Brandon tertawa mendengar pertanyaan Nora tadi. “Apa kau serius bertanya seperti itu, Nona?”Nora mengangguk ragu. “Kenapa kamu malah tertawa? Padahal aku bertanya serius, Brandon.”“Ya, aku tahu, Nona. Hanya saja, pertanyaanmu membuatku bingung kemudian ingin tertawa. Tapi, maaf karena telah mentertawakan pertanyaanmu, Nona. Aku akan beri tahu satu hal padamu.”Nora sudah bersiap mendengarkan Brandon, yang mungkin lebih tahu Steve daripada dirinya.Brandon menghela napas panjang. “Tuan Steve adalah adik kelasku. Hanya saja, dia tidak mengenalku. Hingga akhirnya aku bekerja di sini, menjadi asisten pribadinya dan juga asisten ibunya.”Nora mengerutkan kening. “Ibunya?”“Ya. Pemilik perusahaan ini adalah ibunya. Ayahnya memiliki perusahaan lain, namun tidak sebesar perusahaan ini. Dan Nyonya Luna tidak mau memiliki anak lagi karena Tuan Steve seorang laki-laki yang bisa meneruskan perusahaannya.”Brandon menatap lekat wajah Nora. “Tuan Justin memiliki dua orang putra dengan istri laman
“Apa? Kau gila?! Mana mungkin aku membiarkan istriku bekerja. Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu bekerja apalagi di perusahaanku.” Steve tampak sangat marah dan frustasi. Kata-katanya keluar dengan nada yang tegas dan hampir berteriak.Nora menatap suaminya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Dia sudah tahu Steve akan menolak usulnya, tetapi dia tidak menyangka reaksi Steve akan sekeras ini.Lily, staff asisten Steve, sudah memutuskan untuk berhenti bekerja, dan Nora merasa ini adalah kesempatan baik untuk mengisi kekosongan itu.“Tapi, Steve ….” Nora beranjak dari duduknya, menatap Steve dengan raut wajah memelasnya."Setidaknya sampai aku punya anak. Supaya aku tidak jenuh juga karena setiap hari yang kulihat hanya rumah, taman dan sebagainya. Tolonglah, Steve. Aku mohon. Aku bisa mengerjakan apa saja."Steve memutar matanya dengan frustasi. “Kau tahu? Aku ini seorang murid yang pintar. Bahkan nilai saat aku kuliah pun sangat baik. Kau tidak percaya? Kau bisa mengakses website prib
Helena, dengan langkah yang penuh semangat dan determinasi, menerobos masuk ke ruang kerja Justin.Ruangan itu terbenam dalam bayangan senja yang memancar melalui jendela besar di belakang meja kerjanya.Justin duduk di kursinya, dikelilingi oleh tumpukan kertas dan buku yang berserakan, tanda keputusasaan yang tak pernah ingin diakuinya."Paman!" teriak Helena dengan nada yang mengandung campuran frustrasi dan kekecewaan. Mata Helena menyorot tajam, seolah ingin menembus pertahanan terakhir pamannya itu."Sampai saat ini kau belum juga melakukan sesuatu. Apa kau sudah menyerah? Kau sudah tidak menginginkan harta milik istrimu itu?"Justin mengangkat pandangannya perlahan dari tumpukan dokumen di hadapannya, wajahnya menyiratkan kelelahan yang mendalam namun tetap ada kilatan licik dalam tatapannya.Suara Helena yang lantang memantul di dinding ruangan, membawa serta amarah yang telah lama dipendam.Dia mendekat ke meja, mempersempit jarak di antara mereka, seakan menuntut jawaban sec
