Semua Bab Teman tapi Menikah: Bab 21 - Bab 30

95 Bab

21. Meyakinkan Cintara II

“Te, lo masih marah sama gue?” Mendengar perkataan itu, Dante kemudian menolehkan wajah ke arah Cintara. Mereka baru saja keluar dari gedung bioskop dan berniat mampir ke restoran favorit mereka untuk makan siang.“Nggak, kok. Siapa coba yang marah, Ta?”“Ish, lo diem gitu dari tadi.” Cintara mengerucutkan bibirnya. “Gue sama Romeo kan nggak ada apa-apa juga, Te.”“Dia sering telpon lo?” tanya Dante dengan tenang, dan ketenangan pria itu membuat Cintara bergidik ngeri.“Nggak!” jawab Cintara dengan cepat. “Sebenarnya dia sempat ngajak gue jalan, sih. Cuma ya…” Perempuan itu menggigit bibirnya bagian dalam lalu menghentikan langkahnya. Membuat Dante yang tadinya berjalan di sisinya ikut berhenti dan menoleh ke arahnya. “Sebenarnya dia sempat ngajak gue jalan, Te.” Kening Dante mengerut. Belum mengatakan apa-apa lantaran tahu jika Cintara belum menyelesaikan ucapannya. “Tapi gue nggak bilang apa-apa. Maksud gue… gue lagi bingung.”“Bingung
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-11
Baca selengkapnya

22. Bentuk Perhatian Dante

“Seriusan, Ta? Coba mana lihat tangan lo!”Cintara manggut-manggut sembari menyesap kopinya. Tangannya terulur ke depan, membiarkan Kanaya melihat cincin yang tersemat di jari manisnya. Cincin itu diberikan Dante beberapa hari yang lalu.“Sialan! Gue nggak nyangka kalau Dante bakalan segercep ini!” sungut Kanaya kesal. “Terus lo sendiri gimana, Ta? Bukannya lo sendiri yang belum yakin sama Dante, ya?”Cintara menarik napas pendek. “Jujur gue takut, Nay,” akunya lirih. “Lo tahu sendiri gimana akhir dari pernikahan bokap sama nyokap gue, kan? Bokap gue selingkuh dan pergi ninggalin nyokap sama gue gitu aja. Gue juga takut kalau—”“Bokap sama Dante nggak bisa disamakan, Ta.” Kanaya meraih tangan Cintara lalu menggenggamnya dengan erat. “Gue yakin Dante nggak akan ngecewain lo, kok. Gue bukannya mau ngebelain dia, ya. Tapi kita kenal Dante selama bertahun-tahun dan sikapnya nggak pernah bikin kita kecewa. Ya, nggak, sih? Dante tuh tipikal cowok yang t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-11
Baca selengkapnya

23. Permintaan Maaf Mama Elisa

“Good morning!” Cintara yang baru saja menuruni anak tangga lantas mengayunkan langkahnya mendekati Mama Elisa yang terlihat sibuk di dapur. “Mama masak apa? Baunya kok enak gini?”“Mama lagi siapin pesanan Bu Nelly.” Mama Elisa menatap Cintara yang berjalan mendekatinya. “Habis dikasih apa sama Dante kok kelihatan sumringah gitu?”Cintara seketika mendelik ke arah Mama Elisa yang kini sudah memicingkan matanya. “Dih, apa sih, Ma?” Perempuan itu kemudian menuangkan air dingin ke dalam gelas, lalu meneguknya demi menghindari tatapan curiga Mama Elisa.“Kamu mau ke mana, sih pagi-pagi gini sudah rapi?” tanya Mama Elisa penasaran.“Mau jalan sama Kanaya, Ma. Aku janjian sama dia mau datang ke kafenya temen yang baru buka kemarin.”Mama Elisa manggut-manggut. Tidak ada kalimat yang terucap dari bibirnya dan hal itu membuat Cintara terlihat heran. Lalu, “Ma? Mama sakit, ya?” tanya perempuan itu cemas.“Nggak, Ta. Mama baik-baik saja.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-11
Baca selengkapnya

