Semua Bab Mantra Cinta Kakak Ipar: Bab 41 - Bab 50

63 Bab

Rencana Ridwan

"Aku tidak bisa jika hanya berdiam diri di disini. Aku harus segera mengambil tindakan." Ridwan pun telah memutuskan untuk pergi ke rumah Ina. Di perjalanan menuju rumah Ina, nampak di tiap-tiap rumah terdapat setidaknya satu orang yang berjaga, terlebih di pos. Ridwan tak ingin memperlambat langkahnya menuju rumah Ina, ia tetap melakukan motornya menuju rumah Ina. Sesampainya di depan pekarangan rumah Ina, terlihat rumah itu tertutup rapat dan lampu bagian depan rumah tidak menyala. Ridwan turun dari motornya, menuju pintu rumah Ina. Tok... Tok... Tok... "Ina," panggil Ridwan. Tidak ada jawaban, Ridwan pun kembali kembali mengetuk pintu dan tak henti memanggil nama Ina. Setelah beberapa menit berlalu, knop pintu nampak bergerak dan pintu terbuka. Nampaklah sosok lelaki berbadan tinggi dengan hidup yang mancung berdiri di hadapan Ridwan. Melihat sosok itu, Ridwan mengepalkan tangannya, amarah di dada meluap namun ditahan olehnya. Ridwan mengingat kembali ucapan Jono waktu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-13
Baca selengkapnya

Bawa Dia Pergi!

Jarum jam menunjukkan pukul dua belas malam. Ridwan yang sedari tadi duduk diam itu akhirnya terlelap dalam tidurnya. Baru saja beberapa menit matanya terpejam, tiba-tiba ia kembali terbangun dikarenakan suara Galuh yang berteriak. Gegas Ridwan bangkit, Galuh kembali kejang-kejang seperti apa yang Salma katakan, merah-merah di tubuh Galuh pun semakin menyala. "Galuh," ucap Ridwan panik, kemudian ia gegas memanggil dokter. Dokter dan suster bergegas datang, Galuh yang masih kejang-kejang itu gegas mereka tenangkan dengan susah payah. Ridwan diminta untuk menunggu di luar karena yang boleh berada dalam ruangan hanya dokter, pasien dan suster saja agar tidak mengganggu. Dibantu dengan tiga suster dan satu dokter, akhirnya kejang-kejang Galuh berhenti. "Aku tidak punya pilihan lain, aku harus meminta bantuan pada paman." Ridwan tidak punya pilihan, iya akhirnya bergegas menuju rumah Amin. Tengah malam yang biasanya sunyi dan lampu rumah warga dimatikan, berbeda pada malam ini. Se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-13
Baca selengkapnya

Tekad Angga

Flash back.."Angga, ada yang ingin aku bicarakan denganmu, ini mengenai Galuh." Ina nampak serius. "Kenapa, kak? Galuh baik-baik saja, kan?" tanya Angga khawatir. "Bukan tentang itu. Ini mengenai siapa Galuh sebenarnya." Ina menatap kearah luar jenddla mobil. Saat ini ia sedang bersama dengan Angga yang menjadi sopirnya. Setelah Kejadian di kantor Angga, Angga menganggur dan tidak mempunyai pekerjaan apapun. Terlebih, ia harus membayar biaya rumah sakit untuk anak dan istrinya. "Maksud kakak?" tanya Angga lagi yang masih fokus menyetir. "Sebaiknya kita berhenti dulu, Angga. Aku tidak ingin kamu krhilangan kendali nanti dan membahayakan kita berdua!" titah Ina. Angga mengangguk mengerti, ia pun mencari tempat terbaik untuk memarkirkan mobil. "Sudah, kak. Silakan!" ucap Angga, sopan. Ina mengehembuskan napas kasar. "Sebelumnya, alasan aku mengatakan hal ini padamu karena aku merasa kamu pantas untuk mengetahui hal ini, aku juga melihat ketulusan yang sangat dalam darimu pada adi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-13
Baca selengkapnya

