All Chapters of Pembalasan untuk Suami dan Sahabatku: Chapter 41 - Chapter 50

56 Chapters

Bangku penuh gelora

Nita memeluk Olivia. Meskipun dia terkejut dengan apa yang dia dengar. Dia yakin kalau wanita yang berada di depannya adalah orang baik. Ricky masih berdiri di belakang Olivia. Baru kali ini dirinya melihat pemandangan seperti ini."Apapun yang kau lakukan. Kau tetaplah putriku," ucap Nita membelai rambut panjang Olivia dan melepaskan pelukannya."Pergilah! Putraku sudah menunggumu. Aku yakin dia pasti sudah merubah keputusannya saat ini." Nita tersenyum lebar.Olivia hanya tersenyum kecut dan melangkah pergi mengikut langkah Ricky. Entah mengapa jantungnya berdegup kencang. Membayangkan Nicholas berdiri di hadapannya sebagai pengantin orang lain membuatnya sesak."Pak Ricky, bisa aku ke toilet sebentar," ucap Olivia.Hatinya tidak setegar itu. Kakinya mendadak lemas saat ini. Sekarang kabur adalah solusi tepat untuk masalahnya. Toh banyak orang yang sudah bertemu dengannya. Dengan begitu gosip kedekatannya dengan Nicholas bisa di tampik. Ricky tidak langsung menjawab. Dia menatap Ol
Read more

melepaskannya

Mobil hitam berhenti di perusahaan Soetedjo grup. Dua penumpang di bangku belakang tidak kunjung turun. Ricky hanya mampu menghela napas panjang. Posisi Olivia memang sulit saat ini."Bukankah kau bilang kita sudah tidak ada hubungan lagi, dan aku bisa berbuat apa yang aku mau?" Mata Olivia masih sembab."Aku melepaskan untuk perusahaan, bukan dengan tubuhmu." Nicholas menyulut api pada nikotin yang terselip di bibirnya."Egois," celetuk Olivia."Semua aku lakukan tidak sebanding dengan apa yang kau berikan. Jadi jangan seolah kau sangat menyedihkan di hadapanku," kekeh Nicholas."Aku menyesal telah percaya padamu sebelumnya. Andai saja waktu dapat di putar, aku tidak akan pernah membuka hatiku untukmu. Karena orang sepertimu tidak akan pernah bisa merasakan ketulusan," lanjut Olivia mulai membuka pintu mobil."Apa aku harus mengingatkan tentang tujuanmu mendekatiku?" Alis Nicholas bertaut."Tidak perlu, aku saja yang salah telah mencintaimu." Olivia turun dari mobil dan menutup pintu
Read more

Maafkan aku Paa

Mentari pagi mulai bersinar, Olivia baru saja membuka matanya. Dengan malas dia meraih benda pipih yang masih berbunyi nyaring.Jam masih menunjukkan pukul lima pagi. Masih sangat pagi untuk bersiap ke kantor. Olivia menggeser tombol off untuk mematikan alarm. Matanya tertuju pada jendela kamar yang belum tertutup dengan benar.Hembusan angin pagi yang dingin masuk lewat celah jendela. Olivia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya sementara tangan satunya meraih guling dan mendekapnya erat."Gara-gara pria gila itu aku sampai lupa menutup jendela," celetuk Olivia.Wanita tersebut meraih ponselnya kembali dan mulai berselancar di dunia maya. Bukannya mendapatkan semangat pagi, hatinya semakin pedih melihat kabar terbaru pagi ini.Semua berita tidak jauh dari pernikahan Nicholas dan Flora. Banyak sekali komentar yang mendoakan kebahagiaan mereka, hanya sedikit yang menghujat keduanya."Nicholas, pernahkah kau mencintaiku dengan tulus? Bukan hanya karena kenikmatan sesaat itu," ucap Oli
Read more