Di ruang kerja yang dipenuhi cahaya lembut dari jendela besar, Brandon keluar dengan langkah mantap, membawa pesan dari sang majikan.Cahaya matahari sore yang hangat menyusup melalui tirai, membelai permukaan meja yang penuh dengan tumpukan kertas dan berkas-berkas pekerjaan.Di seberang ruangan, Nora tengah asyik menatap layar komputernya, tenggelam dalam rutinitas yang menuntut."Nora. Tuan Steve memanggilmu," kata Brandon dengan suara yang tegas namun penuh hormat, menghentikan sejenak kesibukan Nora.Nora menoleh, mengangguk pelan. "Baik. Terima kasih, Brandon," jawabnya sambil bangkit dari duduknya. Ia melangkah dengan anggun menuju ruang kerja sang suami, meninggalkan jejak keharuman parfum yang lembut di setiap langkahnya.Setibanya di ruang kerja Steve, ia menemukan suaminya sedang memeriksa beberapa dokumen dengan seksama. "Kau memanggilku?" tanya Nora, suaranya tenang namun penuh dengan rasa ingin tahu.Steve mengangkat pandangannya dan mengangguk pelan. "Nanti malam, Ibu me
Di tengah kilauan permata dan gemerlap perhiasan yang dipajang indah, Nora tengah sibuk memilih perhiasan yang sempurna untuk dipakai dalam pertemuan dengan mertuanya nanti malam.Suara gemerincing halus terdengar ketika pelayan toko dengan hati-hati menata berbagai pilihan perhiasan di hadapannya.Namun, suasana tenang itu segera terganggu oleh suara langkah yang mendekat dengan mantap, membawa serta aura ketegangan yang tak terelakkan."Sepertinya kau memang memiliki niat terselubung," suara itu, penuh dengan nada sinis, memecah keheningan.Nora menoleh pelan ke arah sumber suara, matanya menyipit sejenak sebelum mengenali sosok yang berdiri di hadapannya. Ia menaikkan alisnya, terkejut namun segera kembali tenang."Helena?"Helena, dengan ekspresi penuh keangkuhan, tersenyum tipis. "Hm! Rupanya kau mengenalku."Nora menghela napas panjang, mencoba menjaga ketenangannya di tengah ketegangan yang mulai terasa. "Aku kemari karena diundang makan malam oleh mertuaku. Karena Steve sibuk
Waktu sudah menunjuk angka delapan malam, membawa udara malam yang sejuk dan damai ke kediaman Luna yang megah dan elegan.Lampu-lampu kristal berpendar lembut, menyinari halaman rumah yang luas dengan nuansa hangat. Steve dan Nora melangkah masuk, disambut aroma masakan yang menguar dari dapur, menggugah selera."Selamat malam, Ibu. Terima kasih telah mengundangku makan malam di sini bersamamu," kata Nora dengan senyum tulus, menyapa Luna yang anggun berdiri di ambang pintu."Menantuku yang cantik, semakin hari kau semakin mempesona, hm? Apakah kau sangat bahagia, bisa bersama dengan anakku?" Luna mengulas senyum penuh kehangatan, matanya bersinar lembut memandangi Nora."Ah, Ibu. Ya! Aku sangat bahagia menjadi istri Steve. Dia sangat mencintaiku dan aku bersyukur memilikinya," balas Nora, matanya berbinar saat menyebut nama suaminya.Luna menggandeng tangan Nora, mengajaknya masuk ke dalam rumah yang menjulang dengan kemegahan klasik.Lukisan-lukisan berbingkai emas dan karpet Persia
Hampir dua jam lamanya mereka berada di kediaman Luna, menikmati malam yang penuh kenangan dan kehangatan.Saat jarum jam mulai mendekati angka sepuluh, Steve dan Nora akhirnya memutuskan untuk pulang.Rumah mereka yang nyaman menyambut dengan keheningan malam yang tenang, memberi mereka ruang untuk merenung dan berbagi.Di kamar tidur, Nora duduk di tepi tempat tidur, menatap kalung berlian itu dengan saksama. Kilauan cahayanya memantul di matanya, membuatnya terpesona dan sekaligus khawatir. Saat Steve masuk ke kamar, ia menoleh dan bertanya, "Steve, apa kau tahu harga dari kalung ini?”Steve tersenyum kecil, matanya memancarkan kehangatan. "Seharga kapal pesiar mewah," jawabnya santai.Nora terperangah, matanya membesar karena terkejut. "Mahal sekali," ucapnya dengan pelan, hampir berbisik."Aku jadi takut memakainya, Steve," lanjutnya, kegelisahan terpancar dari nada suaranya.Steve menghampiri Nora, duduk di sampingnya, dan menggenggam tangan istrinya dengan lembut. "Kau bisa mem
