Home / Pernikahan / Teman tapi Menikah / 44. Belanja Bareng

Share

44. Belanja Bareng

Author: IKYURA
last update Last Updated: 2024-05-15 15:15:54

“Dante! Tante Kinnas!”

Suara Cintara sejenak membuat Kinnas yang baru saja mengobrol dengan Dante lantas menoleh dengan cepat dan mendapati Cintara berlari menghampiri mereka.

“Eh, Ta? Kok lari-lari, sih?”

“Tante Kinnas udah nunggu lama, ya?”

“Belum, Sayang. Tante juga baru aja sampai terus ngobrol sama Mas Dante, kok.”

Cintara menghela napas lega. “Maaf ya, Tante. Tadi tuh macet banget. Pakai ada acara mogok segala pula taksinya. Untung mogoknya nggak jauh dari kantornya Dante. Jadi ya, tadi ngojek aja.”

“Ya ampun, Ta. Tahu gitu tadi biar Mas Dante yang jemput aja.” Kinnas mendecak, menoleh ke arah Dante. “Gimana sih, Mas?”

“Udah aku tawarin, Ma. Tapi calon menantu Mama ini bebal banget.”

Cintara mendelik ke arah Dante. “Nggak usah, Tante. Lagian Dante kan pasti sibuk banget. Aku nggak mau ngerepotin dia.”

“Padahal kan nggak sibuk, Ma.”

“Te…”

“Ya ampun, kalian tuh, ya… nggak sadar apa kalau sebentar lagi bakalan nikah?” Kinnas terkekeh. Tidak heran jika Dante dan Cintara akan saling
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Teman tapi Menikah   45. Kejadian Tak Terduga

    Suara dentuman musik discjokey memecah keheningan malam yang pekat. Udara pengap yang bercampur dengan asap rokok menguar memenuhi ruangan, tetapi tidak menyurutkan keinginan mereka untuk menggerakkan tubuhnya di atas lantai dansa.“Sumpah lo? Satu setengah bulan lagi?” Kanaya membelalak. “Gokil ya, kalian berdua! Gue yang ngebet pengen nikah muda, eh malah diduluin sama kalian!”Cintara tertawa. “Gue aja masih nggak percaya, Nay. Ya lo tahu lah, kalau keluarga nyokap gue masih mikirin soal tanggal bagus buat nikah.”“Dih! Iya, iya!” Kanaya mendecak. “Tapi lo yakin udah dikasih izin sama Dante buat ke sini kan, Ta? Awas aja lo ya, kalau sampai gue kena omel sama dia! Nggak lucu aja kita have fun, eh gue malah kena semprot sama calon suami lo! Nggak ada begini-begini lagi, ya. Cukup sekali waktu sama Romeo itu. Dante tuh kalau lagi ngamuk serem banget tahu, nggak!” teriak Kanaya sembari meneguk minumannya.“Aman, Nay. Gue udah izin, kok. Dan dia tahu kalau gue lagi di sini sama lo.”“D

    Last Updated : 2024-05-15
  • Teman tapi Menikah   46. Kalapnya Dante

    “Terima kasih, Pak. Semoga kedepannya kita bisa kerjasama lagi.”“Saya juga berharap begitu, Dante. Pokoknya saya tunggu kabar baiknya, ya.”“Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu, ya.”Setelah menyapa beberapa koleganya, Dante melangkah menjauh. Sesekali ia menoleh ke samping, ke arah Clara. Lalu, “Udah malam banget, Ra. Kalau kamu mau pulang, pulang duluan saja nggak apa-apa. Tapi saya minta maaf karena nggak bisa nganterin kamu.”“Ngg, nggak apa-apa, Pak. Terus ini Bapak mau ke mana?”“Saya harus pergi ke Alexis Bar untuk jemput Cintara.”“Oh gitu. Baik, Pak. Kalau begitu saya langsung pulang saja, Pak.”Sepeninggal Clara, Dante mengeluarkan ponsel. Ingin rasanya Dante mengumpat sejadi-jadinya lantaran gala dinner-nya dengan klien harus berlangsung lama, padahal kepalanya sudah dijejali rasa khawatir akan Cintara.Entah mengapa firasatnya buruk. Bahkan saat ia sudah membalas pesan dari perempuan itu lalu berusaha menghubunginya. Namun tidak ada satupun panggilan yang diangkat.

