Semua Bab Teman tapi Menikah: Bab 31 - Bab 40

95 Bab

31. Gangguan Sissy

“Terima kasih sudah mempercayakan semuanya ke kami, Pak Dharma. Saya akan berusaha semaksimal mungkin agar project ini bisa berjalan sesuai dengan rencana dan lancar untuk kedepannya.”“Amin, Pak. Kami akan menunggu kedatangan timnya Pak Dante ke Bandung segera.” Pak Dharma menjulurkan tangannya ke depan, menjabat tangan Dante. “Kalau begitu, saya permisi dulu, Pak. Sore ini saya langsung terbang ke Medan untuk mengurusi pembebasan lahan di sana.”Dante mengangguk kecil. “Baik, Pak. Hati-hati di jalan. Semoga selamat sampai tujuan.”Sepeninggal Pak Dharma dari ruangannya, Dante kembali duduk di kursi yang tadi ditempatinya. Ditatapnya layar monitor yang ada di hadapannya, sesekali pria itu menghela napas pendek.“Pengajuan yang baru saja disetujui sama Pak Dharma minta tolong kamu kirim ke saya ya, Ra. Sekalian juga agendakan untuk meeting sama tim lapangan. Setidaknya Minggu depan kita bisa langsung survey lapangan sebelum mulai pengerjaan.”“Baik, Pak. Sore ini langsung saya kirimka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-13
Baca selengkapnya

32. Quality Time

Dante baru saja akan masuk ke kursi kemudi saat ponsel yang ada di dalam saku celananya berdering. Pria itu menarik napas lalu merogoh ponselnya dari dalam saku celana.Lalu, “Halo, Ra? Ada apa?”“Bapak sudah landing di Bali?” tanya Clara di seberang sana. “Maaf, Pak. Saya barusan dapat telepon dari Pak Dharma terkait perubahan desain yang telah disetujui pada meeting tadi. Saya sudah mengirimnya ke email Bapak barusan.”“Oke. Saya baru saja landing, Ra. Boleh saya cek nanti malam?”“Boleh, Pak. Saya juga sudah bilang ke Pak Dharma kalau Bapak sedang perjalanan bisnis ke Bali.”“Oke kalau gitu. Ada lagi?”“Nggak ada, Pak.”“Kalau nggak urgent banget, jangan ganggu saya dulu ya, Ra. Thank you.”“Baik, Pak.”Setelah mengakhiri panggilan Clara, Dante menghela napas pendek. Ia baru saja akan melajukan mobilnya saat sebuah pesan dari Cintara muncul di layar.[Dia Cintara Naladhipa: Udah landing?][Dia Cintara Naladhipa: Te? Kok nggak berkabar, sih?][Dia Cintara Naladhipa: Gue udah dapat m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-13
Baca selengkapnya

33. Pillow Talk

“Kalau kita nikah nanti, kamu maunya kita tinggal di mana, Ta?” tanya Dante tiba-tiba. Pria itu baru saja keluar dari kamar mandi dengan wajahnya yang jauh terlihat segar. Mereka baru saja kembali ke hotel beberapa menit yang lalu setelah menghabiskan waktu bersama Cintara di kawasan Jimbaran. “Misal tinggal di tempat Mama aja, lo nggak mau, ya?” tanya Cintara. “Gue kepikiran soal Mama, Te. Lo tahu kan, kalau nggak sama gue, Mama bakalan sendirian? Mama sih bilangnya nggak apa-apa tinggal sendirian. Tapi Mama bilang nggak etis aja kalau gue udah nikah tapi masih tinggal serumah sama Mama. Lo sendiri gimana?” “Ya kalau aku sih, sepemikiran sama omongan Mama kamu, Ta. Aku maunya kita tinggal pisah dari orang tua. Karena biar bagaimanapun kamu udah jadi tanggung jawabku nanti.” Dante melangkah mendekati kopernya untuk mengambil laptop lalu melangkah menuju ke ranjang tidur dan bergabung dengan Cintara. “Lo mau kerja?” tanya Cintara. “Mm.” Dante bergumam lalu duduk tepat di sam
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-13
Baca selengkapnya

