Hmm! Steve mulai terlihat benih-benih cinta nih, wkwk
Nora mengerjap-ngerjapkan matanya dengan terkejut mendengar ucapan tulus dari Steve. Kata-kata itu terdengar begitu jelas dan tulus, membuat hati Nora terasa hangat.Namun, sebelum ia sempat menanggapi, wajah Steve sudah berbalik, seolah tidak mau berlama-lama menatapnya.“Lupakan,” ucap Steve dengan nada yang agak kasar, memutuskan percakapan yang baru saja dimulai.Nora menghela napasnya dalam-dalam, mencoba menahan perasaan yang berkecamuk di dalam dadanya."Meskipun aku tidak tahu itu ungkapan tulus atau memang kamu sudah malas mencari pasangan, aku tidak peduli, Steve. Tapi, aku tahu kau orang yang tulus dan setia," ucapnya dengan suara yang lembut, mencoba menenangkan suasana.Steve menoleh pelan ke arah Nora, tatapan matanya penuh dengan pertimbangan. “Kau selalu memuji semua lelaki rupanya, ya. Kemarin, Paman Axel kau puji-puji. Sekarang, aku yang kau puji. Murahan sekali mulutmu itu,” balas Steve dengan nada yang sedikit cemburu, mencoba menyamarkan perasaannya.Nora merasakan
Nora merasa getir saat menerima panggilan dari ibunya. Setelah percakapan yang tidak memuaskan, ia memilih untuk menghubungi Sophia lagi, berharap untuk menyelesaikan masalah dengan kedamaian.Namun, kekecewaannya hanya semakin besar ketika ia mendapati bahwa nomor ibunya tidak aktif.“Ck! Kenapa nomornya malah tidak aktif?” gumam Nora dengan nada kesal, menutup teleponnya dengan kecewa. Ia menghela napas panjang, merasa frustasi dengan situasi yang sedang dihadapinya.“Apakah uang Ibu sudah habis? Oh! Aku benar-benar hanya dijadikan sapi perah oleh ibuku sendiri,” ucap Nora dengan nada penuh kekecewaan, merasa seakan-akan tidak dihargai oleh orang yang seharusnya menyayanginya.Dengan perasaan yang berat, Nora memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Ia mengambil langkah perlahan-lahan menuju meja rias di sudut kamar, duduk dengan wajah yang murung.“Aku harus melepas perhiasan dulu sebelum bertemu ibuku. Dia akan mengambilnya, dan Steve akan marah padaku karena sudah memberikan perhiasa
Nora mengerutkan keningnya, mencoba mencerna ucapan Shopia yang begitu mengejutkan. “Helena, maksudmu?” tanya Nora, mencoba menghubungkan titik-titik yang ada dalam pikirannya.Shopia mengangguk kencang, matanya penuh dengan kekhawatiran. “Aku tidak tahu dari mana dia mendapatkan informasi itu, Nora. Tapi, ini sungguh mengkhawatirkan. Dia menyebutkan namamu dan Steve di sana. Tapi, bukankah orang yang membelimu saat itu bernama Brandon? Ingatanku masih jelas tentang hal itu.”Nora menelan ludah dengan berat, mendengarkan penjelasan ibunya. “Steve mengambilku dari Brandon. Ibu, kau salah paham. Aku dan Steve sudah memiliki hubungan sejak lama. Hanya saja, kita terpaksa terpisah karena ulah ibu yang selalu menjualku!” ucapnya dengan tegas, berusaha menjelaskan situasi yang sebenarnya.“What? Jadi, kau dan pria itu benar-benar memiliki hubungan?” tanya Shopia, raut wajahnya menunjukkan kekesalan pada anaknya.Nora menghela napas panjang, merasa kelelahan dengan pembicaraan ini. “Karena ak
