Home / Romansa / Jodohku Ternyata Mantan Suamiku / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Jodohku Ternyata Mantan Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40

105 Chapters

Bab 31: Foto Pernikahan Pertama yang Misterius

"Anak? Hanya itu yang kau inginkan dariku, Steve?" tanya Nora, suaranya terdengar bingung.Steve mengangguk dengan tegas. "Ya. Dengan kau memiliki anak denganku, maka kau akan bergantung padaku. Dan aku menginginkan itu. Aku ingin kau hanya membutuhkanku, bukan orang lain."Nora menganga mendengar jawabannya, terkejut dengan kejujuran yang egois dari suaminya. "Bagaimana mungkin seorang Steve yang gagah dan tampan ini, yang disegani banyak orang, ingin membuatku terobsesi dan bergantung padanya? Ck, ck, ck!"Steve mendekat, ekspresinya tetap tenang dan tak tergoyahkan. "Sudahlah, jangan banyak bicara. Turuti saja apa kataku, Nora."Nora menghela napas panjang, merasa sedikit lelah dengan percakapan ini. "Baiklah, baiklah. Sudah malam, Steve. Kau tidak ingin tidur? Aku lelah sekali, dan mataku juga sudah mengantuk."Steve tersenyum tipis, menghampiri Nora lalu mencium keningnya dengan lembut. "Tidurlah. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku. Sebentar lagi Brandon kemari."Nora mengerutka
last updateLast Updated : 2024-05-27
Read more

Bab 32: Henry ingin Bertemu dengan Nora

Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi. Sinar matahari yang hangat memasuki ruangan melalui jendela, memberikan suasana pagi yang cerah di rumah mereka.Nora duduk di meja makan, melirik ke arah Steve yang tengah menikmati sarapan yang telah disiapkan oleh ART mereka. Ia tampak berpikir dalam diam, matanya memperhatikan setiap gerakan suaminya.Steve, yang merasakan tatapan istrinya, menaikkan alisnya dan menatap balik. “Ada apa, Nora? Ada yang ingin kau tanyakan?” tanyanya dengan nada lembut namun penuh perhatian.Nora menggeleng pelan, mencoba menutupi kegugupannya. “Tidak. Tidak ada. Oh! Ada.”“Apa? Katakan saja,” dorong Steve dengan sabar.Nora menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berbicara. “Hari ini … apakah kau sangat sibuk? Eum! Maksudku, kau akan pulang jam berapa? Agar aku tidak perlu menunggumu jika nanti kau pulang larut malam.”Steve meletakkan sendoknya sejenak, menatap Nora dengan serius. “Terkadang jadwal yang sudah dibuat Brandon pun tidak menentu, Nora. Namun, a
last updateLast Updated : 2024-05-28
Read more

Bab 33: Perasaan Tak Karuan Nora

Saat jam makan siang tiba, Nora tiba di depan gedung kantor milik suaminya—Steve. “Urusan Henry nanti saja. Yang paling penting saat ini adalah memberikan makan siang untuk Steve,” gumamnya sembari melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung tersebut.“Selamat datang, Nyonya Nora,” sapa sang penjaga di sana dengan senyum ramah.Nora mengangguk dengan senyum manis di bibirnya. Ia memasuki lift menuju ruang kerja Steve. Rasa tidak sabar menggelitik hatinya, ingin segera memberikan makan siang buatannya untuk suaminya tercinta.“Aku harap kau menyukainya, Steve,” gumam Nora, membayangkan senyum puas di wajah suaminya.Sampai akhirnya, ia tiba di depan ruang kerja Steve. Ia mengetuk pintu lalu masuk ke dalam setelah mendengar suara suaminya yang mempersilakan masuk.“Hi, Steve. Apakah aku mengganggumu?” tanya Nora dengan lembut, menatap suaminya dengan penuh kasih.“Tentu saja tidak, Nora. Aku sudah menanti kedatanganmu,” jawab Steve dengan senyum hangat.Nora membalas senyum suaminya deng
last updateLast Updated : 2024-05-28
Read more

