All Chapters of Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku: Chapter 11 - Chapter 20

56 Chapters

Identitas tersembunyi

Sudah jam satu malam. Nicholas baru saja menyelesaikan tugasnya. Ada banyak file yang perlu di bereskan segera. Kalau saja dia tidak menerima tantangan dari Papanya. Pasti dia tidak akan bekerja sekeras ini.Pria itu memijat pangkal hidung. Matanya cukup lelah karena beberapa jam terpapar layar laptop. Alisnya bertaut saat melihat Olivia tertidur di sofa.Nicholas menggeser kursi. Pandangannya fokus pada Olivia dan berusaha mengingat sesuatu. Entah mengapa dia seperti familiar dengan tatapan wanita itu.Bayangan seorang wanita yang sedang berlari di tengah hujan tergambar begitu samar di kepala NicholasTiba-tiba kepala Nicholas sakit saat ingatannya menghilang. Pria itu mengerang kesakitn dan membuat Oliva terbangun."Tuan," Olivia segera berlari dan menolong Nicholas.Nicholas mencengkram kepalanya kuat. Sebuah tombak seolah menancap dan menembus kepalanya. Olivia semakin panik melihat kondisi Nicholas yang berubah tiba-tiba.Untung saja di lantai bawah ada bodyguard Nicholas yang s
Read more

Terkuak

Olivia menyipitkan matanya, seberkas cahaya matahari memantulkan sinarnya lewat kaca di hadapannya.Wanita itu bangkit dari kasur. Kepalanya sangat berat. Baru saja dia terlelap tapi matahari sudah membuatnya terbangun.Dengan langkah malas Olivia beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi. Dia memutar kran, perlahan kucuran air hangat menyiram tubuhnya.Rasa lelah masih menyelimuti tubuhnya. Andai saja dia tidak di bebani tanggung jawab. Pasti dirinya akan meminta cuti."Huft, aku berjanji tidak akan pernah menyuruh semua karyawanku lembur lagi," ucap Olivia melangkah keluar kamar mandi.Di saat bersamaan ponselnya berdering kencang. Matanya membulat saat melihat nama yang tertera di layar. "Astaghfirullah, cepat sekali dia sadar." Olivia menggeser tombol hijau dan menempelkan benda pipih itu di telinga kanannya."Ke rumah sakit sekarang, ada banyak tugas yang harus kau kerjakan!" ucap Nicholas tegas."Tuan sudah sembuh!?" ucap Olivia dengan nada protes."Sepertinya kau amat bahagi
Read more

Salah sasaran

Mata Olivia terbuka lebar. Perlahan dia mundur teratur saat Nicholas semakin dekat dan mencondongkan tubuhnya ke arah Olivia. "Sepertinya kau ingin bermain denganku," ucap Nicholas lirih. Olivia meneguk liurnya. Wajah Nicholas terlihat sangat jelas dan menakutkan. Terlebih saat rahangnya terlihat mengeras, seolah menahan amarah besar. "Ti-dak Tuan, Saya tidak menyembunyikan apapun." Olivia menggelengkan kepalanya. "Oiya, lalu kenapa semua orang di perusahaan Soetedjo Grup sangat menghormatimu." Jemari Nicholas mulai bermain di rambut panjang Olivia yang tergerai. Kenapa pria di hadapannya tetap menyebalkan meskipun saat sakit seperti ini? Mungkinkah dia sudah mengetahui semuanya? Hidupnya hanya menunggu detik-detik terakhir kalau memang hal itu benar. Olivia yakin Nicholas tidak akan pernah memaafkannya bila dia tau semuanya. Olivia kau terlalu percaya diri untuk membodohi pria seperti Nicholas. Nicholas menggapit janggut lancip Olivia dan menariknya mendekat. Dua pasang
Read more