Iblis menyebalkan

Olivia mengayunkan sepeda sangat cepat. Tapi sungguh tidak mungkin jika dia akan tiba tepat waktu. Butuh paling cepat tiga puluh menit untuk mencapai perusahaan.Sebuah mobil menepi, mobil itu membunyikan klakson beberapa kali. Merasa asing dengan mobil tersebut Olivia tetap mengayunkan sepedanya dan melewati mobil tersebut.Mobil itu kembali melaju dan mengikuti Olivia dati belakang. Suara klakson masih begitu bising. Sesekali anak yang di bonceng Olivia menoleh kebelakang."Kak, sepertinya pemilik mobil itu mengenalmu." Anak di bangku belakang menepuk pundak Olivia."Oiya, dia pasti orang gila yang selalu menggoda wanita di jalan," acuh Olivia."Kak, kita tidak boleh memiliki prasangka buruk dulu pada seseorang," jawab anak tersebut."Memang tidak boleh, tapi kita juga harus jaga jarak dengan orang seperti itu. Kadang orang yang terlihat baik belum tentu baik, begitu sebaliknya." Olivia melambatkan kakinya saat mengayunkan sepeda.Bayangan seorang pria terlintas di kepala Olivia. Se
Read more

Saran Max

Mata Olivia membulat sempurna saat melihat pria dihadapannya. Ternyata benar, dia adalah pria sama yang selalu mengganggunya belakangan ini. "Nona Angel, sepertinya kau layak mendapatkan apresiasi. Kinerjamu jauh lemu baik dari atasanmu," Ardian tersenyum manis pada wanita yang duduk di hadapannya. Olivia menarik napas dalam. Sepertinya kedepannya hatinya serasa di dalam neraka. Dia tidak menyangka usahanya dari tadi malah jadi bumerang yang menusuknya. "Terima kasih atas kerja kerasmu, Angel. Karena Tuan Ardian menyukai kinerjamu, kau akan bertanggung jawab pada proyek ini. Selamat bertugas," ucap Olivia melempar senyum dan melangkah pergi. Mata Angel membulat, entah dia harus senang atau sedih. Di sisi lain dia bisa membuktikan pada dunia kalau dia bukan hanya wanita murahan. Tapi di sisi lain dia tidak rela untuk meninggalkan perusahaan ini. Ardian melempar senyum pada Angel sebelum pergi meninggalkan ruangan. Pria itu segera masuk ke dalam lift diikuti oleh enam orang lai
Read more

Tanda milikku

Olivia duduk di kuris besarnya. Matanya menyapu tiap sudut ruang. Pandangannya berhenti pada sebuh foto yang di bingkai rapi pada pigura yang terbuat dari kayu.Wanita itu bangkit dan meraih foto itu. Terukir senyum tipis di wajah cantiknya. Tanpa terasa buliran bening mulai terjun dari ujung mata.Olivia sangat bahagia bisa berada di posisi ini. Bukan hanya merebut kembali perusahaan Soetedjo Grup, bahkan saat ini dia bisa membuka mall baru di ibu kota.Sayang sekali saat ini dia berada jauh dengan orang yang paling berperan dalam perusahaan ini. Nicholas, meskipun di awal pertemuan sangat menyebalkan. Akan tetapi pria itu memberikan peran yang berarti."Aku juga sangat merindukan Tuan Soetedjo, aku yakin dia sangat bangga padamu," ucap seorang pria yang tiba-tiba masuk ke ruangan Olivia."Ya, Papa dan Mama sangat bangga padaku. Aku juga percaya meraka sangat bahagia saat ini karena melihat putri kesayangannya telah lepas dari ular yang menjeratnya," jawab Olivia sinis.Wanita itu m
Read more

kerinduan

Mobil yang membawa Olivia berhenti di sebuah restoran mewah bintang lima. Ricky segera turun dan membuka pintu mobil untuk sang Nona."Apakah semuanya baik-naik saja Pak?" tanya Olivia ragu."Semuanya baik-baik saja Nona, Nyonya besar hanya merindukan Anda," jawab Ricky sambil melempar senyum teduh.Olivia masih menatap pria tua itu penuh curiga. Bagaimana bisa Nyonya Nita mengadakan makan siang bersamanya, sedangkan ada orang yang lebih pantas darinya."Nona tidak perl khawatir. Saya yakin tidak akan ada hal buruk terjadi di dalam," ucap Ricky meyakinkan"Lalu Fora?" tanya Olivia ragu.Persis seperti yang di tebak. Wanita yang sok tidak peduli ini juga cemburu pada wanita yang secara tiba-tiba mengambil posisinya."Nona Flora memiliki kesibukan sendiri. Dia tidak bersama Nonya dan Tuan Nicholas," jawab Ricky.Senyum merekah mengembang di wajah cantiknya saat mendengar penjelasan Ricky. Olivia segera turun dari mobil dan merapikan penampilannya."Aku harap kau tidak berbohong padaku,"
Read more

