Home / Horor / Mantra Cinta Kakak Ipar / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Mantra Cinta Kakak Ipar: Chapter 51 - Chapter 60

63 Chapters

Cinta Ridwan

Perlahan Ridwan mendekati Galuh setelah selesai sholat magrib. "Galuh," ucap Ridwan. Galuh mengangkat pandangannya, menatap Ridwan yang sedang berdiri di samping hospital bed. "Ada apa, Wan?" tanya Galuh menutup buku bacaannya. Ridwan meraih kursi dan duduk di samping hospital bed, namun tidak menghadap Galuh, melainkan bersampingan. "Galuh, maaf sebelumnya. Tapi, aku akan mengulang dan meminta hal yang sama seperti waktu itu. Ikutlah denganku pergi ke Jawa," ucap Ridwan tanpa menatap ke arah Galuh. Galuh menilik kepada Ridwan. "Kenapa kamu bersikeras memintaku pergi dari desa ini, Wan? Aku sudah bilang kalau ak.." Ridwan gegas memotong ucapan Galuh. "Aku tahu, kamu tidak akan meninggalkan desa ini karena Angga ada di sini dan kamu masih ingin berusaha agar Angga Kembali padamu. Tapi.." "Tapi apa, Wan? Kamu meragukan hal itu? Kamu meragukan apa yang aku yakini. Aku akan melakukan apapun agar Mas Angga bisa kembali padaku, Wan. Bagaimana pun caranya dan aku yakin aku pasti
last updateLast Updated : 2024-09-18
Read more

Ikhlas

Sambungan Flash back... Nadi membawa Ridwan ke suatu rumah yang tidak jauh dari jarak rumah Nadi. Ridwan juga sudah membawa barang-barangnya karena ia akan tinggal di tempat itu. "Ridwan, kamu akan tinggal di sini!" ucap Nadi sembari menunjuk rumah yang terdapat beberapa pintu. "Disini kamu ada temennya, kamu bagian tengah sedangkan yang di samping kanan dan kiri itu juga orang yang bekerja di kebun paman." Nadi menjelaskan. Ridwan mengangguk mendengarkan. Pintu bagian kiri nampak terbuka, memperlihatkan laki-laki berbadan tinggi serta berkulit putih keluar dari sana. "Pak," ucapnya mendatangi Nadi. "Angga, kebetulan kamu ada di sini." Nadi menepuk pundak lelaki yang bernama Angga itu. "Angga, perkenalkan ini Ridwan keponakan saya. Dia akan tinggal di sini. Dan Ridwan, perkenalkan ini Angga anaknya Kasman yang akan membimbing mu besok di kebun." Nadi saling memperkenalkan. Ridwan pun mengulurkan tangannya kepada Angga yang langsung dijabat oleh Angga. "Angga, tolong
last updateLast Updated : 2024-09-19
Read more

Meninggalkan Desa Tercinta

Semua warga sudah berkumpul di rumah pak rt, mereka kembali menuntut untuk mengusir Galuh dari desa mereka. Namun, ada seseorang yang juga ikut menuntut di dalam rombongan itu, tidak lain adalah Sofyan. "Pak rt, kami tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Sekarang juga, pak rt harus mengusir Galuh dari desa kita ini. Benar tidak bapak-ibu sekalian?" Tohir kembali mengadakan demo. Semua warga desa serentak mengiyakan. "Bapa-ibu sekalian. Saya mengerti. Tapi, bukankah kita sudah berjanji jika kita akan menunggu sampai Galuh pulih?" ucap pak rt. "Tapi kami dengar bahwa Galuh sudah pulih pak rt," timpal Sofyan."Benar itu," jawab beberapa warga. Pak rt pun terdiam sejenak untuk berpikir. Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya. "Tunggu sebentar! Saya akan memastikan hal ini pada Amin." Pak rt menjauh dari kerumunan pendemo itu.'Assalamu'alaikum, Amin. Bagaimana ini, para warga kembali menuntut untuk mengusir Galuh.' 'Waalaikumussalam, pak rt. Iya, kabar itu sudah sa
last updateLast Updated : 2024-09-20
Read more

