Home / Romansa / Jodohku Ternyata Mantan Suamiku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Jodohku Ternyata Mantan Suamiku: Chapter 11 - Chapter 20

105 Chapters

Bab 11: Terkagum-kagum

Pagi itu, di sebuah butik mewah yang cukup terkenal di kota Washington, suasana begitu ramai dengan sibuknya para karyawan yang sibuk mengatur persiapan untuk pelanggan mereka.Steve dan Nora duduk di salah satu sofa, menunggu dengan sabar sang desainer mengambil gaun pengantin yang telah dipesan oleh Steve.“Kenapa gaunnya sudah selesai dibuat? Memangnya kamu sudah memesannya sejak lama?” tanya Nora kepada Steve, mencoba mencari tahu lebih lanjut tentang persiapan pernikahan mereka.Steve menghela napasnya sejenak sebelum menjawab, “Saat pernikahan pertama kita, aku memesannya di sini. Dulu, dia memberiku dua pilihan gaun yang berbeda. Dan aku memintanya untuk menyimpan satu gaunnya.”“Ah, begitu. Pantas saja gaunnya sudah selesai dibuat,” ujar Nora sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, memahami penjelasan Steve. Ia melirik ke arah Steve yang sedang sibuk mengetik sesuatu di ponselnya.Tak lama kemudian, ponsel Steve bergetar, menandakan adanya panggilan masuk. Ia segera menerima pan
last updateLast Updated : 2024-05-09
Read more

Bab 12: Masih Belum Memahami

"Heuh? Aku tidak mendengarmu, Steve. Suaramu terlalu kecil," ucap Nora dengan sedikit frustrasi, mencoba mengetahui apa yang dikatakan oleh calon suaminya itu.Steve menggelengkan kepalanya sambil merapikan dasi kupu-kupunya. Nora yang melihatnya lantas menyunggingkan bibirnya, merasa sedikit kesal karena Steve tampaknya tidak bersedia mengulangi perkataannya.Kedua mereka kembali ke dalam ruang ganti setelah mencoba gaun dan setelan tersebut, masing-masing sibuk dengan pikiran mereka sendiri.Mereka bertemu kembali di ruang tunggu. Nora mengambil tasnya dan berjalan di belakang Steve menuju pintu keluar butik."Ke mana lagi kita, Steve?" tanya Nora, mencoba mencari tahu rencana selanjutnya.Steve memakai kacamata hitamnya dan masuk ke dalam mobilnya tanpa menjawab pertanyaan Nora, membiarkan suasana hening.“Astaga, pria itu. Kalau bukan karena telah menolongku, sudah kulempar dia ke sungai yang penuh dengan buaya!” gerutu Nora kesal dalam hatinya, kesal dengan sikap Steve yang terkad
last updateLast Updated : 2024-05-09
Read more

Bab 13: Feeling Justin Tentang Nora dan Steve

“Tidak, tidak! Ini tidak mungkin,” ucapnya lirih, suaranya penuh dengan kekecewaan dan kebingungan. Dia merasa seperti sedang bermimpi buruk yang tidak bisa dia bangun.Helena merasa dunianya hancur saat melihat undangan pernikahan Steve dengan wanita lain.Tatapan matanya terpaku pada nama Steve dan Nora yang tertera di undangan tersebut. Dengan gemetar, dia menggelengkan kepalanya dengan tidak percaya.“Ada apa, Helena? Kenapa kamu teriak-teriak seperti itu?” suara lembut sang ayah, Robert, memotong keheningan yang tercipta akibat reaksi Helena yang mendramatisir.Helena menatap ayahnya dengan mata memohon bantuan. “Apa maksud dari semua ini, Ayah? Kau yang memberi tahuku jika Steve masih sendiri dan belum memiliki pasangan untuk menikah. Lantas, kenapa aku mendapat undangan pernikahan Steve?” ucapnya dengan suara bergetar, mencoba untuk menahan air mata yang ingin mengalir.Robert mengambil undangan dari tangan Helena, matanya terfokus pada tulisan yang tercetak di atas kertas terse
last updateLast Updated : 2024-05-10
Read more