Malam itu masih panjang, dan suasana pesta di hotel mewah terasa semakin meriah.Nora dan Steve menikmati malam di tengah gemerlap cahaya, bersama dengan Edward, sang pemilik pesta yang tampak sangat bersemangat.Musik yang mengalun lembut diiringi dengan suara gelak tawa dan percakapan hangat para tamu."Nora, aku harus menemui orang itu dulu. Ada yang ingin aku bicarakan dengannya," ucap Steve dengan suara rendah namun tegas, tatapan matanya menunjukkan keseriusan.Nora mengangguk dengan senyum lembut. "Baik, Steve. Jangan terlalu lama."Edward, yang berdiri di samping mereka, tersenyum manis dan berkata, "Tenang saja, Nora. Aku tidak akan menggigitmu."Nora hanya meringis kecil, merasa sedikit canggung. Steve menatap Edward seolah memberikan peringatan agar tidak macam-macam dengan istrinya. Edward, menyadari tatapan itu, hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum simpul.Steve melangkah menghampiri Arthur—orang yang memiliki banyak informasi yang bisa Steve gali.“Oh, Steve. Akhi
Sinar matahari Yunani yang lembut menyelinap melalui tirai kamar mereka, membangunkan Nora dan Steve dari tidur yang tenang.Mereka berdua bangun dengan senyum di wajah, merasakan kehangatan pagi dan kebahagiaan yang memenuhi hati mereka.Steve, dengan tatapan penuh cinta, menatap Nora yang masih berbaring di tempat tidur. "Selamat pagi, sayang. Bagaimana tidurmu?" tanyanya dengan suara lembut.Nora tersenyum, mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Steve. "Tidurku nyenyak, suamiku. Bangun di tempat yang indah ini bersamamu adalah kebahagiaan tersendiri."Steve mengangkat Nora dari tempat tidur dengan lembut, lalu memimpin menuju kamar mandi. "Bagaimana kalau kita memulai hari ini dengan mandi bersama?" katanya sambil tersenyum nakal.Nora tersipu, tapi tak bisa menolak pesona Steve. Dia mengikuti suaminya, merasa antusias untuk mengawali hari dengan cara yang intim dan penuh cinta.Di bawah pancuran air hangat, mereka berbagi momen keintiman yang penuh kasih. Air mengalir melewati t
Di bawah langit Yunani yang biru cerah, di mana langit bertemu laut dalam nuansa biru yang tak terlukiskan, Nora berdiri di tepi pantai dengan mata berbinar, menikmati setiap detik momen yang berharga ini.Angin laut berbisik lembut, mengibaskan rambutnya yang panjang dan halus. Steve, yang berdiri di sampingnya, memandangnya dengan senyum penuh kasih sayang."Nora," katanya lembut, suaranya membawa nada penuh kehangatan yang hanya bisa muncul dari cinta yang mendalam. "Selamat ulang tahun. Aku ingin kamu tahu betapa berartinya kamu bagiku."Nora menoleh, matanya bertemu dengan tatapan penuh cinta Steve. Dia terdiam sejenak, merasakan kebahagiaan yang menggelora dalam hatinya, seperti ombak yang memecah di pantai."Steve, ini terlalu indah. Aku tak pernah membayangkan bisa berada di sini, di Yunani. Ini seperti mimpi."Steve tersenyum, menarik Nora lebih dekat dalam pelukannya. "Aku ingin memberikanmu segalanya, Nora. Semua yang bisa membuatmu bahagia. Karena itu adalah yang paling pe
