Home / Horor / Mantra Cinta Kakak Ipar / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Mantra Cinta Kakak Ipar: Chapter 31 - Chapter 40

63 Chapters

Kamu Pelakunya?

Nisa tidak beranjak dari depan kamar mandi, ia menunggu Galuh. 'kemana Galuh semalam, kenapa Galuh pulang dalam keadaan kotor dengan tanah?' gumam Nisa, di hati dan pikirannya terdapat sangkaan dan tepisan dari sangkaannya itu sendiri. Ceklek... Pintu kamar mandi telah terbuka, nampak Galuh yang terbaik dengan handuk di kepalanya dan juga sarung yang melilit di badannya. "Galuh, tolong jawab aku! Kamu darimana semalam?" tanya Nisa hendak mencegah Galuh yang berjalan menuju kamar. "Tidak ada, ka. Sudah dulu ya. Galuh mau istirahat." Galuh pun beranjak meninggalkan Nisa yang masih berdiri mematung di tempatnya. 'Tidak mungkin. Tapi...,' gumam Nisa dalam hati. "Galuh, apakah kamu yang sudah membongkar kuburan Alif?" tanya Nisa. Beberapa saat tidak ada jawaban. Akhirnya Nisa membalikkan badan dan didapatinya ternyata Galuh sudah tidak ada di posisi yang diyakini Nisa sebelumnya. Nampak pintu kamar Galuh telah tertutup rapat. Suara beberapa orang terdengar dari luar rumah,
last updateLast Updated : 2024-08-22
Read more

Pengusiran

Saat malam setelah salat isya. Dua hari setelah kejadian di rumah Ina. Amin berbincang dengan pak RT, empat mata. Di dalam musholla setelah para jamaah pulang ke rumah mereka masing-masing. "Pak RT, ada yang mau saya bicarakan," ucap Amin. "Bicarakan saja, Min!" jawab pak rt. "Begini, pak. Perihal Galuh." Sebelum melanjutkan ucapannya, ia menatap sebentar ke arah pak rt. Pak rt mengangguk membolehkan. "Begini, maaf jika malam itu saya dengan keluarga saya membuat keributan. Saya benar-benar menyesali akan hal itu." "Perselisihan memang sering terjadi antara keluarga, Min. Saya mengerti. Kamu ndak perlu meminta maaf terus begini." Pak rt memegang pundak Amin. "Terimakasih, pak rt atas pengertiannya. Dan untuk masalah Galuh, saya mohon pak rt tidak menganggap hal itu hal yang serius. Saya yakin keponakan saya, Galuh tidak mungkin melakukan hal semacam itu, pak rt. Saya mohon jangan mengucilkan serta mengusir Galuh dari desa ini!" Tiba-tiba Amin meraih tangan pak rt d
last updateLast Updated : 2024-08-22
Read more

Maaf Aku Terlambat

Para warga berdesakkan, mereka bergegas hendak mengusir Galuh dari desa. Namun Jaya , Nisa, Sofyan dan pak rt masih berusaha melindungi Galuh. "Diam!" teriak pak rt. "Ada apalagi, pak rt? Kenapa bapak sangat melindunginya?" tanya Tohir. "Tohir, cukup. Kamu jangan menambah api di sini. Saya mohon, jangan melakukan kekerasan di desa ini. Kita masih bisa bicara secara baik-baik kan?" ucap pak rt. "Tidak bisa. Sekarang juga usir Galuh dari desa kita!!!" teriak warga. Tohir menarik Galuh secara paksa, membuat Galuh terseret di tanah. Amin, dia diam mematung tanpa ada pergerakan. Sedangkan Nisa masih berusaha mempertahankan Galuh. 'Alif, cucuku...' Dalam hati Amin. Amin teringat akan kejadian di rumah tadi, melihat Jaya yang terdiam melihat ke arah lantai, Amin juga melihat bercak tanah di lantai itu. Namun, dia hanya memilih diam dan menepis pikiran tidak baiknnya. 'Galuh, kenapa?' "Paman, tolong Galuh paman!" ucap Nisa. "Pak, tolong jangan seperti ini. Galuh tida
last updateLast Updated : 2024-08-23
Read more