Bab 14: Steve Semakin Sulit dipahami Nora

Nora dan Steve melangkah masuk ke dalam rumah lama mereka, tempat di mana masa lalu mereka bertaut dalam ikatan yang begitu rumit.Nora melihat sekeliling dengan rasa nostalgia yang mengalir dalam dirinya."Ah! Akhirnya aku bisa tinggal di rumah ini lagi. Aku dan rumah ini memang tidak dapat dipisahkan," ucap Nora dengan senyumnya yang hangat, matanya berbinar seperti mengingat kembali semua kenangan indah yang mereka bagikan di sana.Steve, yang mendengar kata-kata Nora, hanya tersenyum tipis sambil memutar bola matanya dengan gerakan yang hampir tidak terlihat.Ada sentuhan ironi di sudut bibirnya saat ia merenung tentang bagaimana rumah itu pernah menjadi saksi bisu dari segala drama kehidupan mereka.Nora melangkah dengan langkah ringan menuju kamarnya, merasakan getaran emosi yang mengalir begitu kuat di dalam dinding-dinding rumah itu.Ia merindukan setiap sudutnya, setiap memorinya, dan segala hal yang pernah terjadi di sana.Steve menggelengkan kepala kecil dengan ekspresi camp
last updateLast Updated : 2024-05-11
Read more

Bab 15: Abaikan saja

Dalam suasana malam yang tenang, suara langkah Brandon menghiasi lorong rumah yang telah menjadi saksi bisu dari berbagai kisah hidup.Nora, yang sedang sibuk merapikan beberapa dokumen di ruang tamu, menoleh ke arah Brandon yang tiba-tiba muncul di hadapannya.Senyum ramah terukir di wajahnya saat menyambut kedatangan tamu tersebut."Selamat malam, Nona," sapa Brandon dengan ramah, matanya memancarkan kehangatan saat bertemu dengan Nora.Nora mengangkat sedikit alisnya, sedikit terkejut namun tetap menyambut dengan senyum. "Selamat malam, Tuan Brandon. Apakah Anda ingin bertemu dengan Steve?" tanyanya, mencoba mengarahkan Brandon ke tempat yang tepat.Brandon mengangguk mantap. "Ya. Ada banyak hal yang ingin beliau sampaikan pada saya. Terutama tentang pernikahan kalian. Ah! Jadi di sini, Tuan Steve menyembunyikan kamu, Nona," ucap Brandon dengan sedikit candaan, mencoba mengurai ketegangan di udara.Nora meringis pelan, teringat akan masa-masa tersembunyi di dalam rumah itu. "Ya. Ste
last updateLast Updated : 2024-05-11
Read more

Bab 16: Tidak Salah Memilihmu

Dengan langkah yang mantap dan penuh tekad, Helena memasuki kantor Steve. Ekspresi wajahnya mencerminkan ketegangan yang meluap-luap, seolah menandakan bahwa ia memiliki sesuatu yang sangat penting untuk disampaikan."Brandon? Apa maksudmu, tidak menjawab teleponku?" tanya Helena dengan suara yang tajam, matanya menatap penuh penuntut kepada Brandon yang sedang berada di sana.Brandon menoleh ke arah Helena, mencoba menahan diri dari kilatan tatapan tajam yang dilemparkannya."Maafkan saya, Nona Helena. Saya sedang sibuk," jawabnya dengan suara yang tenang, namun tetap penuh dengan rasa hormat.Namun, Helena tidak terima dengan jawaban singkat itu. "Di mana Steve? Aku tahu, kau sengaja mengabaikan panggilanku karena titah Steve, kan? Kalau begitu, aku ingin bicara dengannya sekarang juga!" ucapnya dengan nada yang meninggi, kekesalan yang membara terlihat jelas di wajahnya.Brandon merasa tertekan oleh desakan Helena, namun ia tetap berusaha menjaga sikap profesionalnya."Maaf, Nona He
last updateLast Updated : 2024-05-12
Read more

Bab 17: Panggilan dari Shopia

Nora mengerjap-ngerjapkan matanya dengan terkejut mendengar ucapan tulus dari Steve. Kata-kata itu terdengar begitu jelas dan tulus, membuat hati Nora terasa hangat.Namun, sebelum ia sempat menanggapi, wajah Steve sudah berbalik, seolah tidak mau berlama-lama menatapnya.“Lupakan,” ucap Steve dengan nada yang agak kasar, memutuskan percakapan yang baru saja dimulai.Nora menghela napasnya dalam-dalam, mencoba menahan perasaan yang berkecamuk di dalam dadanya."Meskipun aku tidak tahu itu ungkapan tulus atau memang kamu sudah malas mencari pasangan, aku tidak peduli, Steve. Tapi, aku tahu kau orang yang tulus dan setia," ucapnya dengan suara yang lembut, mencoba menenangkan suasana.Steve menoleh pelan ke arah Nora, tatapan matanya penuh dengan pertimbangan. “Kau selalu memuji semua lelaki rupanya, ya. Kemarin, Paman Axel kau puji-puji. Sekarang, aku yang kau puji. Murahan sekali mulutmu itu,” balas Steve dengan nada yang sedikit cemburu, mencoba menyamarkan perasaannya.Nora merasakan
last updateLast Updated : 2024-05-13
Read more

Bab 18: Bagaimana Jika Dia Membunuhmu?

