istrinya, menatapnya sendu tetapi dengan rahang yang mengatup kuat. Gigi Nail bergemelutuk, tetapi dadanya panas melihat Agatha tidur di sini. Nail mendekatkan wajah ke arah kening Agatha. Cup' Dia mengecup kening Agatha, begitu kuat dan lama. Ada pancaran amarah di maniknya, tetapi ada pancaran kesedihan juga di sana. "Aku tidak ingin kau dekat pria manapun selain aku," ucap Nail pelan, meraih tubuh Agatha kemudian membawa perempuan itu ke kamar mereka. Nail menggendong Agatha secara bridal style. *** Agatha terbangun dan dia sudah dalam kamar. Jantungnya langsung berdebar kencang, tubuhnya seketi
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

NS 77–Dukungan Keluarga

Almira menatap lukisan putrinya yang telah rusak. Dia belum melihat karya Agatha secara langsung, hanya melihat dari foto–hasil kiriman asistennya semalam. Hari ini meskipun sibuk di kantor suaminya, tetapi Almira menyempatkan diri ke galeri untuk melihat lukisan putrinya secara langsung. Namun, lukisan tersebut telah rusak. Hati Almira meringis dan pedih melihat lukisan yang rusak tersebut. Sebagai seorang pelukis, dia sesak dan sedih. Namun, saat menatap putrinya, kesedihan itu semakin nyata Almira rasakan. Almira berjalan cepat mendekati Agatha, lalu langsung membawa putrinya dalam pelukannya. "Lukisanku … rusak, Maa …," cicit Agatha, menangis dalam pelukan mamanya. Almira mengusap surai putrinya secara lembut dan halus. "Mama melihatnya, dan Mama akan mencari siapa orang yang telah merusak karya Agatha. Jangan menangis, Sayang," lembut Agatha, berusaha menenangkan putrinya. Agatha memang menganggukkan kepala, tetapi air matanya terus jatuh. Hari ini begitu kacau, peras
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more
PREV
1
...
2526272829
...
35
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status