Home / Pernikahan / Teman tapi Menikah / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Teman tapi Menikah: Chapter 41 - Chapter 50

95 Chapters

41. Fakta yang Sebenarnya

“Good morning.” Suara sapaan Dante sejenak mengalihkan pandangan Cintara yang baru saja bangun dari tidurnya.Perempuan itu masih terlihat mengantuk. Ia menoleh lalu melangkah menghampiri Dante yang tengah sibuk di dapur. “Kamu ngapain?”“Bikin sarapan buat kamu. Karena aku nggak begitu jago masak, aku cuma bikin tuna sandwich terus aku isi keju, selada, tomat, sama telur doang. Nggak apa-apa, kan?”“Belajar dari mana, coba?”“Di internet banyak, Ta. Kamu jangan ngeremehin aku, dong.” Dante mendecak. “Makanya ayo buruan nikah. Biar nanti ada yang masakin buat aku.”“Dih, modus!”Dante terkekeh lalu mengusap puncak kepala Cintara dengan lembut. “Feel better?”“Mm.” Cintara bergumam sembari mengangguk. Perempuan itu melingkarkan tangannya di lengan Dante. Kepalanya menyandar dengan matanya yang ikut memejam. “Mama sempat nyariin aku nggak, ya? Dari semalam aku nggak pegang hp, Te. Mama pasti khawatir banget sama aku.”“Semalam aku udah ngabarin, kok. Pas kamu tidur, aku sempat telepon M
last updateLast Updated : 2024-05-15
Read more

42. Persiapan Pernikahan

“Capek, nggak?”Pertanyaan Dante sejenak mengalihkan pandangan Cintara yang baru saja duduk di sampingnya lantas menoleh, lalu ia menggeleng. “Nggak, kok. Kenapa? Emang mukaku kelihatan capek banget, ya?”Dante tersenyum kecil. “Nggak, sih. Cuma kelihatan cantik aja.”“Gombal!” Cintara mendecak pelan. “Hari ini Kanaya last day, Te. Dia bakalan bergabung sama perusahaan Papanya dalam waktu dekat ini.”“Wah… bakalan kayak apa nanti Diamond Group setelah dipegang sama Kanaya, ya?”Cintara mengedikkan bahu. “Yang jelas aku yakin banget kalau Kanaya bakalan berkembang di sana. Sejak dulu Kanaya kan pengen banget join di perusahaan Papanya, Te. Tapi gara-gara Omanya yang kaku banget itu, dianya males.”“Terus apa yang bikin dia berubah pikiran?”“Siapa lagi kalau bukan Caraka. Itu anak kan diem-diem bucin akut sama Caraka, Te,” kelakar Cintara dengan entengnya. “Oh ya… Mama kamu udah di tempatnya Tante Disha, ya?”“Udah, Ta. Sebelum aku jemput kamu tadi, Mama juga udah jalan, sih. Palingan
last updateLast Updated : 2024-05-15
Read more

43. Memukul Mundur Sissy

“Hai, Beb!”Suara seorang perempuan yang baru saja muncul dari balik pintu sebuah kafe membuat Dante kemudian mendongak dengan cepat.“Udah lama nungguin aku, ya?” ujarnya lagi.“Duduk, Sy. Ada yang pengen aku omongin sama kamu.”Sissy menarik kursi di hadapan Dante. Senyumnya masih merekah sempurna. “Kenapa? Kamu pasti kangen sama aku, ya?”Dante menarik napas pendek lalu mengangsurkan sebuah map berwarna putih ke hadapan Sissy. “Kamu buka itu," ujar Dante sembari mengedikkan dagu ke arahnya.“Apa ini?”“Kamu akan tahu setelah membukanya.”Sissy menghela napas. Tangannya terulur ke depan, membuka map putih yang ada di hadapannya. Dan detik itu juga matanya membelalak lebar.“Kamu mencoba mencari tahu tentang aku?”“Aku sedang memberi peringatan buat kamu, Sy.” Dante menegakkan posisi duduknya, tatapnya tajam ke arah Sissy. “Sebentar lagi aku akan menikah dan aku nggak mau kamu ganggu hubunganku dengan Cintara.”“Kamu ngancem aku?”“Sy, perasaan kamu dengan aku itu bukan cinta. Jadi m
last updateLast Updated : 2024-05-15
Read more