Kekhawatiran Salma

Di rumah sakit, Galuh sudah bangun dari hospital bed. Ia juga merapikan tempat yang tidak ia tinggalkan selama beberapa hari itu. Galuh perlahan menatap sekeliling, mengingat kejadian yang serupa saat dia berdiam cukup lama di ruangan rumah sakit bersama dengan Alif dan orang yang sangat mencintainya waktu itu, Angga. Kenangan indah memang selalu berhasil membuat bulir bening meluncur bebas ke pipi, gegas tangan Galuh menyeka bulir bening yang jatuh ke pipinya. Suara ketukan pintu membuat Galuh terkesiap. Ia terbangun dari ingatan kenangannya. "Masuk!" ucap Galuh. "Sudah saatnya, ya?" gumam Galuh. Sudah saatnya untuk pergi dari desa ini sekarang juga. "Assalamu'alaikum, Galuh. Maaf aku mengganggumu," ucap seseorang yang baru saja membuka pintu. Namun, bukan suara Ridwan yang terdengar di telinga Galuh, melainkan suara lembut seorang perempuan. Galuh membalikkan badannya. "Waalaikumussalam," jawab Galuh. "Salma," ucap Galuh saat melihat sosok yang berdiri di hadapannya.
last updateLast Updated : 2024-10-04
Read more

Selama Perjalanan

Mereka berdua sudah sama-sama berada di dalam mobil taksi. "Wan, kamu sudah sampaikan permintaan maafku?" tanya Galuh yang duduk di samping Ridwan, namun dipisah tas besar yang berada di tengah mereka berdua. "Sudah, Galuh. Aku sudah sampaikan permintaanmu pada paman. Kata paman, pasti akan dia sampaikan. Kamu tenang saja," jawab Ridwan. Galuh pun menghembuskan napas pelan, kemudian menyandarkan punggungnya sembari memejamkan mata. Ridwan melirik pelan ke arah Galuh, lalu tersenyum dengan lembut. 'Ridwan sangat baik, aku nggak akan bisa berpikiran yang aneh-aneh padanya. Salma, mungkin prasangkamu telah salah,' gumam Galuh dalam hatinya. "Galuh, kamu yakin ndak mau ziarah ke makam Alif dulu sebelum pergi?" tanya Ridwan. Galuh gegas membuka matanya, kemudian menilik ke arah Ridwan yang berada di sebelah kirinya. Perlahan kepalanya mengangguk. "Aku takut, Wan. Kalau aku ke sana aku bakalan ngerasa sedih lagi dan pingsan lagi. Jadi, aku rasa lebih baik begini. Tapi, doa
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

Telah Lama Sakit

Saat Galuh merebahkan badannya, ia teringat akan isi tas yang sedari tadi ia jaga. Galuh kembali bangkit fan mengambil tas miliknya yang ia taruh di atas nakas, ia pun membawa tas tersebut bersamanya ke atas ranjang, Galuh duduk di bibir ranjang dan perlahan membuka tas miliknya. Galuh mengeluarkan kotak kecil pemberian Salma padanya, menatapnya perlahan dan menaruhnya kembali ke dalam tas. "Aku masih penasaran dengan maksud Salma. Apa yang akan aku ketahui nantinya tentang Ridwan?" gumamnya yang kemudian ia mengambil ponselnya yang juga berada di dalam tas itu. "Astagfirullah sudah jam segini. Aku harus segera melaksanakan sholat." Galuh gegas kembali berdiri dan menaruh kembali tasnya di atas nakas. Galuh pun berjalan menuju dapur karena sudah diberitahu oleh budhe di mana tempatnya. Langkah kaki Galuh nampak pelan agar tidak membuat keributan menapak lantai semen tanpa kramik. Saat ia menyibak kain yang menjuntai di tengah pintu yang menjadi pembatas antara ruangan teng
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

Bau di dalam kamar

Setelah subuh, Galuh gegas untuk mengambil sapu dan menyapu lantai. Ia sibuk dengan pekerjaan rumahnya. "Galuh, sudah. Biar aku saja, kamu ndak perlu repot- repot gini." Tiba-tiba Ridwan datang dari pintu belakang. "Nggak papa, Wan. Lagian aku capek kalau cuman duduk diam nggak ngelakuin apa-apa. Boleh ya aku bantuin bersih-bersih rumah, masak dan kalau ada yang bisa aku bantu-bantu aku bakal ngerasa lebih nyaman." Galuh memegangi erat batang sapu sembari memohon kepada Ridwan. Ridwan menghela napas panjang, kemudian ia tersenyum dan mengangguk. "Ya sudah kalau itu mau kamu. Anggap aja ini rumah kamu, kamu boleh ngelakuin apa saja yang bisa bikin kamu senang dan nyaman. Tapi ingat, jangan sampai kecapean!" "Siap. Makasih, Wan." Galuh dengan senang hati melakukan segala kegiatan yang telah ia rancang. Saat Galuh asyik membereskan rumah serta mengumpulkan sampah-sampah yang tidak terbuang dari sudut-sudut rumah, tiba-tiba ia terhenti tatkala mendengar suara perempuan yang
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Penyakit Kiriman