Kebencian Ridwan

"Ridwan, sebaiknya kamu istirahat dulu. Kamu baru saja datang, pasti kamu capek. Biar kami berdua yang akan menjaga Galuh." Jaya akhirnya mendekat kepada Ridwan. Ridwan menghembuskan napas kasar. "Tidak. Aku tidak percaya dengan siapapun. Termasuk dengan kalian. Jangan harap aku melupakan apa yang sudah kalian lakukan!" ucap Ridwan tanpa menatap ke arah Jaya. Jaya menatap kepada Nisa. "Ridwan, sebaiknya jangan bahas masalah itu di sini," timpal Nisa. "Baiklah. Sekarang, silakan kalian pergi dari sini sebelum aku kehabisan kesabaran. Aku benar-benar muak melihat kalian!" Ridwan mendengkus kasar, ia membelakangi Nisa dan Jaya. Nampaknya dia benar-benar tidak sudi untuk melihat keduanya. "Oh iya, satu hal lagi. Aku akan membawa Galuh ke Jawa, sampaikan hal ini pada paman!" sambung Ridwan. "Apa?" ucap Nisa kaget. Namun, gegas Jaya menutup mulut Nisa dengan tangannya. Nisa dengan Jaya tidak ingin terjadi keributan di rumah sakit ini, mereka pun memutuskan untuk kembali ke
last updateLast Updated : 2024-08-24
Read more

Kepercayaan Ridwan

“Ridwan,” panggil Amin yang baru saja sampai. Ridwan mendengkus kasar, ia tak membalikkan badan dan tidak pula memberikan jawaban. “Wan, paman mau bicara sama kamu di luar,” ucap paman setelah melihat Galuh yang terbaring di atas hospital bed. “Aku tidak ingin bicara pada orang yang sudah membiarkan perempuan yang sangat aku sayangi diseret di depan banyak orang,” ucap Ridwan masih tidak melihat ke arah Amin yang berdiri di hadapannya. Amin mengusap wajahnya dengan tangan. “Paman mohon, Wan. Kita bicara sebentar saja!” pinta Amin dengan nada yang rendah namun penuh penekanan. Tanpa menunggu jawaban dari Ridwan, Amin pun menarik paksa tangan Ridwan hingga mereka keluar dari ruangan. “Paman, sudah kubilang aku nggak mau..” Belum sempat Ridwan menyelesaikan. “Jauhi Galuh!” sela Amin yang langsung membuat Ridwan terdiam. Mata Ridwan menyorot pada manik mata Amin yang menatapnya itu. Dengan berat Ridwan menelan salivanya. “Maksud paman?” tanya Ridwan. Amin pun kembali men
last updateLast Updated : 2024-08-25
Read more

Pergilah denganku!

Ina telah duduk bersebelahan dengan sang pujaan hatinya. Sedangkan Angga masih memegang perutnya yang terasa mual itu. "Kita mulai sekarang?" tanya pak penghulu. "Sudah, pak. Silakan langsung dimulai saja!" jawab Ina senang. Pak penghulu pun mengulurkan tangan ke atas meja. Menunggu Angga menjabat tangannya. Ina yang melihat keterlambatan Angga itu pun langsung menyenggol Angga pelan. "Sayang, kenapa?" tanya Ina pelan. Kepala Angga terasa sangat berat, ia tidak bisa melihat dengan jelas apa yang ada di hadapannya. "Kepalaku," ucap Angga. "Sayang, pak penghulu sudah menunggu," ucap Ina lagi. Akhirnya Ina pun menarik tangan Angga dan meletakkannya di tangan pak penghulu. "Mulai saja, pak!" titah Ina. Pak penghulu menatap heran kepada Angga yang memegangi kepala itu. "Apakah pengantin pria baik-baik saja?" tanya pak penghulu yang kemudian menatap ke arah Ina. Ina pun mulai merasa panik. "Sayang, kamu kenapa?" tanya Ina lagi. Angga hanya menggeleng. "Kit
last updateLast Updated : 2024-08-26
Read more

Siapa Kamu?

"Jadi paman tahu mengenai Angga. Tapi, kenapa dia?" Ridwan masih tidak bisa memaafkan Amin akan kejadian itu. "Wan, aku mengerti perasaanmu saat ini. Tapi, kau juga harus mengerti bagaimana beratnya di posisi Amin sekarang." Jono menepuk pundak Ridwan. "Satu hal lagi, perasaan Galuh. Kalau begitu aku pamit dulu, Wan." Jono pun beranjak meninggalkan Ridwan sendirian. Ridwan terdiam, kedua bahunya nampak bergetar karena saat ini ia sedang mengeluarkan rasa sesak di dada. Ridwan pun memutuskan untuk pergi kembali ke ruangan Galuh, menyampaikan berita gembira. Saat Ridwan membuka pintu, nampak Galuh yang Gegas membalikkan badan itu. Membelakangi Ridwan yang baru saja datang dari balik pintu. Ridwan pun perlahan berjalan masuk, mendekat ke arah hospital bed. "Aku masih ingin sendirian, Wan," ucap Galuh masih membelakangi Ridwan. "Maaf jika aku mengganggumu, Galuh. Tapi, aku hanya ingin menyampaikan berita jika pernikahan Angga dengan Ina hari inj batal dilaksanakan," ucap Ridwa
last updateLast Updated : 2024-08-27
Read more