44. Belanja Bareng

“Dante! Tante Kinnas!”Suara Cintara sejenak membuat Kinnas yang baru saja mengobrol dengan Dante lantas menoleh dengan cepat dan mendapati Cintara berlari menghampiri mereka.“Eh, Ta? Kok lari-lari, sih?”“Tante Kinnas udah nunggu lama, ya?”“Belum, Sayang. Tante juga baru aja sampai terus ngobrol sama Mas Dante, kok.”Cintara menghela napas lega. “Maaf ya, Tante. Tadi tuh macet banget. Pakai ada acara mogok segala pula taksinya. Untung mogoknya nggak jauh dari kantornya Dante. Jadi ya, tadi ngojek aja.”“Ya ampun, Ta. Tahu gitu tadi biar Mas Dante yang jemput aja.” Kinnas mendecak, menoleh ke arah Dante. “Gimana sih, Mas?”“Udah aku tawarin, Ma. Tapi calon menantu Mama ini bebal banget.”Cintara mendelik ke arah Dante. “Nggak usah, Tante. Lagian Dante kan pasti sibuk banget. Aku nggak mau ngerepotin dia.”“Padahal kan nggak sibuk, Ma.”“Te…”“Ya ampun, kalian tuh, ya… nggak sadar apa kalau sebentar lagi bakalan nikah?” Kinnas terkekeh. Tidak heran jika Dante dan Cintara akan saling
last updateLast Updated : 2024-05-15
Read more

45. Kejadian Tak Terduga

Suara dentuman musik discjokey memecah keheningan malam yang pekat. Udara pengap yang bercampur dengan asap rokok menguar memenuhi ruangan, tetapi tidak menyurutkan keinginan mereka untuk menggerakkan tubuhnya di atas lantai dansa.“Sumpah lo? Satu setengah bulan lagi?” Kanaya membelalak. “Gokil ya, kalian berdua! Gue yang ngebet pengen nikah muda, eh malah diduluin sama kalian!”Cintara tertawa. “Gue aja masih nggak percaya, Nay. Ya lo tahu lah, kalau keluarga nyokap gue masih mikirin soal tanggal bagus buat nikah.”“Dih! Iya, iya!” Kanaya mendecak. “Tapi lo yakin udah dikasih izin sama Dante buat ke sini kan, Ta? Awas aja lo ya, kalau sampai gue kena omel sama dia! Nggak lucu aja kita have fun, eh gue malah kena semprot sama calon suami lo! Nggak ada begini-begini lagi, ya. Cukup sekali waktu sama Romeo itu. Dante tuh kalau lagi ngamuk serem banget tahu, nggak!” teriak Kanaya sembari meneguk minumannya.“Aman, Nay. Gue udah izin, kok. Dan dia tahu kalau gue lagi di sini sama lo.”“D
last updateLast Updated : 2024-05-15
Read more

46. Kalapnya Dante

“Terima kasih, Pak. Semoga kedepannya kita bisa kerjasama lagi.”“Saya juga berharap begitu, Dante. Pokoknya saya tunggu kabar baiknya, ya.”“Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu, ya.”Setelah menyapa beberapa koleganya, Dante melangkah menjauh. Sesekali ia menoleh ke samping, ke arah Clara. Lalu, “Udah malam banget, Ra. Kalau kamu mau pulang, pulang duluan saja nggak apa-apa. Tapi saya minta maaf karena nggak bisa nganterin kamu.”“Ngg, nggak apa-apa, Pak. Terus ini Bapak mau ke mana?”“Saya harus pergi ke Alexis Bar untuk jemput Cintara.”“Oh gitu. Baik, Pak. Kalau begitu saya langsung pulang saja, Pak.”Sepeninggal Clara, Dante mengeluarkan ponsel. Ingin rasanya Dante mengumpat sejadi-jadinya lantaran gala dinner-nya dengan klien harus berlangsung lama, padahal kepalanya sudah dijejali rasa khawatir akan Cintara.Entah mengapa firasatnya buruk. Bahkan saat ia sudah membalas pesan dari perempuan itu lalu berusaha menghubunginya. Namun tidak ada satupun panggilan yang diangkat.
last updateLast Updated : 2024-05-16
Read more

47. Keadaan Cintara

“Mas!”Suara derap langkah Arjuna dan Kinnas yang baru saja tiba di rumah sakit membuat Dante lantas menoleh dengan cepat.“Ma… Pa…”“Gimana kondisinya Cintara sekarang, Mas?”Dante menggeleng. Raut wajahnya terlihat sangat frustasi. “Dia udah tidur, Ma, Pa. Setelah dikasih obat penenang, akhirnya dia bisa tidur.” Pria itu menundukkan wajah. “Aku takut kalau Cintara kenapa-napa, Ma. Aku—”“Mas, Cintara pasti akan baik-baik saja. Jadi kamu yang tenang, ya?” ujar Arjuna mencoba menenangkan. “Tangan kamu harus diobati, Mas.”Dante meraup wajahnya dengan kasar lalu tatapannya terpaku pada punggung tangannya yang terluka. Dan luka itu sudah mengering. “Aku nggak apa-apa, Pa.”“Tetap saja, Mas. Kamu nggak mungkin menemui Cintara dalam kondisi kayak gini, kan?”Dante menarik napas pendek. Tidak mengatakan apa-apa setelahnya. Pikirannya justru melayang, membayangkan bagaimana kondisi Cintara tadi membuat pria itu terlihat begitu kacau.“Tante Elisa udah dikabarin, Mas?”Dante mengangguk. “Uda
last updateLast Updated : 2024-05-16
Read more