34. Video 52 Detik

Cintara menggeliat di atas tempat tidurnya. Matanya mengerjap, samar sekali suara alarm ponselnya terdengar. Tangannya terulur ke atas nakas untuk meraih ponselnya lalu mematikannya.Waktu sudah menunjuk angka tiga pagi, kebiasaan yang seringkali dilakukan Cintara mengingat bahwa pukul enam pagi, perempuan itu harus sudah tiba di bandara.Namun seolah ada yang menahannya, Cintara menoleh lalu tertegun. Pandangannya seketika terpaku pada Dante yang tengah terlelap di sisinya. Seutas senyum terbit di wajah perempuan itu seiring dengan jantungnya yang berdebar kencang.Barangkali pikiran dan hatinya sedang tidak sejalan, Cintara menjulurkan tangannya ke depan. Disentuhnya wajah Dante yang ditumbuhi bulu-bulu halus dengan pelan. Lalu tangannya bergerak menyentuh guratan tato yang ada di bagian punggung kanannya.Ia tidak tahu jika Dante memiliki kebiasaan tertelanjang dada saat terlelap seperti ini. Dan anehnya Cintara bisa merasakan desiran asing yang mengalir di hatinya.Baru saja ia me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-13
Baca selengkapnya

35. Kebetulan Tak Terduga

“Tapi lo yakin kalau lo nggak ada main sebelumnya sama Sissy kan, Te? Maksud gue, setelah lo memutuskan untuk tunangan sama Cintara?” tanya Kevin penasaran.Diwaktu yang sama, Kevin juga tengah melakukan perjalanan bisnis ke Bali. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk bertemu di salah satu kafe yang ada di kawasan Canggu untuk membicarakan kabar tentang Sissy Priscillia.“Nggak ada, Vin. Lo tahu kan kalau gue nggak pernah main-main? Gue sama Sissy cuma sebatas… friends with benefits. Ngerti?”Kevin menghela napas pendek. “Ya masalahnya main lo kurang aman, Anjir. Kalau sampai video itu bocor ke media, apa kata dunia, coba? Dan lo masih bisa sesantai ini ngadepin dia?” Kevin mendecak sambil geleng-geleng kepala. “Orang gila!”“Kalau sampai video itu bocor, siapa yang bakalan dirugikan dalam hal ini, coba?” Dante menyesap kopinya dengan pelan. “Lagian apa yang diharapkan dari gue, Vin? Artis juga bukan. Gue bukan siapa-siapa dan nggak ngasih benefit apa-apa sama dia. Dia yang bakalan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-13
Baca selengkapnya

36. Kegamangan Cintara

“Siapa ini? Saya nggak kenal kamu. Jadi bisa kan, kamu berhenti ganggu saya?”Setelah melihat video berdurasi 52 detik berikut dengan rekaman CCTV yang menunjukkan kebersamaan mereka malam itu, terus terang Cintara ingin mengabaikannya. Namun tidak setelah nomor asing itu mengirimi sebuah foto hasil USG yang menunjukkan bahwa perempuan itu tengah hamil.[0811234xxx: I’m pregnant. Dan Dante ayahnya.]Pikiran Cintara mendadak penuh. Ia menghentikan langkahnya dengan satu tangan yang menggenggam ponsel di telinga. Tengah berbicara dengan seseorang di seberang sana.“Saya nggak akan banyak basa-basi.” Perempuan itu terdengar tenang di seberang sana. “Kamu tahu maksud saya dan saya nggak perlu memperjelas apa yang baru saja kamu lihat, kan?”“Dan kamu pikir saya akan percaya? Mau kamu apa?” tanya Cintara tak gentar.“Saya juga nggak peduli kamu mau percaya atau tidak. Saya hanya sedang memperingatkan kamu untuk berhenti sekarang juga. Dia kekasih saya dan sekarang saya hamil anaknya.”“Dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-13
Baca selengkapnya

37. Usaha Dante

Dante tahu bahwa sejak saat Cintara tidak memberikan kabar apapun kepadanya, ia tahu jika ada yang tidak beres dengan perempuan itu.“Gue nggak boleh angkat telepon lo, Te. Cintara bakalan marah besar kalau dia tahu gue angkat telepon dari lo.”“Cuma lo yang bisa gue mintain tolong, Nay. Sumpah! Gue nggak tahu apa salah gue. Tapi, please, kasih penjelasan ke gue dulu. Cintara kenapa?”Terdengar embusan napas di seberang sana. Samar sekali suara operator bandara di seberang sana terdengar dan Dante tahu jika Kanaya dan Cintara sudah tiba di bandara.“Ada orang yang ngasih lihat video lo sama cewek. Selain itu, ada rekaman CCTV kalau cewek itu mesra banget sama lo. Cintara bilang kalau CCTV itu diambil di apartemen lo tepat pas lo nerima ajakan nikahnya. Lalu foto ketiga ada foto hasil USG dan dia ngaku itu anak lo. Terakhir, kebersamaan lo sama Sissy di Ubud tadi.” Kanaya menarik napas. “Gue nggak ngerti lagi, lo mau jelasin apa ke gue. Tapi yang jelas, Cintara kelihatan banget kecewa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-14
Baca selengkapnya