Hari yang dinantikan akhirnya tiba. Hari pernikahan Steve dan Nora. Di dalam gereja yang megah, mereka berdiri di altar, saling memandang dengan penuh perasaan. Steve memandang Nora dengan kagum.‘Wanita ini memang benar-benar cantik,’ puji Steve dalam hatinya.Nora menelan salivanya, mencoba meredakan kegugupan dalam dirinya. Berdiri di altar untuk kedua kalinya dengan orang yang sama, namun tetap saja meninggalkan perasaan yang mendebarkan hatinya.Ia merasakan tatapan penuh cinta dari Steve yang membuatnya semakin gugup.“Apa kau gugup? Padahal kita sudah pernah berdiri di sini beberapa bulan yang lalu,” kata Steve pelan, suaranya lembut di tengah suasana yang khidmat.“Ya, aku tahu. Hanya saja, rasa gugup itu tetap ada. Dulu, hanya kita berdua. Sekarang, banyak sekali tamu yang datang kemari untuk melihat pernikahan kita,” jawab Nora dengan suara bergetar, matanya melirik ke arah para tamu yang memenuhi gereja.Steve menghela napas dan menggenggam tangan Nora lebih erat. Saat itu,
Malam harinya, setelah pesta selesai, Justin segera menghampiri Steve setelah semua tamu pergi.“Steve. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Hanya berdua,” katanya sambil melirik ke arah Nora yang berdiri di samping Steve.Lelaki itu merenggangkan genggaman tangannya di tangan Nora. “Kau masuk dulu. Aku tidak akan lama,” ucap Steve meminta agar Nora memasuki kamar hotel mereka.Nora mengangguk dan langsung masuk ke dalam kamar yang telah disediakan untuk mereka sebagai pengantin baru. Setelah Nora menghilang dari pandangan, Steve menatap Justin dengan tatapan tanya. “Ada apa, Ayah?”Justin menghela napas panjang seraya menatap lekat wajah Steve. “Apa kau yakin dengan keputusanmu itu, Steve? Semua orang penasaran dengan Nora. Siapa wanita itu, dari mana kau bertemu dengannya. Aku tak ingin reputasimu hancur jika mereka tahu yang sebenarnya.”Steve menaikkan alisnya, menatap ayah tirinya dengan curiga. “Itu artinya kau tahu siapa istriku?” tanyanya dengan nada dingin.Justin menoleh ke
Nora menggelengkan kepalanya dengan cepat saat suaminya bertanya demikian. "Tidak, aku tidak memikirkan apa pun," jawabnya kemudian.Steve menaikkan alisnya, tatapannya penuh kecurigaan. "Apa kau yakin?" tanyanya meyakinkan.Nora mengangguk cepat, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. "Ya. Aku yakin, aku sudah mengantuk, Steve. Aku ingin tidur. Sebaiknya kau juga tidur. Selamat ma—"Namun sebelum ia bisa menyelesaikan kalimatnya, Steve menarik pinggang Nora hingga membuat wanita itu menempel pada dadanya. Nora terkejut dan menganga menatap Steve yang menopang tubuhnya seraya menatapnya intens."Steve. Apa yang kau lakukan?" tanya Nora gugup, suara bergetar."Mungkin dulu kau berhasil lari dari malam pertama di pernikahan kita," ucap Steve dengan nada yang lebih rendah dan penuh tekad. "Namun, kali ini aku tidak akan membiarkanmu lolos, Nora."Mata Nora mendadak membesar mendengar ucapan Steve. "A—apa maksudmu, Steve? Aku tidak mengerti, sungguh," kata Nora sambil berpura-pura menunju
Nora benar-benar mati kutu karena ulah suaminya itu. "A—apakah harus malam ini, Steve?" tanyanya dengan pelan, hampir seperti bisikan.Steve mengangguk tegas. "Ya. Aku tidak mau menunggu terlalu lama lagi. Kau sudah menjadi milikku lagi, maka aku berhak atasmu yang ada dalam diri kamu."Nora menelan salivanya kembali. Tangan Steve masih menggenggam tangannya, menciptakan perasaan campur aduk dalam dirinya.Sementara dirinya masih bingung harus memulainya dari mana, pikirannya berputar-putar mencari ketenangan."Aku harap kau berhati-hati, Steve. Aku masih gadis. Aku belum memiliki pengalaman sedikit pun tentang bercinta," ucap Nora dengan jujur, matanya menatap Steve dengan penuh keraguan.Steve menyunggingkan senyum, menganggukkan kepalanya dengan penuh pengertian. "Tak perlu takut, Nora," ucapnya lembut, lalu mengusapi sisi wajah Nora dengan sentuhan yang penuh kasih."Tentu saja aku akan memberikan pengalaman yang menarik, yang akan membuatmu terbang melayang lalu memintanya lagi da