48. Perasaan Bersalah

“Good morning.” Suara serak Dante sejenak mengalihkan perhatian Cintara yang baru saja membuka matanya.Perempuan itu menggeliat di atas ranjang sempit lalu ia tersenyum kecil. “Good morning.” Ia mendongak agar tatapannya bertumbukan dengan Dante. “Kamu nggak tidur semalaman?” tanya Cintara dengan keningnya yang mengernyit.“Tidur, Sayang. Cuma ya… sesekali aku bangun. Cuma pengen memastikan kalau tidur kamu nyenyak.”Sementara Cintara hanya tersenyum.“How do you feel today?” tanya Dante penasaran.Cintara mengerjap lalu mengangguk. “I feel good. Makasih ya, udah nemenin aku di sini.”“Good. I’m happy to hear that.” Dante mengusap wajah Cintara dengan lembut lalu mengecup puncak kepalanya dengan lembut. “Mau aku ambilkan air putih?”Cintara mengangguk. “Iya. Aku haus.”“Bentar.” Tangan Dante terulur ke samping lalu ia meraih segelas air putih itu dari atas nakas dan langsung mengangsurkannya kepada Cintara. “Pelan-pelan minumnya, ya?” Dante membantu Cintara untuk duduk dengan punggun
last updateLast Updated : 2024-05-16
Read more

49. Konseling

“Sekarang gimana perasaan kamu, Ta? Maksud saya, setelah sesi konseling ini selesai. Merasa sedikit lebih baik?”Cintara tersenyum lalu mrngangguk. “Iya, Dok. Saya merasa sedikit lega sekarang.”“Saya senang mendengarnya, Ta.” Dokter Bastian menuliskan sesuatu pada lembaran yang ada di pangkuannya. “Pokoknya jangan pernah sungkan untuk cerita sama saya, Ta. Kamu tahu, kan kalau saya di sini ada buat membantu kamu?” ujarnya lagi.Cintara tersenyum lalu mengangguk. “Pasti, Dok. Makasih sudah mendengarkan banyak hal tentang saya hari ini.”Dokter Bastian tersenyum kecil. “Sama-sama, Cintara.”“Kalau begitu saya pamit dulu ya, Dok. Sampai ketemu minggu depan.”Cintara baru saja selesai dengan sesi konselingnya bersama Dokter Bastian, salah satu psikolog yang sempat dikenalkan Dante kepadanya.Perempuan itu keluar dari ruang konseling lalu melangkah menyusuri koridor yang tampak lengang. Hanya ada beberapa orang yang tengah duduk di depan ruang konseling. Mungkin mereka juga mengalami hal
last updateLast Updated : 2024-05-16
Read more

50. Beli Rumah

“Widih, tumben banget Mas Dante pagi-pagi ke sini? Ada angin apa, nih?”“Selamat pagi, Anak Kecil.” Dante mengayunkan langkahnya mendekati adiknya lalu mengacak-acak rambutnya karena gemas. “Pa, apa kabar?”“Eh, Mas. Papa kabarnya baik. Tumben nih mampir? Ada apa?”“Iya, Pa. Aku ada janji sama Kevin pagi ini.” Mata Dante lantas mengedar ke sekitar. “Terus ini Mama ke mana?”“Dih! Tuh kan, Pa, Mas Dante tuh pilih kasih. Gitu deh sukanya, yang dicariin pertama kali pasti Mama!” sungut Zidny tak terima.Dante tertawa. “Apa, sih? Kalau kamu kangen tuh bilang aja, Dek. Atau kamu pasti lagi ada maunya aja, kan?”Zidny tertawa. “Apaan deh. Nggak usah mancing-mancing ya, Mas, kalau aku minta apartemennya Mas Dante aja nggak dikasih!”“Lho, Mas Dante kapan sampainya?” Kinnas yang tiba-tiba muncul dari balik pintu taman rumah lantas melangkah mendekati Dante dan langsung mengecup pipinya. “Dari apartemen?”“Iya, Ma. Barusan banget kok datangnya. Datang-datang udah dipalakin apartemen nih, Ma.”
last updateLast Updated : 2024-05-16
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status