Bab 34: Usul yang Mencengangkan

Brandon tertawa mendengar pertanyaan Nora tadi. “Apa kau serius bertanya seperti itu, Nona?”Nora mengangguk ragu. “Kenapa kamu malah tertawa? Padahal aku bertanya serius, Brandon.”“Ya, aku tahu, Nona. Hanya saja, pertanyaanmu membuatku bingung kemudian ingin tertawa. Tapi, maaf karena telah mentertawakan pertanyaanmu, Nona. Aku akan beri tahu satu hal padamu.”Nora sudah bersiap mendengarkan Brandon, yang mungkin lebih tahu Steve daripada dirinya.Brandon menghela napas panjang. “Tuan Steve adalah adik kelasku. Hanya saja, dia tidak mengenalku. Hingga akhirnya aku bekerja di sini, menjadi asisten pribadinya dan juga asisten ibunya.”Nora mengerutkan kening. “Ibunya?”“Ya. Pemilik perusahaan ini adalah ibunya. Ayahnya memiliki perusahaan lain, namun tidak sebesar perusahaan ini. Dan Nyonya Luna tidak mau memiliki anak lagi karena Tuan Steve seorang laki-laki yang bisa meneruskan perusahaannya.”Brandon menatap lekat wajah Nora. “Tuan Justin memiliki dua orang putra dengan istri laman
last updateLast Updated : 2024-05-29
Read more

Bab 35: Dia sangat Mencintaimu

“Apa? Kau gila?! Mana mungkin aku membiarkan istriku bekerja. Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu bekerja apalagi di perusahaanku.” Steve tampak sangat marah dan frustasi. Kata-katanya keluar dengan nada yang tegas dan hampir berteriak.Nora menatap suaminya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Dia sudah tahu Steve akan menolak usulnya, tetapi dia tidak menyangka reaksi Steve akan sekeras ini.Lily, staff asisten Steve, sudah memutuskan untuk berhenti bekerja, dan Nora merasa ini adalah kesempatan baik untuk mengisi kekosongan itu.“Tapi, Steve ….” Nora beranjak dari duduknya, menatap Steve dengan raut wajah memelasnya."Setidaknya sampai aku punya anak. Supaya aku tidak jenuh juga karena setiap hari yang kulihat hanya rumah, taman dan sebagainya. Tolonglah, Steve. Aku mohon. Aku bisa mengerjakan apa saja."Steve memutar matanya dengan frustasi. “Kau tahu? Aku ini seorang murid yang pintar. Bahkan nilai saat aku kuliah pun sangat baik. Kau tidak percaya? Kau bisa mengakses website prib
last updateLast Updated : 2024-05-29
Read more

Bab 36: Aku akan Datang

Helena, dengan langkah yang penuh semangat dan determinasi, menerobos masuk ke ruang kerja Justin.Ruangan itu terbenam dalam bayangan senja yang memancar melalui jendela besar di belakang meja kerjanya.Justin duduk di kursinya, dikelilingi oleh tumpukan kertas dan buku yang berserakan, tanda keputusasaan yang tak pernah ingin diakuinya."Paman!" teriak Helena dengan nada yang mengandung campuran frustrasi dan kekecewaan. Mata Helena menyorot tajam, seolah ingin menembus pertahanan terakhir pamannya itu."Sampai saat ini kau belum juga melakukan sesuatu. Apa kau sudah menyerah? Kau sudah tidak menginginkan harta milik istrimu itu?"Justin mengangkat pandangannya perlahan dari tumpukan dokumen di hadapannya, wajahnya menyiratkan kelelahan yang mendalam namun tetap ada kilatan licik dalam tatapannya.Suara Helena yang lantang memantul di dinding ruangan, membawa serta amarah yang telah lama dipendam.Dia mendekat ke meja, mempersempit jarak di antara mereka, seakan menuntut jawaban sec
last updateLast Updated : 2024-05-30
Read more

Bab 37: Pilihan yang Tepat

Di ruang kerja yang dipenuhi cahaya lembut dari jendela besar, Brandon keluar dengan langkah mantap, membawa pesan dari sang majikan.Cahaya matahari sore yang hangat menyusup melalui tirai, membelai permukaan meja yang penuh dengan tumpukan kertas dan berkas-berkas pekerjaan.Di seberang ruangan, Nora tengah asyik menatap layar komputernya, tenggelam dalam rutinitas yang menuntut."Nora. Tuan Steve memanggilmu," kata Brandon dengan suara yang tegas namun penuh hormat, menghentikan sejenak kesibukan Nora.Nora menoleh, mengangguk pelan. "Baik. Terima kasih, Brandon," jawabnya sambil bangkit dari duduknya. Ia melangkah dengan anggun menuju ruang kerja sang suami, meninggalkan jejak keharuman parfum yang lembut di setiap langkahnya.Setibanya di ruang kerja Steve, ia menemukan suaminya sedang memeriksa beberapa dokumen dengan seksama. "Kau memanggilku?" tanya Nora, suaranya tenang namun penuh dengan rasa ingin tahu.Steve mengangkat pandangannya dan mengangguk pelan. "Nanti malam, Ibu me
last updateLast Updated : 2024-05-31
Read more