Start level

Olivia mengernyitkan mata. Kepalanya masih terasa pusing. Melihat apa yang ada dihadapannya sekarang, dia tau dimana dirinya berada. Ruangan dengan nuansa putih dan aroma obat-obatan yang menusuk. Sudah pasti ini ruang rawat.Dia melempar pandangan ke samping. Di sana ada seorang pria yang masih memakai pakaian pasien sedang tertidur di sofa. Olivia meraba lehernya karena terasa perih. Sepertinya ini akibat Tuan Tempramen yang saat ini sedang tertidur pulas tanpa rasa bersalah. Mata Olivia mulai berkaca.Dia sudah mengorbankan semuanya. Merubah total penampilan bahkan sampai identitas. Hal yang paling gila adalah, menjadi budak ranjang Tuan Tempramen itu.Kenapa balas dendamnya begitu sulit, dia hanya ingin melihat Kenzo dan Jalangnya itu menderita. Kenapa hal itu sangat sulit di wujudkan?"Kau sudah bangun?" tanya Nicholas melepar pandangan ke arah Olivia.Suara isakan Olivia membuatnya terbangun. Pria itu bangkit dan melangkah mendekati sekertarisnya itu. Karena dia semua masalah j
Read more

Tiba saatnya

Pagi yang cerah secerah harapan Olivia. Wanita itu baru saja bangun dari tidurnya. Saat ini lehernya sudah jauh lebih baik, begitupun suaranya. Olivia sudah siap memulai harinya. Kebaikan Nicholas kemarin membuatnya siap menjalani hidup, walau hatinya merasa janggal. Mengapa pria tempramen itu mendadak memberikan proyek yang sudah di batalkan padanya.Pria itu hampir saja membunuhnya dan hanya dalam hitungan menit dia bisa merubah semuanya. Semoga akan tetap seperti ini.Olivia janji pada dirinya sendiri tidak akan pernah menutupi rahasianya lagi. Toh Bos temperamennya itu sudah mengetahui alasannya. Dia hanya perlu bersikap manis pada orang dengan mood berganti dan setiap detik itu.Setelan jas elegan berwarna coklat begitu elegan membalut tubuhnya. Dia menenteng tas dan beberapa berkas lalu turun ke bawah. Seperti biasa, di ruang makan sebuah keluarga kecil sedang menantikan ke datangnya untuk sarapan."Kak Olivia mau kerja," sapa Gendis yang sudah siap berangkat ke sekolah.Tiga p
Read more

Level 1

Banyak pasang mata tertuju pada seorang wanita elegan yang melangkah memasuki kantor. Wanita lagi berjalan dengan anggun melewati beberapa karyana menuju lift."Dia kan Nona Olivia, kenapa kembali kemari?""Jangan bilang kejadian itu akan terulang lagi?""Hust, Jaga ucapan kalian. Kematian Tuan Soetedjo dan Nyonya Ningsih adalah kecelakaan,"Mendengar percakapan beberapa karyawan di belakangnya membuat Olivia sejenak menghentikan langkahnya. Sayangnya saat dia berbalik badan, karyawan itu sudah tidak ada.Olivia melanjutkan langkahnya masuk ke lift. Lift tersebut terbuka di lantai tiga, tempat di mana dia akan menghadiri rapat. Sebuah ruangan yang riuh mendadak sunyi saat Olivia membuka pintu. Mata Mereka terbelalak saat melihat kedatangan orang yang selama ini menghilang.Sebagian staff adalah orang kepercayaan keluarga Olivia yang berkhianat padanya. Hal itu membuat beberapa orang menunduk malu. Terlebih Olivia datang lima belas menit lebih awal.Bukan hanya staff, melainkan Presdi
Read more

Kotak rahasia

Olivia melangkah keluar ruang rapat dengan hati berbunga-bunga. Sungguh dia sangat bahagia, tidak menyangka perjuangannya akan terbayar tuntas.Semua beban yang mengganjal di dadanya menghilang seketika. Batu besar itu hancur berkeping-keping tidak tersisa. Senyum kemenangan terpancar indah di wajah cantiknya.Pintu lift terbuka. Olivia segera masuk dan memencet tombol satu. Lift itu terbuka saat mendarat di lantai bawah. Sekelebat orang yang dia kenal lewat di hadapannya."Tunggu!" teriak Olivia.Olivia lupa dengan nama orang tersebut. Tapi dia ingat pernah bertemu beberapa kali dengannya. Wanita paruh baya dengan peralatan bersih-bersih di tangannya itu menghentikan langkahnya sejenak lalu mempercepat langkahnya lagi."Nyonya tunggu," ulang Olivia.Olivia mempercepat langkahnya, tangannya melambung mencoba meraih pundak wanita itu tapi langkahnya terlalu cepat dan tidak bisa di gapai.Wanita itu menghilang tanpa jejak. Olivia segera mencari jalan lain. Dia tahu kemana wanita itu aka
Read more