24. Bentuk Perhatian Cintara

“Bapak butuh sesuatu?”Suara Clara sejenak mengalihkan perhatian Dante yang sejak tadi tengah duduk di depan meja gambarnya. Pria itu terlihat sibuk dengan penggaris dan pensil gambar yang ada di tangannya.“Kamu belum pulang, Ra?”“Belum, Pak. In case Bapak membutuhkan sesuatu,” jawab Clara apa adanya. “Bapak belum sempat makan malam juga. Mau saya pesankan makanan, Pak?”Dante tak langsung menjawab. Pria itu melepaskan kacamata yang sejak tadi bertengger di batang hidungnya. Wajahnya tampak kelelahan dengan kemejanya yang terlihat lusuh.“Nggak usah, Ra. Gambar saya juga bentar lagi selesai, kok. Kamu pulang saja,” jawab Dante dengan tenang.“Bapak yakin?”“Iya. Kamu juga pasti capek, Ra. Seharian ini kita ada empat meeting tanpa henti. Besok kamu harus kembali bekerja lagi.”“Iya, Pak. Kalau Bapak nggak butuh-butuh apa lagi, saya permisi untuk pulang, Pak.”“Oke, Ra. Hati-hati di jalan.”Sep
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-11
Baca selengkapnya

25. Gugupnya Cintara

“Kenapa dari tadi diem aja, Ta. Kamu lagi mikirin apa?”Cintara tak langsung menjawab. Mobil yang dikendarai mereka baru saja tiba di depan kediaman Cintara bersamaan dengan hujan yang sudah berhenti.Perempuan itu menolehkan wajah ke samping, memberanikan diri untuk menatap Dante. Wajahnya pasti sudah merona sekali, yang untungnya hanya ada pencahayaan minim di sana. “Harus pakai kamu banget, nih?”“Kenapa? Ya nggak mungkin terus-terusan pakai lo-gue dong, Ta.” Dante terkekeh. “Kenapa? Aneh, ya?”Cintara memalingkan wajahnya. Jantungnya masih saja berdebar-debar mengingat apa yang telah terjadi tadi.“Lagi mikirin apa, sih? Ada yang bikin kamu terusik?” tanya Dante lagi. Pria itu menjulurkan tangannya ke depan, lalu meraih tangan Cintara ke dalam genggamannya.Sementara Cintara tidak mengatakan apa-apa. Perempuan itu menggigit bibirnya bagian dalam, terlihat kebingungan untuk menjawab pertanyaan Dante. Namun, “Gara-gara aku nyiu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-11
Baca selengkapnya

26. Jemputan Dante

“Mentang-mentang pacarnya lima langkah, sekarang Mas Dante sering banget pulang ke rumah, ya?” Suara sindiran Zidny membuat Dante yang baru saja turun dari kamarnya lantas terkekeh.“Apaan sih, Dek?” Dante melangkah mendekati Zidny lalu mengacak-acak rambut adiknya.“Rambut gue, Mas!” Zidny mendelik. “Apaan, apaan! Noh, apartemen kalau udah nggak kepakai dihibahin ke adiknya aja, Mas.”“Nggak mau ah! Cari uang sendiri, terus beli sendiri, dong!” Dante menarik kursi di sebelah Zidny, tatapannya fokus pada Kinnas yang tengah sibuk di dapur.“Dih, Mas! Kok perhitungan gitu sama adiknya sendiri?” Zidny merengut dengan tampang memelas. “Kasih ke gue dong, Mas. Kan gue udah gede. Malu dong, masih tinggal di rumah Mama sama Papa. Kan gue juga pengen mandiri.”“Mandiri tuh, kalau lo udah bisa cari duit sendiri, Dek. Kalau masih minta sama Mama ya, sama aja bohong! Nambah-nambahin pengeluaran aja!”“Dih, Mas, uang yang dikasih Mama sama Papa itu juga termasuk penghasilan sendiri, tahu. Cuma s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-12
Baca selengkapnya

27. Perfect Distraction

“Bisa nggak, nggak usah bertingkah kayak anak kecil? Lo tuh ya…” Cintara menarik napas, antara kesal dan ingin murka. “Seandainya lo tadi nggak berhenti, gue yakin bakalan ada petugas keamanan yang bakalan seret lo keluar dari bandara!”Merasa tidak ditanggapi ucapannya, Cintara mendelik tak terima. Perempuan itu menekan kapas yang kini digunakan untuk mengolesi obat di sudut bibir Dante.“Aw… sakit, Ta.” Dante meringis kecil, menatap penuh permohonan pada Cintara.“Makanya kalau ada orang ngomong tuh didengerin!”“Aku dengerin kamu dari tadi.”“Bohong! Kalau lo dengerin, ya harusnya nanggepin, dong! Bukan malah diem doang!” sungut Cintara kesal.“Aku bukannya nggak mau nanggepin, Ta. Aku cuma nggak mau ribut sama kamu.” Dante menarik napas pendek. “Dia emang pantas dipukul karena udah ngomong yang nggak-nggak tentang kamu.”“Ya ampun, Te. Lo kan tahu sifatnya Niko gimana? Lo udah kenal dia dan—”“Justru karena aku kenal dia, Ta. Dulu aku ngenalin dia sama kamu dan akhirnya kalian dek
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-12
Baca selengkapnya