Kebencian Ina

"Kenapa kepalaku tib-tiba pusing lagi?" ucap Angga sembari memegangi kepalanya. Ia merasa dunia seperti berputar dan perlahan ia merasa tenggelam di sebuah pusaran yang hitam pekat dan cahaya menghilang, yang tersisa hanyalah gelap gulita. Mimpi aneh lagi, Angga terus berlari dengan terpogoh-pogoh, mencari jalan keluar dari labirin kegelapan ini. Peluhnya membubuhi tiap jengkal tubuhnya. Ia benar-benar merasa ketakutan. Semakin jauh berlari, semakin ia masuk ke dalam labirin gelap gulita itu. Hingga akhirnya ia bertemu dengan cahaya merah dan ia gegas masuk ke dlaamnya. Tiba-tiba... "Angga, Angga!" panggil seseorang. Angga pun akhirnya membuka mata, ia telah terbangun dari mimpi buruknya. "Aa.a..""Angga, ada apa?" Setelah beberapa hari menjalani ritual, akhirnya Ina bisa kembali pulang ke rumah, menemui Angga. "Sayang. Aku takut," ucap Angga yang langsung memeluk Ina. Ina tersenyum menyeringai, Angga telah kembali kedalam pelukannya. Tidak sia-sia apa yang telah ia perjuangka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-14
Baca selengkapnya

Semua Warga adalah Setan

"Paman, bagaimana keadaan Galuh sekarang?" tanya Jaya. Amin menepuk pundak Jaya. "In syaa Allah, dia akan baik-baik saja, Jaya." Amin pun kembali melanjutkan langkahnya masuk ke dalam rumah. "Oh iya, satu hal lagi. Sebaiknya kalian jangan mendatangi Galuh dulu. Dia benar-benar perlu beristirahat saat ini," sambung Amin. "Baik, paman." Jaya membalikkan badan. "Paman, boleh kita bicara sebentar? Ada yang ingin Jaya tanyakan." Amin pun mengangguk dan ia melanjutkan langkah kakinya menuju kursi di ruang depan, diikuti oleh Jaya. Mereka berdua duduk berhadapan. "Bagaimana keadaan Nisa, Jaya?" tanya Amin terlebih dahulu, sebelum Jaya melontarkan pertanyaannya. "Alhamdulillah sudah lebih baik, paman." Amin mengangguk saja. "Silakan, apa yang ingin kamu tanyakan?" ujar Amin. "Paman, ada beberapa hal yang ingin Jaya ketahui. Pertama, tentang pesugihan bab* ng*p*t yang saat ini meresahkan warga." Jaya memulai pertanyaannya. "Apa yang ingin kamu ketahui tentang hal itu?" t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-14
Baca selengkapnya

Dalang dari Semuanya

"Jadi, selama dua puluh tahun lebih ini masalah pesugihan yang meresahkan warga belum terpecahkan juga. Kira-kira, apakah ada yang paman curigai?" tanya Jaya menatap menyelidik pada Amin. Amin mengerenyitkan dahinya, ia tidak langsung menjawab pertanyaan Jaya itu. "Tidak tahu, Jaya. Aku pun sudah sangat lama menyelidiki masalah ini namun aku tidak menemukan tanda-tanda apapun. Setelah Nadi meninggal dunia, aku sudah tidak mencoba mencari tahu hal itu lagi. Namun, sekarang masalah itu kembali terjadi dan aku tidak tahu harus mulai darimana lagi sekarang, bahkan aku sudah putus asa mencari kebenaran tentang kematian Adah." Amin terlihat sedih setelah menyebut nama Adah. "Tapi, ada satu orang yang sejak dulu aku perhatikan." "Siapa paman?" tanya Jaya. *** "Yang saat ini dicurigai adalah Thohir. Kita harus berhati-hati dengan orang itu," jelas Yusuf. "Aku sudah mengumpulkan beberapa catatan tentang si Thohir itu. Bagaimanapun, dia bukanlah orang sembarangan." Jono, Ridwan dan S
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-15
Baca selengkapnya

Jasad di bawah Pohon Bringin

Dengan gemetar Galuh melangkah, berusaha menegakkan kaki agar tetap berjalan pada pijakan kayu rapuh nan panjang itu, di bawah titian kayu itu terdapat jurang yang sangat dalam penuh dengan berbagai jenis ular yang menggeliat di bawah sana. Galuh tetap pada pijakannya, tekadnya yang kuat untuk mengejar suara tangisan yang sedari tadi menarik indera pendengarannya. Rapuh, sangat rapuh titian kayu yang berlumut itu. Hanya berpegang dengan seutas akar tanaman yang merambat bebas. Galuh dengan penuh kehati-hatian tidak gentar untuk mundur. Semakin dijalani, semakin banyak sisa tapak kaki, namun terasa tiada pergerakan sama sekali. Titian itu tiada habisnya, terasa sangat panjang dan tanpa ujung. "Mama, Tolong!!!" teriakkan itu kembali terdengar lagi. Galuh semakin bergegas, tidak peduli dengan segala rintangan yang ada di hadapannya. Setelah sekian lama, peluh juga rasanya sudah mengering karena habis dikeluarkan, akhirnya Galuh sudah berada di ujung titian yang penuh dengan ketak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-16
Baca selengkapnya