    Last Updated : 2024-05-16
  • Teman tapi Menikah   47. Keadaan Cintara

    “Mas!”Suara derap langkah Arjuna dan Kinnas yang baru saja tiba di rumah sakit membuat Dante lantas menoleh dengan cepat.“Ma… Pa…”“Gimana kondisinya Cintara sekarang, Mas?”Dante menggeleng. Raut wajahnya terlihat sangat frustasi. “Dia udah tidur, Ma, Pa. Setelah dikasih obat penenang, akhirnya dia bisa tidur.” Pria itu menundukkan wajah. “Aku takut kalau Cintara kenapa-napa, Ma. Aku—”“Mas, Cintara pasti akan baik-baik saja. Jadi kamu yang tenang, ya?” ujar Arjuna mencoba menenangkan. “Tangan kamu harus diobati, Mas.”Dante meraup wajahnya dengan kasar lalu tatapannya terpaku pada punggung tangannya yang terluka. Dan luka itu sudah mengering. “Aku nggak apa-apa, Pa.”“Tetap saja, Mas. Kamu nggak mungkin menemui Cintara dalam kondisi kayak gini, kan?”Dante menarik napas pendek. Tidak mengatakan apa-apa setelahnya. Pikirannya justru melayang, membayangkan bagaimana kondisi Cintara tadi membuat pria itu terlihat begitu kacau.“Tante Elisa udah dikabarin, Mas?”Dante mengangguk. “Uda

    Last Updated : 2024-05-16
  • Teman tapi Menikah   48. Perasaan Bersalah

    “Good morning.” Suara serak Dante sejenak mengalihkan perhatian Cintara yang baru saja membuka matanya.Perempuan itu menggeliat di atas ranjang sempit lalu ia tersenyum kecil. “Good morning.” Ia mendongak agar tatapannya bertumbukan dengan Dante. “Kamu nggak tidur semalaman?” tanya Cintara dengan keningnya yang mengernyit.“Tidur, Sayang. Cuma ya… sesekali aku bangun. Cuma pengen memastikan kalau tidur kamu nyenyak.”Sementara Cintara hanya tersenyum.“How do you feel today?” tanya Dante penasaran.Cintara mengerjap lalu mengangguk. “I feel good. Makasih ya, udah nemenin aku di sini.”“Good. I’m happy to hear that.” Dante mengusap wajah Cintara dengan lembut lalu mengecup puncak kepalanya dengan lembut. “Mau aku ambilkan air putih?”Cintara mengangguk. “Iya. Aku haus.”“Bentar.” Tangan Dante terulur ke samping lalu ia meraih segelas air putih itu dari atas nakas dan langsung mengangsurkannya kepada Cintara. “Pelan-pelan minumnya, ya?” Dante membantu Cintara untuk duduk dengan punggun

    Last Updated : 2024-05-16
  • Teman tapi Menikah   49. Konseling

    “Sekarang gimana perasaan kamu, Ta? Maksud saya, setelah sesi konseling ini selesai. Merasa sedikit lebih baik?”Cintara tersenyum lalu mrngangguk. “Iya, Dok. Saya merasa sedikit lega sekarang.”“Saya senang mendengarnya, Ta.” Dokter Bastian menuliskan sesuatu pada lembaran yang ada di pangkuannya. “Pokoknya jangan pernah sungkan untuk cerita sama saya, Ta. Kamu tahu, kan kalau saya di sini ada buat membantu kamu?” ujarnya lagi.Cintara tersenyum lalu mengangguk. “Pasti, Dok. Makasih sudah mendengarkan banyak hal tentang saya hari ini.”Dokter Bastian tersenyum kecil. “Sama-sama, Cintara.”“Kalau begitu saya pamit dulu ya, Dok. Sampai ketemu minggu depan.”Cintara baru saja selesai dengan sesi konselingnya bersama Dokter Bastian, salah satu psikolog yang sempat dikenalkan Dante kepadanya.Perempuan itu keluar dari ruang konseling lalu melangkah menyusuri koridor yang tampak lengang. Hanya ada beberapa orang yang tengah duduk di depan ruang konseling. Mungkin mereka juga mengalami hal