28. Me Time

“Jadi… udah fixed mau dilamar sama Dante, nih?”Cintara menolehkan wajah. Menatap Kanaya yang tengah sibuk dipijat punggungnya di sampingnya. Mereka tengah menghabiskan hari liburnya untuk melakukan relaksasi siang itu. “Menurut lo gimana?” ujar Cintara balik bertanya.“Lo gila apa gimana, sih? Kan yang kawin lo, Ta. Kenapa lo jadi tanya gue?”“Ya lo kan sahabat gue, Nay. Gue pengen dengerin pendapat lo secara obyektif.” Cintara mendecak. “Masa gitu aja nggak paham, sih?”Kanaya terkekeh. “Iya, iya, gue ngerti maksud lo, kok. Kalau menurut gue, sih… masih mending ke mana-mana Dante katimbang Niko, ya.”“Masa, sih?”“Niko kan jelas bajingan ya, Ta. Tapi kalau Dante…” Kanaya meringis. “Gue juga belum pernah lihat, sih. Cuma kalau dilihat dari cara dia nge-treat lo, beda jauh lah, Ta.”“Nah, kan! Lo sendiri aja nggak bisa jawab. Mereka tuh sama aja, Nay. Cuma masalahnya kalau Dante nggak ketahuan aja sama kita. Gue jadi parno kalau tiba-tiba ada cewek yang ngaku-ngaku hamil anaknya Dant
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-12
Baca selengkapnya

29. Melamar

“Ini gue berlebihan nggak sih, Nay?” Cintara menundukkan wajah, menatap potret dirinya lewat pantulan kaca. Hari ini keluarga besar Dante akan berkunjung ke rumah Cintara untuk melamarnya.“Nggak, kok. Lo kelihatan cantik banget tahu, nggak.” Kanaya memoleskan blush on ke pipi Cintara. “Gue nggak nyangka kalau selera Dante mahal gini.”Cintara mendecak pelan. “Mahal gimana maksudnya?”“Lo lihat diri lo sekarang dong, Ta. Lo tuh cantik banget sekarang. Dress yang dikasih Dante ini bukan dress murahan.” Kanaya mendecak. “Mana pas banget di badan lo pula. Wah, kurang pengertian apa itu cowok sama lo?”Cintara menarik napas, mendecak kesal. “Gue kok deg-degan ya, Nay?” ujarnya lirih.“Udah deh, Ta. Lo jangan gerak-gerak, dong. Lipstik lo jadi berantakan, nih!” gerutu Kanaya tak terima.“Nggak usah menor-menor, Nay. Gue cuma mau dilamar, bukan mau diajak sinden. Kayak kalau kita lagi nugas aja, sih!” sungut Cintara.“Ini udah paling natural banget, Maemunah! Udah deh, lo diem aja. Sayang b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-12
Baca selengkapnya

30. Dua Pria Beda Generasi

“Udah lega sekarang, Mas?”Suara Arjuna membuyarkan keterdiaman Dante yang sejak tadi tengah memperhatikan Cintara dari kejauhan.Pria itu menundukkan wajah, salah tingkah setelah dipergoki ayahnya. “Pa…”“Papa masih nggak nyangka aja kalau kamu bakalan serius nikahin Cintara, Mas. Selama ini kalian kan ya… cuma sahabatan doang.”“Sama, Pa. Aku juga nggak nyangka kalau bakalan sampai sejauh ini sama Cintara. Tapi selagi dia mau nggak masalah kan, Pa?”“Nggak, sih. Papa malah senang kalau akhirnya kamu nikah sama Cintara. Toh, kalian berdua udah saling kenal satu sama lain, bahkan sejak masih anak-anak. Kamu pasti tahu lebih banyak tentang dia, kan? Pun sebaliknya. Tapi…” Arjuna menarik napas dan ikut menoleh ke arah Cintara yang berdiri tak jauh dari mereka. “Pernikahan itu nggak mudah, Mas.”“Papa pernah merasa kesulitan menghadapi Mama, nggak?” tembak Dante langsung.“Ngg, nggak sih. Mama kamu itu perempuan dewasa, Mas. Jauh lebih dewasa dibandingkan Papa. Papa sih nggak pernah mera
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status