Perlahan Jatuh Cinta

Ina sudah berada di tempat mbah Iwa, dengan wajah cemberutnya ia duduk di hadapan mbah Iwa yang sedang duduk santai di atas dipan. "Kenapa, Na wajahmu ditekuk begitu?" tanya mbah Iwa. "Mbah, kata mbah kan Angga nggak akan berpaling dari Ina. Tapi, kenapa hari ini dia malah ngatain Ina setan? Kenapa juga dia teringat pada Galuh, Mbah? Ina sudah menyerahkan semua yang Ina punya pada mbah, juga sudah menjalankan ritual yang ada, tapi kenapa Angga?" Mbah Iwa memotong pembicaraan Ina. "Ada yang sudah mencoba menghilangkan mantra penundukmu dari Angga, Na. Kamu sendiri yang salah, kenapa bisa lengah? Aku kan sudah bilang agar kamu jangan lengah seperti waktu itu lagi." Mbah Iwa menyalakan korek apinya dan mulai menyalakan rokok yang sudah terselip diantara jari tengah dengan jari telunjuknya. "Siapa pelakunya, Mbah? Ina nggak akan biarkan dia hidup tenang karena sudah menggagalkan pernikahan kami hari ini." Ina menggeram kesal. "Hanya ada dua orang yang memungkinkan untuk mela
last updateLast Updated : 2024-08-28
Read more

Siapa Tohir?

Sofyan mondar-mandir di depan ruangan Galuh, ia tidak masuk ke dalam ruangan pasien ataupun duduk di kursi yang tersedia di depan ruangan. Dilihat dari mimik wajahnya, nampaknya ia sedang sangat khawatir dan tidak enak hati. Suara decitan pintu... Ridwan keliar dari ruangan rawat pasien. Ia langsung saja menyapa Sofyan yang sedari tadi mondar-mandir itu. "Sofyan, kenapa cuman berdiri di depan sini?" tanya Ridwan. Sofyan memilin ujung baju kokonya. "Anu... Anu, Wan. Itu!" jawab Sofyan ragu. Ridwan pun menepuk pundak Sofyan. "Anu anu apaan, Sofyan? Yang jelas dong ngomongnya!" ujar Ridwan. Ridwan pun melenggang menuju kursi yang berada tidak jauh dengan jarak tempat mereka berdiri. "Duduk sini, Sofyan!" titah Ridwan sembari menepuk kursi di sebelahnya. Sofyan mengangguk, ia pun duduk di kursi yang bersebelahan dengan Ridwan. Namun, mimik wajahnya tak berubah jua. Ia masih memasang wajah khawatirnya. "Kenapa, Sofyan. Kamu menghawatirkan Galuh?" tanya Ridwan. Gegas mata Sofyan me
last updateLast Updated : 2024-08-29
Read more

Kebohongan Pasti Terbongkar

"Adah, itu dirimu kan?" tanya Amin pada sosok yang sedang berada di harapannya. Air mata ambil berlabuh ke pipi, senyuman manis pun terukir di bibirnya. "Adah, ini aku. Aminmu.." Perempuan di hadapan Amin itu hanya diam, ia masih membelakangi Amin tanpa berbalik badan. Kemudian suara isakan terdengar samar di telinga. Amin hendak mendekat, namun dia tidak bisa bergerak maju selangkah pun. "Adah, kenapa? Kenapa kamu menangis? Aku ada di sini, Adah." Amin masih berusaha untuk melangkahkan kakinya, namun haislnya tetaplah nihil. "Hentikan! Aku mohon hentikan! Aku tidak ingin kamu melangkah lebih jauh lagi. Cukup sudah!" ucap perempuan itu masih disertai dengan isakan. Ia tetal tidak membalikkan badannya. "Tidak bisa, Adah. Aku tidak akan berhenti sampai aku bisa mengetahui siapa pelakunya." "Tidak. Cukup!" Seiring suara isakan yang menyayat hati, perlahan kabut mulai menghampiri kornea mata Amin. Sekejab di mata, kala kabut itu tak lagi menghalangi penglihatan. Perempuan
last updateLast Updated : 2024-08-30
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status