    Last Updated : 2024-05-16
  • Teman tapi Menikah   50. Beli Rumah

    “Widih, tumben banget Mas Dante pagi-pagi ke sini? Ada angin apa, nih?”“Selamat pagi, Anak Kecil.” Dante mengayunkan langkahnya mendekati adiknya lalu mengacak-acak rambutnya karena gemas. “Pa, apa kabar?”“Eh, Mas. Papa kabarnya baik. Tumben nih mampir? Ada apa?”“Iya, Pa. Aku ada janji sama Kevin pagi ini.” Mata Dante lantas mengedar ke sekitar. “Terus ini Mama ke mana?”“Dih! Tuh kan, Pa, Mas Dante tuh pilih kasih. Gitu deh sukanya, yang dicariin pertama kali pasti Mama!” sungut Zidny tak terima.Dante tertawa. “Apa, sih? Kalau kamu kangen tuh bilang aja, Dek. Atau kamu pasti lagi ada maunya aja, kan?”Zidny tertawa. “Apaan deh. Nggak usah mancing-mancing ya, Mas, kalau aku minta apartemennya Mas Dante aja nggak dikasih!”“Lho, Mas Dante kapan sampainya?” Kinnas yang tiba-tiba muncul dari balik pintu taman rumah lantas melangkah mendekati Dante dan langsung mengecup pipinya. “Dari apartemen?”“Iya, Ma. Barusan banget kok datangnya. Datang-datang udah dipalakin apartemen nih, Ma.”

    Last Updated : 2024-05-16
  • Teman tapi Menikah   51. Sah!

    “Anak Mama udah benar-benar yakin pengen nikah? Nggak pengen nunda-nunda lagi?”“Ya ampun, Ma. Mama kenapa, sih? Mama sendiri yang minta Cintara buru-buru nikah, ya! Sekarang kenapa jadi menye-menye gini, coba?”Mama Elisa menghapus jejak basah di sudut matanya, mengharu biru. “Mama tuh masih nggak nyangka aja, Ta. Kalau nanti kamu nikah terus nggak bisa urus suami gimana?”“Ya nanti aku telepon Mama.”“Ya ampun, Ta…” Air mata Mama Elisa semakin deras membasahi pipinya. “Mama lagi serius, kamunya malah bercanda gini.”“Ma, aku juga serius. Kata Mama sebagai orang istri itu belajarnya nggak pernah berhenti. Setiap hari kita belajar dan nggak boleh ngeluh. Kalau Cintara besok gagal menjadi istri yang baik, ya Cintara bakalan coba lagi besoknya.”Mama Elisa seketika kehilangan kata-kata. Ia lantas berhambur memeluk putri semata wayangnya, merasa haru sekaligus sedih lantaran harus melepaskan Cintara.“Jadi istri yang berbakti pada suami ya, Nak. Jangan bandel-bandel dan bikin susah Nak D

    Last Updated : 2024-05-17
  • Teman tapi Menikah   52. Kamu Bahagia, Nggak?

    “Anjir! Kawin juga akhirnya lo, Nyet!” Kevin tertawa. “Congrats ya, Nyet. By the way, nggak perlu gue kasih obat kuat buat nanti malam, kan?”“Otak lo, Vin.” Dante mendecak, pandangannya terpaku pada Cintara yang tengah mengobrol bersama dengan keluarga besar Dante. “Gue nggak yakin soal ini.” Dante menghela napas. “Lo tahu kan, kondisi Cintara gimana? Gue nggak bakalan maksain dia untuk saat ini.”“Iya, sih. Gara-gara si Bangsat semuanya jadi memburuk.”Serangkaian acara resepsi berlangsung dengan penuh suka cita sekaligus hangat. Semua orang merasakan kebahagiaan yang kini juga tengah dirasakan dua pasangan yang telah resmi menjadi suami istri.Senyuman di wajah keduanya tak kunjung memudar, ada satu perasaan yang tidak bisa dijabarkan oleh mereka. Terlebih saat Dante mulai berjalan menghampiri Cintara yang tadinya sibuk bercengkrama dengan beberapa kerabat keluarga.“Hei…”Cintara menoleh dengan cepat. Ditatapnya Dante yang kini berdiri di sampingnya, pria itu mengulas senyuman sem