Waktu sudah menunjukkan angka tujuh pagi. Nora membuka matanya setelah semalaman tidur dengan pulas.Ia menoleh ke samping, melihat Steve yang masih memejamkan matanya dengan tangan melingkar di tubuhnya. Senyumnya mengembang perlahan, mengingat malam yang baru saja mereka lewati.‘Astaga, kemarin malam benar-benar terjadi pergulatan mematikan. Aku dan Steve … benar-benar melakukan itu,’ ucapnya dalam hati. Masih terbayang-bayang dalam pikirannya saat Steve menyentuhnya tadi malam. Terlalu memukau, sampai membuat Nora terbang melayang."Kau sudah bangun?" suara serak Steve membuyarkan lamunan Nora.Nora menoleh cepat, melihat suaminya yang kini membuka matanya sedikit. "Ya. Aku … baru saja bangun," jawab Nora sambil tersenyum malu-malu.Steve mengangguk-anggukkan kepalanya, matanya masih setengah terpejam, tetapi tangannya tetap melingkar erat di tubuh Nora. "Steve ….""Hm? Ada apa?" tanya Steve sambil mengelus punggung Nora dengan lembut. "Nikmati saja dulu hari-hari ini, Nora. Setela
Sinar matahari Yunani yang lembut menyelinap melalui tirai kamar mereka, membangunkan Nora dan Steve dari tidur yang tenang.Mereka berdua bangun dengan senyum di wajah, merasakan kehangatan pagi dan kebahagiaan yang memenuhi hati mereka.Steve, dengan tatapan penuh cinta, menatap Nora yang masih berbaring di tempat tidur. "Selamat pagi, sayang. Bagaimana tidurmu?" tanyanya dengan suara lembut.Nora tersenyum, mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Steve. "Tidurku nyenyak, suamiku. Bangun di tempat yang indah ini bersamamu adalah kebahagiaan tersendiri."Steve mengangkat Nora dari tempat tidur dengan lembut, lalu memimpin menuju kamar mandi. "Bagaimana kalau kita memulai hari ini dengan mandi bersama?" katanya sambil tersenyum nakal.Nora tersipu, tapi tak bisa menolak pesona Steve. Dia mengikuti suaminya, merasa antusias untuk mengawali hari dengan cara yang intim dan penuh cinta.Di bawah pancuran air hangat, mereka berbagi momen keintiman yang penuh kasih. Air mengalir melewati t
Di bawah langit Yunani yang biru cerah, di mana langit bertemu laut dalam nuansa biru yang tak terlukiskan, Nora berdiri di tepi pantai dengan mata berbinar, menikmati setiap detik momen yang berharga ini.Angin laut berbisik lembut, mengibaskan rambutnya yang panjang dan halus. Steve, yang berdiri di sampingnya, memandangnya dengan senyum penuh kasih sayang."Nora," katanya lembut, suaranya membawa nada penuh kehangatan yang hanya bisa muncul dari cinta yang mendalam. "Selamat ulang tahun. Aku ingin kamu tahu betapa berartinya kamu bagiku."Nora menoleh, matanya bertemu dengan tatapan penuh cinta Steve. Dia terdiam sejenak, merasakan kebahagiaan yang menggelora dalam hatinya, seperti ombak yang memecah di pantai."Steve, ini terlalu indah. Aku tak pernah membayangkan bisa berada di sini, di Yunani. Ini seperti mimpi."Steve tersenyum, menarik Nora lebih dekat dalam pelukannya. "Aku ingin memberikanmu segalanya, Nora. Semua yang bisa membuatmu bahagia. Karena itu adalah yang paling pe