Bab 38: Kau sudah jadi yang Terbaik

Di tengah kilauan permata dan gemerlap perhiasan yang dipajang indah, Nora tengah sibuk memilih perhiasan yang sempurna untuk dipakai dalam pertemuan dengan mertuanya nanti malam.Suara gemerincing halus terdengar ketika pelayan toko dengan hati-hati menata berbagai pilihan perhiasan di hadapannya.Namun, suasana tenang itu segera terganggu oleh suara langkah yang mendekat dengan mantap, membawa serta aura ketegangan yang tak terelakkan."Sepertinya kau memang memiliki niat terselubung," suara itu, penuh dengan nada sinis, memecah keheningan.Nora menoleh pelan ke arah sumber suara, matanya menyipit sejenak sebelum mengenali sosok yang berdiri di hadapannya. Ia menaikkan alisnya, terkejut namun segera kembali tenang."Helena?"Helena, dengan ekspresi penuh keangkuhan, tersenyum tipis. "Hm! Rupanya kau mengenalku."Nora menghela napas panjang, mencoba menjaga ketenangannya di tengah ketegangan yang mulai terasa. "Aku kemari karena diundang makan malam oleh mertuaku. Karena Steve sibuk
last updateLast Updated : 2024-05-31
Read more

Bab 39: Yang Diberikan Luna pada Nora

Waktu sudah menunjuk angka delapan malam, membawa udara malam yang sejuk dan damai ke kediaman Luna yang megah dan elegan.Lampu-lampu kristal berpendar lembut, menyinari halaman rumah yang luas dengan nuansa hangat. Steve dan Nora melangkah masuk, disambut aroma masakan yang menguar dari dapur, menggugah selera."Selamat malam, Ibu. Terima kasih telah mengundangku makan malam di sini bersamamu," kata Nora dengan senyum tulus, menyapa Luna yang anggun berdiri di ambang pintu."Menantuku yang cantik, semakin hari kau semakin mempesona, hm? Apakah kau sangat bahagia, bisa bersama dengan anakku?" Luna mengulas senyum penuh kehangatan, matanya bersinar lembut memandangi Nora."Ah, Ibu. Ya! Aku sangat bahagia menjadi istri Steve. Dia sangat mencintaiku dan aku bersyukur memilikinya," balas Nora, matanya berbinar saat menyebut nama suaminya.Luna menggandeng tangan Nora, mengajaknya masuk ke dalam rumah yang menjulang dengan kemegahan klasik.Lukisan-lukisan berbingkai emas dan karpet Persia
last updateLast Updated : 2024-06-04
Read more

Bab 40: Ternyata Pesta Temannya?

Hampir dua jam lamanya mereka berada di kediaman Luna, menikmati malam yang penuh kenangan dan kehangatan.Saat jarum jam mulai mendekati angka sepuluh, Steve dan Nora akhirnya memutuskan untuk pulang.Rumah mereka yang nyaman menyambut dengan keheningan malam yang tenang, memberi mereka ruang untuk merenung dan berbagi.Di kamar tidur, Nora duduk di tepi tempat tidur, menatap kalung berlian itu dengan saksama. Kilauan cahayanya memantul di matanya, membuatnya terpesona dan sekaligus khawatir. Saat Steve masuk ke kamar, ia menoleh dan bertanya, "Steve, apa kau tahu harga dari kalung ini?”Steve tersenyum kecil, matanya memancarkan kehangatan. "Seharga kapal pesiar mewah," jawabnya santai.Nora terperangah, matanya membesar karena terkejut. "Mahal sekali," ucapnya dengan pelan, hampir berbisik."Aku jadi takut memakainya, Steve," lanjutnya, kegelisahan terpancar dari nada suaranya.Steve menghampiri Nora, duduk di sampingnya, dan menggenggam tangan istrinya dengan lembut. "Kau bisa mem
last updateLast Updated : 2024-06-04
Read more
PREV
123456
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status