    Last Updated : 2024-05-17

Latest chapter

  • Teman tapi Menikah   95. Happily Ever After

    Suara ketukan dari luar sejenak mengalihkan perhatian Dante yang sejak tadi sibuk menatap layar monitornya. Pria itu menghela napas pendek lalu menoleh ke arah pintu. Seorang perempuan melangkah menghampirinya.“Clara?”Perempuan itu mengulas senyum tipis. “Pak Dante ada waktu sebentar?” tanya Clara saat itu.Pria itu mengangguk. “Ada apa?”Perempuan itu melangkah mendekat lalu mengangsurkan sebuah amplop putih ke arah Dante. Pria itu mengernyit, bertanya-tanya.“Apa ini?” tanya Dante lagi.“Setelah saya pikirkan matang-matang, saya memutuskan untuk resign, Pak.”“Kamu yakin?” tanya Dante lagi. “Kamu baik-baik saja?”Clara tak langsung menjawab. Ia menggigit bibirnya bagian dalam, memberanikan diri untuk menatap wajah Dante yang kini menatapnya dengan lekat.“Saya ingin menemani ibu saya di Jogja, Pak. Sekaligus… saya ingin menenangkan diri dulu. Kejadian beberapa bulan yang lalu cukup membekas di hati saya.”“Kamu tahu kan, kalau saya dan Cintara sudah melupakannya? Kamu sudah bertah

  • Teman tapi Menikah   94. Kado Untuk Cintara

    “Happy birthday, Dia Cintara Naladhipa,”Cintara terdiam selama beberapa saat lalu seketika membelalak lebar. “Hah? Emang aku ulang tahun hari ini?” Cintara menundukkan wajah, melihat kalender pada ponselnya. “Ya ampun, Te…”Mata Cintara seketika berbinar-binar. Menatap buket bunga yang masih ada di tangan Dante. Rupanya pria itu sengaja membeli bunga itu untuk Cintara.“Kamu nggak mau ambil bunganya?” tanya Dante membuyarkan keterdiaman Cintara. “Tangan aku pegal lho, Ta.”Air mata Cintara tiba-tiba jatuh membasahi wajah cantiknya. Ia meraih buket bunga warna kuning, “aku lupa…”“It’s your birthday, Ta. Kenapa nangis, sih?”Perempuan itu mengerjap bersamaan dengan air matanya yang jatuh membasahi wajah cantiknya. “Aku lupa, tapi kamu malah inget sama ulang tahunku.”“Kunci rumah kamu taruh di meja aja, satu jam setelahnya kamu lupa, Ta.” Tangan Dante terulur ke depan, mengusap pipi Cintara yang lembut. “Semoga panjang umur …” Tangis Cintara semakin menggugu. “Terima kasih karena kamu

  • Teman tapi Menikah   93. Happy Birthday

    “Udah beneran nggak apa-apa, kan?” tanya Dante.Pria itu baru saja kembali dari mengurus segala urusan administrasi Cintara selama istrinya dirawat di rumah sakit.“Emang kalau nggak beneran kenapa?”Dante mengulas senyum tipis. Ia duduk di tepi ranjang tidur. Tangannya terulur ke depan, menyelipkan anak rambut Cintara ke belakang telinga. “Kalau belum benar-benar sembuh, nggak masalah kalau aku mesti ambil cuti lagi buat jagain kamu di sini.”Cintara mendecak dengan matanya yang melotot. “Nggak usah aneh-aneh deh, Te. Aku udah baik-baik saja sekarang. Dua hari makan makanan rumah sakit tuh nggak enak. Aku pengen makan soto, aku pengen makan sate, terus aku pengen makan bebek goreng habis ini!”“Emang perutnya muat?” tanya Dante dengan lembut.“Ya kan nanti ada kamu yang bakalan bantu ngabisin.” Cintara tertawa. “Ya kan, De?” ujarnya sembari mengusap perutnya yang sedikit membola.“Sebelum pulang, kita mampir ke ruang rawatnya Clara dulu ya, Ta? Bu Yenny tadi sempat telepon, dan penge