Pesta makan malam

Mobil Nicholas berhenti di salah satu salon terkenal di kota tersebut. Pria dengan wajah tegas itu turun dari mobil.Olivia masih membatu melihat ini semua. Dia tidak menyangka kalau pria seperti Bosnya itu juga memperhatikan perawatan diri di salon."Turun!" suara bariton NIcholas membuyarkan lamunan Olivia.Sebelum Tuan besarnya itu semakin meledak, Olivia segera turun dan mengikuti langkah Nicholas. Mereka masuk ke ruangan dengan nuansa merah jambu tersebut.Aroma wewangian begitu memanjakan indra penciuan. Mata Olivia berbinar melihat pemandangan di hadapannya. Dulu dirinyahampir tidak pernah meletkan perawata tubuhnya.Namun sekarang ... Jangankan memikirkan perwatan badan. Untuk makan dan tidur saja a dapat dari belas kasihan seseorang.Mata berbinar itu berubah menjadi sedih mengingat betapa jauhnya roda hidup berbutar. Di kehidupan selanjutnya dia berjanji tidak akan pernah menghamburkan uang dan jahat pada orang.Dua pelayan salon menghampiri tamu yag baru saja datang. Mereka
Read more

Wanita lain

Musik klasik terdengar begitu indah. Lampu yang tadinya terang redup. Hanya satu lampu menyala menyorot ke arah tengah ruangan.Beberapa orang mulai berdansa dengan pasangan masing-masing. Semua terlihat begitu menguasai tiap gerakannya. Olivia terpukau melihat ini. Andai dulu saat pesta dia tidak fokus dengan miras. Pasti saat ini dia juga ikut berdansa.Nicholas meraih pinggang Olivia dan melangkah menuju lantai dansa. Sebisa mungkin Olivia menolak. Namun pria dingin itu semakin memaksa."Tuan, saya tidak bisa berdansa," ucap Olivia dengan wajah pucat."Bukankah kau putri tunggal Soetedjo Grup?" mata Nicholas memicing."Menurut anda setiap putri pemilik perusahaan harus bisa membuang waktu untuk berdansa?" jawab Olivia kesal."Ini termasuk tugas, jadi jangan buat aku malu dan memaksamu untuk membayar tagihan salon," sahut Nicholas tidak kalah kesal.Keduanya masuk di lantai dansa. Nicholas mulia mengayunkan kakinya dan tanpa sengaja menginjak kaki Olivia. Sakit, tapi wanita itu tida
Read more

Amarah pelakor

Oliva sudah siap dengan setelan jas yang membalut tubuhnya. Jas putih dengan kemeja merah jambu di bagian dalam membuat penampilannya begitu memukau."Kau cantik, kau kuat, kau akan memenagkannya semuanya pagi ini!" Olivia mengepalakan tangannya bersemangat.Hari ini dia akan menghadiri rapat di perusahaan Kenzo sekaligus hari pertamanya bertugas. Untuk tiga bulan kedepan Olivia akan mengawasi proyek Soetedjo Grup.Dengan riang wanita itu melangkah menuruni tangga. Tangannya membawa dua tas belanja yang amat besar. Untung saja semalam mall belum tutup saat dia pulang."Halo Sayang-Sayangku. Coba tebak Kakak bawa apa?" Olivia menenteng tas belanja dengan wajah riang. "Wah besar banget." Gendis tepuk tangan gembira, di susul oleh Boy."Ini untuk kalian, di buka nanti ya." Olivia mengulurkan tas tersebut. Kedua anak itu segera meraihnya dan berlarian menaiki tangga. Terdengar sorakan gembira dari keduanya."Selamat ya, akhirnya kamu kembali ke Soetedjo Grup," ucap Anton melempar senyu
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status