Mayat

Ridwan tidak pergi sendirian, sebelum menuju lokasi yang sudah Galuh beritahu itu Ridwan menelpon Amin terlebih dahulu dikarenakan saat ini jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah satu malam, dimana ini adalah waktu para warga berjaga dengan sangat ketat. Ridwan harus memikirkan dengan matang setiap langkahnya, jika terjadi satu saja kesalahan maka itu bisa mengalahkan semua rencananya dengan yang lain. 'Assalamu'alaikum, Ridwan. Ada apa nelpon jam segini? Apa Galuh baik-baik saja?' tanya Amin dari sebalik suara speaker ponsel. 'Waalaikumussalam warahmatullahi, paman. Maaf mengganggu waktu paman jam segini. Alhamdulillah Galuh sudah sadarkan diri,' jawab Ridwan. 'Alhamdulillah kalau begitu.' 'Tapi, paman. Ada hal yang sangat penting. Ini mengenai jasad Alif yang hilang.' Ridwan memelankan volume suaranya. 'Jasad Alif, kenapa Wan?' 'Tadi Galuh tiba-tiba bangun dan duduk. Ternyata dia baru saja mimpi bertemu dengan Alif, dan di dalam mimpi Galuh katanya Alif meminta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-16
Baca selengkapnya

Kematian Alif

"Ali, Mahmud sama Upik. Tolong ambil keranda di musholla, bawa ke sini tapi tolong saat kembali ke sini kalian ambil jalan lewat kuburan yang menuju ke sini bukan jalan pemukiman warga!" titah pak rt. "Baron, kamu ke rumah Amin. Beritahu akan hal ini padanya! Tapi tolong jangan sampai menimbulkan keributan, untuk saat ini jangan dulu membuat warga takut karena hal ini. Mengerti?" sambung pak rt. "Mengerti, pak rt," jawab mereka bertiga lalu mereka pun beranjak sesuai perintah pak rt itu. "Salmin, kamu kembali ke pos. Tolong pastikan jika warga tidak ada yang mengetahui hal ini. Malam ini juga kita akan kuburkan kembali mayat Alif ini," jelas pak rt. "Mengerti pak rt. Salmin langsung ke pos." "Terus, kami berdua ngapain pak rt?" tanya Udin yang menunjuk dirinya dengan Retno. Retno ikut mengangguk. "Kalian berdua tetap di sini sampai keranda datang." Ali, Mahmud dan Upik sudah berada di musholla, mereka gegas menuju ruangan penyimpanan untuk mengambil keranda. Sofyan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-16
Baca selengkapnya

Sakit Sekali

"Sayang, hari ini kita ke rumah paman Amin. Kamu siap-siap!" ujar Ina kepada Angga yang sedang duduk sembari menatap layar laptopnya. Angga menaikkan sebelah keningnya. "Untuk apa kita ketempat orang itu?" tanya Angga. "Bagaimana pun dia adalah pamanku, Mas. Kita harus memberitahukannya tentang pernikahan kita," jawab Ina. "Baiklah jika itu yang kamu mau. Aku siap-siap dulu ya!" Angga pun mematikan dan menutup laptopnya, ia beranjak dan pergi ke kamar untuk mengganti pakaian. Tidak berapa lama, Angga kembali dengan pakaian yang berbeda. Ia telah siap untuk berangkat ke rumah Amin. Ina sudah menunggu di dalam mobil. "Mas, perlu kamu ingat ya! Kamu jangan makan atau minum apapun yang disuguhkan di rumah paman. Ingat baik-baik!" tegas Ina sebelum Angga melajukan mobil. "Memangnya kenapa sayang?" tanya Angga mulai menyalakan mesin mobil. "Aku khawatir, Mas. Aku takut jika ada apa-apa di makanan atau minuman di sana. Bagaimana pun kamu tahu kan kalau paman tidak suka dengan k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-17
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status