  • Teman tapi Menikah   92. Akhir Segalanya

    “Mas? Gimana keadaan Cintara sekarang?”Dante yang sejak tadi duduk di bangku yang ada di koridor itu lantas menoleh. Ia bangkit dari duduknya lalu melangkah menghampiri Arjuna.“Cintara lagi diperiksa sama Inggit, Pa. Aku minta Inggit buat memastikan keadaannya dulu. Kejadian hari ini pasti bikin terguncang.”Arjuna menghela napas pendek. “Semua udah selesai, Mas. Kamu nggak perlu mikirin lagi.”“Gimana keadaan Niko, Pa?”“Dia dirawat di sini. Ada polisi yang akan mengawasi dia selama 24 jam. Tembakan Papa cuma mengenai pundaknya dan dia akan baik-baik saja sampai dijatuhi hukuman.”“Dia harus membayar mahal atas perbuatannya, Pa.”Arjuna mengangguk, membenarkan ucapan Dante. “Papa akan pastikan itu. Jangan dipikirin ya, Mas. Cintara masih butuh kamu untuk tetap di sampingnya. Dia pasti terguncang banget sekarang.”“Makasih, Pa. Kalau nggak ada Papa, aku nggak tahu gimana jadinya kalau sampai Cintara kenapa-napa.”Arjuna menepuk bahu Dante dengan lembut. “Sekarang kamu temenin Cintar

  • Teman tapi Menikah   91. Menyelamatkan Cintara

    “Saya sekarang ada di rumah sakit, Bu. Clara sempat mengeluh sakit dan makanya saya langsung bawa dia ke rumah sakit.”Setelah memberikan kabar kepada Yenny, Dante melangkah menghampiri Clara yang saat ini tengah terbaring di atas ranjang IGD.Wajahnya terlihat pucat dan hal itu mengingatkan Dante pada keadaan Cintara saat itu. “Pak, maaf…”“Kita bisa bicara nanti, Ra. Yang terpenting sekarang adalah kamu harus diperiksa dulu.”Masih dengan terisak, Clara menggeleng cepat. Entah ia tengah menyesal karena sudah membuat Dante terlibat dengan masalahnya atau karena ia tidak mampu menahan rasa sakit.“Niko, Pak. Saya diancam sama Niko.”Seketika Dante terdiam. Ada banyak pertanyaan yang kini berjejalan di kepalanya. Namun saat Inggit sudah menghampirinya, Dante langsung mengurungkan niatnya untuk sekadar bertanya.“Dia sekretaris gue, Nggit. Tolong dia.” Inggit mengangguk. “Lo yang tenang, Te. Gue bakalan berusaha semaksimal mungkin. Tapi, Te… melihat kondisinya saat ini, gue akan berusa

  • Teman tapi Menikah   90. Penculikan

    Cintara sedang duduk di ruang tamu rumahnya dengan perasaan gelisah lantaran Dante sama sekali tidak memberikan kabar apapun.Perempuan itu akhirnya menyerah. Ia meraih ponsel yang ada di atas meja saat bersamaan dengan ponselnya berdering. Cintara bangkit dan melihat nama Dante muncul di layar. Cepat-cepat perempuan itu mengangkat panggilan itu.“Halo, Te? Gimana hasilnya? Kamu berhasil membujuk Clara?” tanya Cintara dengan tak sabaran.“Aku lagi di rumah sakit, Ta. Maaf ya kalau aku belum sempat ngabarin kamu. Kondisi Clara memburuk, Ta.”“Memburuk? Maksud kamu apa? Clara sakit?”“Kondisi kandungannya melemah. Sekarang dia lagi ditangani sama dokter.” Cintara bisa merasakan jantungnya berdebar begitu kencang. Ia sudah kehilangan kata-kata. “Tapi kamu nggak usah khawatir, ya? Aku lagi nunggu Ibunya Clara datang dan—”“Aku ke sana sekarang juga, Te.”“Tapi, Ta. Kamu—”“Kamu pernah bilang kan kalau kita akan melaluinya sama-sama? Aku yakin kalau kita bisa menyelesaikan masalah ini sege