Amarah yang terpendam

Olivia turun dari taxi. Wanita itu segera melangkah masuk ke dalam gedung megah yang sudah siap untuk beroperasi. Setiap ruangan di pisah oleh dinding kaca tebal. Pintunya juga terbuat dari kaca sehingga Olivia bisa melihat antusias para penjual.Tanpa terasa air mata Olivia menetes. Dia tidak percaya mimpinya akan terwujud. Ingatannya kembali ke lima belas tahun yang lalu. Saat itu dia masih kecil dan nakal."Papa, besok kalau aku besar aku akan membangun mall ku sendiri," ucap Olivia sambil menjilat es krim di tangannya."Oiya, apakah kau tidak puas dengan mall ini?" tanya Tuan Soetedjo."Tidak Paa, aku tidak mau uang Papa habis karena setiap hari kita ke Mall untuk membeli es krim," jawab Olivia polos.Soetedjo tidak percaya dengan ucapan putrinya. Ternyata anak manja seperti dia juga memikirkan uang. "Kau tidak perlu membangun Mall, kita hanya perlu bekerja keras untuk mendapatkan banyak uang untuk beli es krim," jawab Soetedjo meraih tubuh mungil Olivia dan menggendongnya."Pap
Read more

Cinta Flora

Seorang wanita cantik berkulit sawo matang lengkap dengan seragam baby sister nya melangkah memasuki sebuah kamar. Wanita itu membawa nampan yang berisi sarapan pagi dan segelas susu."Ayo bangun! Kau harus menyisihkan energi dan meminum obatmu," ucap Flora yang menaruh nampan itu di meja.Seorang pria masih menikmati selimut tebalnya. Matanya masih terpejam, wajahnya begitu tenang dan hanyut dalam mimpinya.Flora menyibak rambut ikal yang menutupi sebagian wajah tampannya. Wanita itu tersenyum manis. Jemarinya membelai lembut wajah yang di bingkai kumis tipis terawat itu."Sayang, bangun! Sudah waktunya," bisik Flora.Dengan malas pria yang tertidur itu membuka mata. Dia tersenyum tipis saat melihat wanita yang amat dicintainya.Tangan kekar menarik tubuh Flora dalam dekapan pria itu dan menarik selimut untuk menutupi keduanya. Terdengar tawa canda dari balik selimut tersebut."Nicholas, kamu nakal! Ayo bangun," ucap Fl
Read more

Perasaan Kenzo

Mobil Kenzo melaju melesat melewat jalanan ramai lancar ibu kota. Ujung matanya sesekali mencuri pandang ke sebelah. Melhat keadaan seorang wanita yang sedang menahan amarahnya.Angel menatap jauh ke langit senja yang terlihat indah saat ini. Di berusaha meredam amarahnya. Dia tau bahwa Kenzo hanya bermain-main dengan mantan istrinya. Namun, entah mengapa hatinya tetap diliputi rasa cemburu."Kau masih marah padaku?" tanya Kenzo lembut."Tidak," jawab Angel singkat.Wajahnya masih menatap jendela yang memperlihatkan pemandangan mege merah. Masih terlalu sakit untuk menatap wajah pria yang amat dia cintai.Cinta ... Apakah benar cinta sesakit ini? Setelah apa yang dirinya perbuat. Apakah Kenzo akan meninggalkannya sama dengan dia meninggalkan Olivia? Pertanyaan itu kembali menghantui pikirannya. Terlebih prilaku Kenzo terhadap Olivia tadi sangat natural. Sangat jauh jika di katakan sebuah sandiwara."Maafkan aku, aku tid
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status