Nora merasa getir saat menerima panggilan dari ibunya. Setelah percakapan yang tidak memuaskan, ia memilih untuk menghubungi Sophia lagi, berharap untuk menyelesaikan masalah dengan kedamaian.Namun, kekecewaannya hanya semakin besar ketika ia mendapati bahwa nomor ibunya tidak aktif.“Ck! Kenapa nomornya malah tidak aktif?” gumam Nora dengan nada kesal, menutup teleponnya dengan kecewa. Ia menghela napas panjang, merasa frustasi dengan situasi yang sedang dihadapinya.“Apakah uang Ibu sudah habis? Oh! Aku benar-benar hanya dijadikan sapi perah oleh ibuku sendiri,” ucap Nora dengan nada penuh kekecewaan, merasa seakan-akan tidak dihargai oleh orang yang seharusnya menyayanginya.Dengan perasaan yang berat, Nora memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Ia mengambil langkah perlahan-lahan menuju meja rias di sudut kamar, duduk dengan wajah yang murung.“Aku harus melepas perhiasan dulu sebelum bertemu ibuku. Dia akan mengambilnya, dan Steve akan marah padaku karena sudah memberikan perhiasa
last updateLast Updated : 2024-05-14
Read more

Bab 19: Mencintaiku?

Nora mengerutkan keningnya, mencoba mencerna ucapan Shopia yang begitu mengejutkan. “Helena, maksudmu?” tanya Nora, mencoba menghubungkan titik-titik yang ada dalam pikirannya.Shopia mengangguk kencang, matanya penuh dengan kekhawatiran. “Aku tidak tahu dari mana dia mendapatkan informasi itu, Nora. Tapi, ini sungguh mengkhawatirkan. Dia menyebutkan namamu dan Steve di sana. Tapi, bukankah orang yang membelimu saat itu bernama Brandon? Ingatanku masih jelas tentang hal itu.”Nora menelan ludah dengan berat, mendengarkan penjelasan ibunya. “Steve mengambilku dari Brandon. Ibu, kau salah paham. Aku dan Steve sudah memiliki hubungan sejak lama. Hanya saja, kita terpaksa terpisah karena ulah ibu yang selalu menjualku!” ucapnya dengan tegas, berusaha menjelaskan situasi yang sebenarnya.“What? Jadi, kau dan pria itu benar-benar memiliki hubungan?” tanya Shopia, raut wajahnya menunjukkan kekesalan pada anaknya.Nora menghela napas panjang, merasa kelelahan dengan pembicaraan ini. “Karena ak
last updateLast Updated : 2024-05-14
Read more

Bab 20: Hari Pernikahan

Hari yang dinantikan akhirnya tiba. Hari pernikahan Steve dan Nora. Di dalam gereja yang megah, mereka berdiri di altar, saling memandang dengan penuh perasaan. Steve memandang Nora dengan kagum.‘Wanita ini memang benar-benar cantik,’ puji Steve dalam hatinya.Nora menelan salivanya, mencoba meredakan kegugupan dalam dirinya. Berdiri di altar untuk kedua kalinya dengan orang yang sama, namun tetap saja meninggalkan perasaan yang mendebarkan hatinya.Ia merasakan tatapan penuh cinta dari Steve yang membuatnya semakin gugup.“Apa kau gugup? Padahal kita sudah pernah berdiri di sini beberapa bulan yang lalu,” kata Steve pelan, suaranya lembut di tengah suasana yang khidmat.“Ya, aku tahu. Hanya saja, rasa gugup itu tetap ada. Dulu, hanya kita berdua. Sekarang, banyak sekali tamu yang datang kemari untuk melihat pernikahan kita,” jawab Nora dengan suara bergetar, matanya melirik ke arah para tamu yang memenuhi gereja.Steve menghela napas dan menggenggam tangan Nora lebih erat. Saat itu,
last updateLast Updated : 2024-05-15
Read more
PREV
123456
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status