  • Teman tapi Menikah   89. Rencana Dante

    “Aku benar-benar nggak nyangka kalau Clara bakalan sejahat itu sama kamu, Te.” Cintara menarik napas pendek. “Kamu yakin bisa mengatasinya? Udah seminggu ini Clara menolak ajakanku untuk ketemu.”“Hei…” Dante menarik Cintara ke dalam pelukannya. Meskipun kepalanya terasa nyeri luar biasa, namun ia tidak ingin menunjukkannya di depan Cintara. “Aku pasti akan menemukan jalan keluar, Ta. Ini cuma perkara waktu aja.”“Terus rencana kamu apa sekarang?” tanya Cintara penasaran.“Aku mau ke rumahnya Clara, Ta. Aku nggak mau terlalu lama menunda-nunda masalah ini.”“Mau ditemenin?”Dante menggeleng. “Aku pergi sendiri aja, ya?” ujarnya. “Aku nggak mau Clara merasa terintimidasi, Ta. Aku yakin banget kalau sekarang dia lagi kebingungan.”Cintara menarik napas pendek. “Menurut kamu siapa yang berani melakukannya dengan Clara? Maksudnya… gila aja gitu. Clara pacaran sama cowok yang abusive sampai dia hamil. Dan sekarang dia justru menuduh kamu yang memperkosa dia.” Ia semakin mempererat dekapann

  • Teman tapi Menikah   88. Saya Dilecehkan, Pak

    Suara deringan ponsel Dante sejenak mengalihkan perhatian mereka. Dante menundukkan wajah dan mendapati nama Cintara muncul di layar.“Saya mau angkat panggilan dari istri saya dulu, Pak, Bu.” Dante bangkit dari duduknya lalu melekatkan benda pipih itu ke telinga. “Halo, Ta?”“Te… gimana Clara? Kamu udah ketemu sama dia?”“Ta… aku lagi ada masalah di sini. Kayaknya aku nggak bisa langsung pulang, deh.”“Masalah apa?”Dante menghela napas pendek, tatapannya tertuju pada ruang tamu Clara yang dikerumuni orang-orang. “Clara menuduh aku memperkosa dia, dan sekarang aku lagi disidang sama warga sekitar sini.”“Memperkosa?” ujar Cintara dengan suara meninggi. “Siapa yang menuduh kamu begitu, Te? Siapa?”“Kamu percaya kan kalau aku nggak melakukan semua itu?”“Mana mungkin aku percaya, Te. Aku yakin 100% kamu nggak akan melakukan hal sekotor itu tahu, nggak! Sekarang kirimkan alamatnya Clara, aku mau nyusul kamu ke sana, Te.”“Kamu udah janji nggak akan ke mana-mana, Ta. Jadi kamu—”“Dan ng

  • Teman tapi Menikah   87. Yang Terjadi dengan Clara

    “Lagi mikirin apa?” Suara vokal Cintara sejenak mengalihkan perhatian Dante yang sejak tadi melamun di balkon. Pria itu sudah terlihat rapi dan hendak berangkat ke kantor pagi itu. Cintara mengayunkan langkahnya mendekat lalu merapikan dasi Dante yang terlihat miring. “Kamu masih kepikiran soal Niko, ya?”“Untuk sementara waktu jangan ke mana-mana dulu, ya?” ujar Dante sembari menyelipkan anak rambut Cintara ke belakang telinga. “Kita nggak tahu apakah Niko benar-benar kabur atau dia punya niat buat balas dendam sama kita, Ta. Aku nggak mau kamu kenapa-napa.”“Iya, Te. Tapi kamu juga hati-hati, ya. Aku nggak akan ke mana-mana, kok.” Cintara menghela napas pendek. “Tapi yang jadi masalah, kalau Mama tanya soal ini, aku mesti jawab apa?”“Jawab apa adanya aja, Ta. Setidaknya Mama juga bisa bantu aku buat jagain kamu nanti.”“Tapi kamu yakin kalau yang nabrak aku waktu itu emang disengaja?” tanya Cintara.Dante mengangguk. “Kalau nggak disengaja, orang yang menabrak kamu pasti nggak akan

DMCA.com Protection Status