Tatkala kamar terbuka, sebuah aroma busuk mulai menyeringai masuk ke rongga hidung. Galuh berusaha menahan rasa tidak sukanya, terlebih ia sedang mengandung yang mana tidak bisa mencium bau aneh apapun. Kamar dengan cahaya redup, tidak ada cahaya dari celah jendela atau pun dari celah ventilasi udara, sangat pengap dan berhawa panas. Semakin masuk ke dalam, terdengar suara rintihan kecil yang semakin meninggi. Galuh dengan erat memegangi ujung jilbabnya, ada gelitik rasa takut di dadanya namun ia tetap harus melangkah maju mengekori budhe yang sedang berjalan di depannya. "Galuh, kamu mual?" tanya budhe yang tiba-tiba menghentikan langkah kakinya. Galuh menelan ludah dengan pelan. "Tidak, budhe." "Jangan bohong, kamu sekarang sedang hamil pasti sangat mual kan? Sebentar lagi ya, kita tidak akan lama di sini. Setelah bertemu dengan Indah, sudah bertahun-tahun ia ingin bertemu denganmu." Akhirnya, mereka sampai pada kain tipis tembus pandang berwarna kuning yang dibuat
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Melihat Hantu

Di tengah malam yang sangat sunyu, suara gonggongan anjing memekak telinga, Galuh yang masih terjaga lantas saja membaca doa. Sudah dua malam ini dia tinggal di rumah Ridwan, sangat sulit baginya untuk memejamkan mata. Ketakutan menghantui Galuh setiap kali ia menuju alam mimpi, mimpi buruk memenuhi alam bawah sadarnya. Pula, terdengar bisikan memanggil nama Galuh tepat di samping telinganya, namun tiada siapapun ia dapati. Galuh menaruh mushaf kecilnya ke atas nakas, perlahan ia membuka pintu agar tidak menimbulkan suara berisik yang dapat membangunkan penghuni rumah. Tenggorokan Galu terasa kering dan botol air yang tersedia di kamarnya sudah tiada berisi. Ia dengan terpaksa keluar kamar mengambil air ke dapur. Setelah mengambil air dan berniat untuk kembali ke kamar, terdengar suara aneh dari dalam kamar Indah. Galuh merasa penasaran, namun ia juga tidak berani bertindak semena-mena di rumah orang. "Galuh, jangan! Ini bukan rumahmu. Cepat pergi ke kamar!" gumam Galuh pada meme
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Curhat

Kejanggalan mulai lebih terasa oleh Galuh, terlebih bentuk gangguan dari makhluk sebelah yang membuat Galuh bahkan tidak bisa memejamkan matanya hingga kokokan ayam subuh menggema. Bukan hanya itu, ia juga sering kali mendengar Indah yang berteriak di tengah malam namun tidak ada satupun yang menghiraukan. "Ridwan," panggil Galuh dari balik pintu. Tidak berapa lama Ridwan dengan muka bantalnya membuka pintu. "Ada apa Galuh? Kamu lihat hantu lagi?" tanya Ridwan setelah menguap. "Maaf mengganggu waktu tidurmu, tapi tadi aku denger tante Indah teriak. Takutnya dia kenapa-napa," jelas Galuh. Ridwan membalasnya dengan seutas senyuman. "Ibu memang seperti itu kalau jam segini, Galuh. Maaf kalau teriakkan ibu mengganggu tidurmu, kamu ndak perlu khawatirin ibu, dia ndak kenapa-napa kok." "Tapi, Wan." "Tapi apa, Galuh? Ya sudah, aku bilangin ibu dulu ya jangan teriak-teriak biar kamu bisa tidur." "Ndak, bukan gitu, Wan. Aku cuman takut terjadi apa-apa aja ke tante." Ridwan mena
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status