“Woah!”Di bawah langit yang memerah saat matahari mulai tenggelam, Nora dan Steve akhirnya tiba di The Wharf Skyline Views.Tempat itu memancarkan keindahan yang memukau, seolah-olah alam dan kemewahan berpadu dalam harmoni yang sempurna.Pemandangan laut yang luas terbentang, dengan perahu-perahu yang tampak kecil dari kejauhan, membingkai pemandangan kota yang gemerlap di malam hari.“Steve … tempat ini indah sekali.”Dekorasi di dalam ruangan privat yang mereka tempati tidak kalah memukau. Lilin-lilin yang berkerlap-kerlip menghiasi setiap sudut, dan bunga-bunga segar yang tertata rapi menambah kehangatan suasana.Aroma bunga yang lembut bercampur dengan udara laut yang segar, menciptakan suasana yang begitu menenangkan.Nora mengagumi keindahan dekorasi tersebut, menyadari bahwa semua ini telah diatur dengan sangat hati-hati.“Kau menyukainya, hm?” tanya Steve dengan tangan melingkar di pinggang Nora.Wanita itu mengangguk antusias. “Ya. Aku sangat menyukainya, Steve!”Brandon, s
Dua hari kemudian, suasana di ruang rapat pimpinan di kantor Steve terasa tegang namun penuh harapan.Para eksekutif dan pemegang saham utama telah berkumpul untuk membahas masa depan EIF Group, perusahaan yang sahamnya terguncang setelah skandal yang melibatkan Jemmy, mantan pemegang saham mayoritas.Steve, duduk di ujung meja dengan Brandon di sisinya, memulai pertemuan dengan nada serius."Kita semua tahu kondisi saham EIF Group saat ini sangat tidak stabil," ujarnya, memandang para pemegang saham yang hadir. "Jemmy telah meninggalkan perusahaan dalam situasi yang sulit, dan para investor menantikan solusi dari kita."Mike, kepala bagian keuangan, mengangguk setuju. "Benar, saham perusahaan terus menurun karena tidak ada yang memegang kendali. Para investor berharap penuh pada Anda, Tuan Steve, untuk mengambil alih dan membawa perusahaan kembali stabil."Steve mengangguk, wajahnya menunjukkan ketegasan. "Saya siap mengambil alih saham tersebut, tapi dengan syarat saya mendapatkan 7
Di sebuah restoran yang penuh dengan nuansa keanggunan dan keindahan, Steve memandang istrinya, Nora, yang sedang melamun sejak tadi.Matanya terfokus pada sesuatu yang jauh, seolah pikirannya berkelana ke tempat yang tak dapat dijangkau oleh siapa pun kecuali dirinya sendiri.Steve, yang selalu peka terhadap perasaan Nora, memanggilnya dengan lembut, "Sayang, ada yang mengusik pikiranmu?"Nora tersadar dari lamunannya, menggeleng pelan dan tersenyum. "Tidak ada, Steve. Aku hanya menikmati suasana restoran ini. Tempat ini benar-benar indah dan nyaman," jawabnya dengan suara lembut, mencoba mengalihkan perhatian Steve.Meskipun tersenyum, hati Nora sedikit terganggu. Ada sesuatu yang ia harapkan dari Steve, sesuatu yang seharusnya datang sebentar lagi."Apakah kau sedang memberiku kejutan di sini?" tanyanya dengan nada penuh harap, matanya bersinar dengan ekspektasi.Steve terkekeh pelan, menyadari harapan di mata istrinya. "Kejutan, huh? Tidak ada, Sayang. Aku hanya ingin membawamu ma
"Biarkan kuasa hukumku yang menjelaskan. Kau tinggal tanda tangan saja surat cerai itu untuk diproses di pengadilan,” kata Luna dengan nada tegas.Justin menoleh ke arah Federick yang sudah siap menjelaskan alasan Luna ingin menggugat cerai Justin. Pria itu tersenyum miring, lantas membuka kacamata dan menaruhnya di atas meja berlapis kaca."Jadi, kau ingin berpisah denganku karena Steve sudah tahu semuanya tentang masa lalu kita? Bukankah kau sendiri yang memutuskan untuk selingkuh denganku? Kau sendiri yang bilang jika Frank terlalu sibuk sampai melupakanmu?" tanya Justin, suaranya terdengar penuh ejekan.Luna menghela napas panjang. “Saat itu aku memang bodoh dan egois. Dan mencintaimu adalah hal yang paling aku sesali seumur hidupku. Kau pikir aku bahagia menikah denganmu?“Tentu saja tidak, Justin! Kau hanya ingin mencari keuntungan dariku. Seharusnya aku mendengarkan permintaan anakku untuk tidak menikah lagi. Tapi, karena aku terlena oleh bujuk rayumu, aku mengabaikan anakku se