38. Penjelasan Dante

Tidak ada percakapan apapun sepanjang mobil yang dikendarai mereka melaju membelah kemacetan jalan raya. Cintara membiarkan Dante fokus dengan kemudinya. Sementara tatapan perempuan itu tertoleh ke samping.Masih segar ingatannya tentang foto-foto yang dikirimkan Sissy kepadanya. Dan rasanya Cintara benar-benar muak.Tepat saat waktu sudah menunjuk angka sebelas, keduanya tiba di sebuah villa di kawasan Kuta. Setelah Dante memarkirkan mobilnya dengan sempurna di depan lobi ia kemudian menoleh ke samping.“Turun, yuk?”“Nggak! Lo kalau mau ngomong mending di sini aja, deh.” Cintara mendengus pelan, memalingkan wajahnya lagi untuk menghindari tatapan Dante.“Ta…” bujuk Dante.“Gue nggak pengen dengerin penjelasan apa-apa dari lo, Te! Gue masih kesel sama lo!”“Terus mau sampai kapan kamu ngambek gini? Aku yakin kalau kondisi kamu kesel gini, yang ada kamunya sendiri yang nggak nyaman Ta.” Dante menghela napas pendek, masih mencoba membujuk Cintara. “Nggak baik kalau ada masalah dibiarka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-14
Baca selengkapnya

39. Murkanya Cintara

“Tumben banget Mama ngajakin makan di luar. Habis menang lotre, ya?”Suara celetukan Cintara seketika membuat Mama Elisa menolehkan wajah. Perempuan itu menarik kursi di hadapannya lalu duduk dengan matanya yang memicing.“Lotre apanya sih, Ta? Nomor togel bukannya?”“Dih! Habisnya Mama tuh yang aneh. Nggak ada angin nggak ada hujan, tiba-tiba ngajak makan di luar. Pasti ada maunya, kan?”“Emang salah kalau Mama ngajak anak Mama sendiri makan di luar? Kamu juga pasti bosen, kan makan makanan rumahan?”“Nggak sih.” Cintara mengedarkan matanya ke sekitar. “Mama udah pesan belum?”“Belum. Mama kan nungguin kamu, Ta.”Cintara mencebik lalu pandangannya mengedar ke sekitar. Perempuan itu melambaikan tangan ke arah waiter yang tengah berdiri tak jauh dari meja yang diduduki mereka, baru setelah itu mereka mulai memesan.“Persiapan pernikahan kamu udah sampai mana, Ta?”Pertanyaan Mama Elisa sejenak mengalihkan perhatian Cintara. Perempuan itu mengangkat kepala dari layar. “Belum sampai ke m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-14
Baca selengkapnya

40. Bujukan Dante

Tidak ada percakapan apapun sepanjang mobil yang dikendarai mereka melaju membelah jalan raya. Sesekali Dante menoleh ke samping, hanya untuk memastikan jika Cintara baik-baik saja di sana.Begitu tiba di apartemen, Dante memarkirkan mobilnya di basement. Keduanya tidak langsung beranjak turun dan masih bertahan di mobil selama beberapa saat.“Ta…” Tangan Dante terulur ke depan, meraih tangan Cintara untuk digenggamnya. Baru setelah itu Cintara tersentak, kembali sadar. “Kita udah sampai. Kita turun, yuk!”Masih tidak mengatakan apa-apa, Cintara memutuskan untuk turun dari mobil lalu Dante menyusul di belakangnya. Keduanya melangkah menyusuri koridor yang tampak lengang untuk menuju unit pria itu.Begitu tiba di unitnya, Cintara langsung melemparkan punggungnya ke sofa. Tatapannya terlihat kosong, terlihat kelelahan dan Dante tahu jika telah terjadi sesuatu dengan perempuan itu.Langkah Dante terayun ke dapur. Ia meraih cangkir di atas rak lalu menuangkan air panas ke dalam cangkir it
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status