“Woah!”Di bawah langit yang memerah saat matahari mulai tenggelam, Nora dan Steve akhirnya tiba di The Wharf Skyline Views.Tempat itu memancarkan keindahan yang memukau, seolah-olah alam dan kemewahan berpadu dalam harmoni yang sempurna.Pemandangan laut yang luas terbentang, dengan perahu-perahu yang tampak kecil dari kejauhan, membingkai pemandangan kota yang gemerlap di malam hari.“Steve … tempat ini indah sekali.”Dekorasi di dalam ruangan privat yang mereka tempati tidak kalah memukau. Lilin-lilin yang berkerlap-kerlip menghiasi setiap sudut, dan bunga-bunga segar yang tertata rapi menambah kehangatan suasana.Aroma bunga yang lembut bercampur dengan udara laut yang segar, menciptakan suasana yang begitu menenangkan.Nora mengagumi keindahan dekorasi tersebut, menyadari bahwa semua ini telah diatur dengan sangat hati-hati.“Kau menyukainya, hm?” tanya Steve dengan tangan melingkar di pinggang Nora.Wanita itu mengangguk antusias. “Ya. Aku sangat menyukainya, Steve!”Brandon, s
Dua hari kemudian, suasana di ruang rapat pimpinan di kantor Steve terasa tegang namun penuh harapan.Para eksekutif dan pemegang saham utama telah berkumpul untuk membahas masa depan EIF Group, perusahaan yang sahamnya terguncang setelah skandal yang melibatkan Jemmy, mantan pemegang saham mayoritas.Steve, duduk di ujung meja dengan Brandon di sisinya, memulai pertemuan dengan nada serius."Kita semua tahu kondisi saham EIF Group saat ini sangat tidak stabil," ujarnya, memandang para pemegang saham yang hadir. "Jemmy telah meninggalkan perusahaan dalam situasi yang sulit, dan para investor menantikan solusi dari kita."Mike, kepala bagian keuangan, mengangguk setuju. "Benar, saham perusahaan terus menurun karena tidak ada yang memegang kendali. Para investor berharap penuh pada Anda, Tuan Steve, untuk mengambil alih dan membawa perusahaan kembali stabil."Steve mengangguk, wajahnya menunjukkan ketegasan. "Saya siap mengambil alih saham tersebut, tapi dengan syarat saya mendapatkan 7
Di sebuah restoran yang penuh dengan nuansa keanggunan dan keindahan, Steve memandang istrinya, Nora, yang sedang melamun sejak tadi.Matanya terfokus pada sesuatu yang jauh, seolah pikirannya berkelana ke tempat yang tak dapat dijangkau oleh siapa pun kecuali dirinya sendiri.Steve, yang selalu peka terhadap perasaan Nora, memanggilnya dengan lembut, "Sayang, ada yang mengusik pikiranmu?"Nora tersadar dari lamunannya, menggeleng pelan dan tersenyum. "Tidak ada, Steve. Aku hanya menikmati suasana restoran ini. Tempat ini benar-benar indah dan nyaman," jawabnya dengan suara lembut, mencoba mengalihkan perhatian Steve.Meskipun tersenyum, hati Nora sedikit terganggu. Ada sesuatu yang ia harapkan dari Steve, sesuatu yang seharusnya datang sebentar lagi."Apakah kau sedang memberiku kejutan di sini?" tanyanya dengan nada penuh harap, matanya bersinar dengan ekspektasi.Steve terkekeh pelan, menyadari harapan di mata istrinya. "Kejutan, huh? Tidak ada, Sayang. Aku hanya ingin membawamu ma
"Biarkan kuasa hukumku yang menjelaskan. Kau tinggal tanda tangan saja surat cerai itu untuk diproses di pengadilan,” kata Luna dengan nada tegas.Justin menoleh ke arah Federick yang sudah siap menjelaskan alasan Luna ingin menggugat cerai Justin. Pria itu tersenyum miring, lantas membuka kacamata dan menaruhnya di atas meja berlapis kaca."Jadi, kau ingin berpisah denganku karena Steve sudah tahu semuanya tentang masa lalu kita? Bukankah kau sendiri yang memutuskan untuk selingkuh denganku? Kau sendiri yang bilang jika Frank terlalu sibuk sampai melupakanmu?" tanya Justin, suaranya terdengar penuh ejekan.Luna menghela napas panjang. “Saat itu aku memang bodoh dan egois. Dan mencintaimu adalah hal yang paling aku sesali seumur hidupku. Kau pikir aku bahagia menikah denganmu?“Tentu saja tidak, Justin! Kau hanya ingin mencari keuntungan dariku. Seharusnya aku mendengarkan permintaan anakku untuk tidak menikah lagi. Tapi, karena aku terlena oleh bujuk rayumu, aku mengabaikan anakku se