Jacob, anak kedua Justin, duduk di sofa empuk di depan ayahnya. Matanya terpaku pada layar televisi yang menayangkan berita tentang rencana Steve untuk mengambil alih saham EIF Group. Wajahnya menunjukkan ketidakpuasan yang dalam.“Kau terlalu lambat bergerak, Ayah. Pria itu sudah semakin bersinar, apalagi jika dia benar-benar mengambil alih EIF Group. Namanya akan semakin besar dan tentunya semakin sulit untuk dikuasai,” ujar Jacob dengan nada tajam.Justin menoleh, menatap anak keduanya dengan pandangan penuh penyesalan dan frustrasi. “Steve memang sulit dijangkau, Jacob. Bahkan dia bisa tahu pergerakan musuhnya meski dia sedang berada di ujung dunia. Otaknya terlalu jenius, sama seperti mendiang ayahnya.”Jacob menghela napas panjang, matanya masih terpaku pada layar televisi. “Ya. Tapi, soal cinta, dia sangat lemah. Kau bisa memanfaatkan istrinya untuk menjatuhkan Steve dan mendapatkan apa yang kau mau. Bukan malah menjodohkan dia dengan Helena.”Justin menghela napas kasar menden
Rapat hari itu berlangsung di ruang konferensi megah yang terletak di lantai tertinggi gedung EIF Group. Dari jendela besar yang mengelilingi ruangan, terlihat pemandangan kota yang sibuk, namun suasana di dalam ruangan jauh lebih tegang dan serius.Steve dan Brandon, berpakaian rapi dalam setelan formal, berjalan masuk dengan langkah mantap. Mereka disambut oleh jajaran pemilik saham EIF Group yang sudah menunggu dengan penuh harap.Ketika semua sudah mengambil tempat, John, salah satu pemilik saham senior, membuka rapat dengan nada yang tegas namun penuh kekhawatiran."Terima kasih atas kehadiran kalian, Tuan Steve. Seperti yang sudah Anda ketahui, situasi EIF Group saat ini cukup sulit karena pemilik utamanya, Jemmy, telah dipenjara. Namun, kami tidak ingin membubarkan bisnis ini. Kami percaya bahwa dengan manajemen yang tepat, EIF Group masih memiliki potensi besar untuk berkembang."Brandon mengangguk, sementara Steve tetap tenang, menunggu penjelasan lebih lanjut. John melanjutk
Satu bulan kemudian ….Steve menatap layar televisinya di ruang kerja. Menatapnya dengan tatapan tajamnya sembari melipat tangan di dadanya.‘Pada hari ini, Jemmy, seorang pengusaha terkemuka yang dikenal karena kepemilikan perusahaan besar di sektor teknologi, telah ditangkap oleh Unit Khusus Kepolisian atas tuduhan serius termasuk penggelapan dana, perdagangan narkoba, dan operasi bisnis ilegal.’‘Penangkapan dramatis terjadi di apartemen mewah milik Jemmy di pusat kota Washington. Dalam serangkaian penggerebekan yang cermat, petugas berhasil mengamankan bukti yang menghubungkan Jemmy dengan serangkaian kegiatan ilegal yang melibatkan dana perusahaan yang tidak sah, serta jaringan perdagangan narkoba yang luas.’ ‘Kami telah melakukan penyelidikan intensif terhadap Jemmy selama beberapa bulan terakhir, dan hari ini kami berhasil menangkapnya dengan bukti yang cukup kuat untuk menuntutnya di pengadilan. ‘Selain itu, kami juga menemukan barang bukti berupa narkoba dan dokumen-dokumen