Jacob, anak kedua Justin, duduk di sofa empuk di depan ayahnya. Matanya terpaku pada layar televisi yang menayangkan berita tentang rencana Steve untuk mengambil alih saham EIF Group. Wajahnya menunjukkan ketidakpuasan yang dalam.“Kau terlalu lambat bergerak, Ayah. Pria itu sudah semakin bersinar, apalagi jika dia benar-benar mengambil alih EIF Group. Namanya akan semakin besar dan tentunya semakin sulit untuk dikuasai,” ujar Jacob dengan nada tajam.Justin menoleh, menatap anak keduanya dengan pandangan penuh penyesalan dan frustrasi. “Steve memang sulit dijangkau, Jacob. Bahkan dia bisa tahu pergerakan musuhnya meski dia sedang berada di ujung dunia. Otaknya terlalu jenius, sama seperti mendiang ayahnya.”Jacob menghela napas panjang, matanya masih terpaku pada layar televisi. “Ya. Tapi, soal cinta, dia sangat lemah. Kau bisa memanfaatkan istrinya untuk menjatuhkan Steve dan mendapatkan apa yang kau mau. Bukan malah menjodohkan dia dengan Helena.”Justin menghela napas kasar menden
Rapat hari itu berlangsung di ruang konferensi megah yang terletak di lantai tertinggi gedung EIF Group. Dari jendela besar yang mengelilingi ruangan, terlihat pemandangan kota yang sibuk, namun suasana di dalam ruangan jauh lebih tegang dan serius.Steve dan Brandon, berpakaian rapi dalam setelan formal, berjalan masuk dengan langkah mantap. Mereka disambut oleh jajaran pemilik saham EIF Group yang sudah menunggu dengan penuh harap.Ketika semua sudah mengambil tempat, John, salah satu pemilik saham senior, membuka rapat dengan nada yang tegas namun penuh kekhawatiran."Terima kasih atas kehadiran kalian, Tuan Steve. Seperti yang sudah Anda ketahui, situasi EIF Group saat ini cukup sulit karena pemilik utamanya, Jemmy, telah dipenjara. Namun, kami tidak ingin membubarkan bisnis ini. Kami percaya bahwa dengan manajemen yang tepat, EIF Group masih memiliki potensi besar untuk berkembang."Brandon mengangguk, sementara Steve tetap tenang, menunggu penjelasan lebih lanjut. John melanjutk
Satu bulan kemudian ….Steve menatap layar televisinya di ruang kerja. Menatapnya dengan tatapan tajamnya sembari melipat tangan di dadanya.‘Pada hari ini, Jemmy, seorang pengusaha terkemuka yang dikenal karena kepemilikan perusahaan besar di sektor teknologi, telah ditangkap oleh Unit Khusus Kepolisian atas tuduhan serius termasuk penggelapan dana, perdagangan narkoba, dan operasi bisnis ilegal.’‘Penangkapan dramatis terjadi di apartemen mewah milik Jemmy di pusat kota Washington. Dalam serangkaian penggerebekan yang cermat, petugas berhasil mengamankan bukti yang menghubungkan Jemmy dengan serangkaian kegiatan ilegal yang melibatkan dana perusahaan yang tidak sah, serta jaringan perdagangan narkoba yang luas.’ ‘Kami telah melakukan penyelidikan intensif terhadap Jemmy selama beberapa bulan terakhir, dan hari ini kami berhasil menangkapnya dengan bukti yang cukup kuat untuk menuntutnya di pengadilan. ‘Selain itu, kami juga menemukan barang bukti berupa narkoba dan dokumen-dokumen